#1

88.1K 5.5K 982
                                    

Jeon Jungkook,

Pemuda manis itu duduk disalah satu kursi kantin. Memainkan game diponsel, sambil menunggu beberapa sahabat satu geng menghampirinya. Bicara tentang geng, ia memiliki satu grup berisikan lima orang, masing-masing dari kampus yang berbeda. Ohhㅡmaaf, tersempil satu anak yang sekampus dengannya.



"Sudah tidak ada mata kuliah kan, lebih baik cepat pulang."


Menoleh kebelakang sekilas, lanjut mendecih sebal. Hafal sekali suara berat dan dalam milik dosen menyebalkan yang suka sekali ikut campur urusannya.


"Sebentar lagi, masih menunggu teman."   Jawaban singkat. Mata kembali fokus pada game ponselnya. Mengabaikan keberadaan entitas dosen yang berkacak pinggang menatapnya sengit.

"Ck, menunggu teman?"    Mendengus tidak suka, bibir mengulas senyum remeh. Mengejek.

"Kegiatan tidak berguna. Memenuhi kampus saja. Merusak pandangan, polusi."    Lanjutnya.


Sang dosen berceloteh sinis, membalikkan badan melangkah menjauh.
Masih seperti biasa, bertingkah seenaknya, berjalan santai berlagak seperti tidak terjadi apapun.


Jungkook beralih menatap sinis punggung sang dosen yang semakin menjauh. Setidaknya menahan emosi. Jika saja pangkat nya bukan dosen yang notabene harus dihormati, berani sumpah Jungkook sudah menghajarnya sampai mampus.



"Kenapa lagi wajah jelekmu?"

Kim Yugyeom, selaku sahabat dekat yang selalu tepat membaca perubahan raut wajah Jeon Jungkook.      "Professor Kim lagi?"


Kebetulan, ia baru saja berpapasan dengan dosen yang dibicarakan, dikoridor depan pintu masuk kantin. Sempat menyapa, tersenyum ramah, membungkukkan badan juga. Meski sesuai dugaan, tidak akan ada balasan berarti. Selain hanya tatapan datar kemudian berlalu begitu saja.

Dengusan Jungkook menjadi balasan. Sekali lagi, Yugyeom itu dekat sekali dengannya. Jelas saja, sangat mengerti masalah kecil yang sering menghampiri. Termasuk tentang Professor Kim, dosen angkuh yang selalu merusak mood Jungkook.

"Apalagi kalau bukan dia."



Yugyeom hanya terlihat mengangguk menanggapi. Jemari tangan mengelus dagu, membuat pose berfikir keras. Sok menjadi detektif.

"Hmm, kulihat-lihat, dia benci sekali denganmu. Apapun yang kau lakukan selalu saja dikomentari."


Jungkook terkekeh menanggapi. Menyelipkan ponsel dalam saku celana. Bangkit berdiri, merangkul bahu Yugyeom dan membawa langkah beriringan disepanjang koridor menuju parkiran.

"Benci? Bagaimana jika terlalu menyukaiku, Gyoem"     Jeda, melirik ekspresi Yugyeom sekilas.   "Lalu dia menyatakan cintanya dan menikahiku."



Dan Yugyeom balas menoleh, dahi mengerut, bahu mengendik jijik.

"Yea, katakan itu jika kau berubah jalur menjadi gay, Jeon."  
Terkekeh pelan.    "Tidak bisa membayangkan jika Professor Kim sungguhan gay, kuyakin mahasiswi dan dosen wanita selaku penggemarnya akan beramai-ramai mendeklarasikan hari patah hati nasional."



Relation ㅡ kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang