#11

22.1K 2.6K 180
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Flashback ;



•°•°•

"Kau tidak sungguh-sungguh dengan pilihanmu 'kan, Jungkook?"

Langkah Jungkook terhenti tepat didepan pintu utama rumah mewahnya. Menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tubuh berbalik cepat sekedar menatap wajah sinis sang ibu.

"Ma, sudah kubilang berhenti mengaturku."

Jungkook menjawab pelan, masih dengan nada bersahabat. Memutar bola mata jengah ketika ibunya melipat kedua tangan didepan dada. Bergaya sok tegas.

"Sampai kapan?"

"Ayolah,"      Jungkook mendesah pelan seraya mengusak surai frustasi.         "Aku bahkan baru berhubungan beberapa bulan dengannya."

Tiffany balas mendengus, kemudian mundur perlahan menuju sofa untuk kemudian menghempas tubuhnya disana.
"Duduk dulu, temani Mama bicara."
Berucap tanpa bersalah sembari menunjuk sofa kosong diseberang menggunakan dagunya.

Tidak ingin memperkeruh suasana, Jungkook memilih pasrah. Menuruti perintah dan mendudukan diri dihadapan sang ibu.
Menjadikan Tiffany tersenyum puas, setidaknya anak semata wayangnya masih menjadi anak baik.
"Kau tau bagaimana awal mula Mama dan Papamu berpisah, bukan?"

"Langsung ke intinya saja."       Sahutnya asal. Terlampau malas mendengar cerita panjang lebar sang ibu yang mungkin sudah ratusan kali diceritakan padanya.

Lagi, hembusan napas kasar terdengar dari bibir Tiffany. Wanita itu berdehem dua kali, sebelum melanjutkan ucapan.
"Mama tidak mau kalau kau mengikuti jejak Papamu."       Jeda,       
"Cepat cari orang yang tepat sebelum terlambat."

Tidak menjawab, Jungkook memilih diam menatap ibunya dengan raut malas setengah mati.
"Lalu harus bagaimana?"        Menjawab sedikit lantang, Jungkook mendengus jengah.       "Meninggalkan Taehyung? Konyol, mana mungkin aku melakukannya."


Tiffany terlihat menghela napas kasar. Sembari menatap Jungkook dengan pandangan yang sulit diartikan, jemari tangan memain ujung rambut panjangnya.

"Tidak, bukan meninggalkan, tetapi carilah kekasih yang benar. Maksudku, seorang gadis. Kau bisa memilih yang seumuran atau yang lebih tua. Untuk ini kuberi kebebasan."


Jungkook tampak mengusap wajahnya kasar. Total frustasi. Pembicaraan semacam ini bukan kali pertama baginya. Ibunya kerap kali merecoki segala sesuatu tentang percintaannya. Jika difikir, Tiffany memang tidak melarang Jungkook berhubungan dengan Taehyung. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, kita baru akan sadar jika wanita itu bahkan lebih cerdik dari yang dibayangkan.

Perencanaannya cukup matang untuk dijalankan. Mendesak Jungkook untuk mencari satu atau beberapa gadis untuk dikencani. Dengan begitu Jungkook akan mulai fokus pada gadisnya dan pelan-pelan melupakan eksistensi Taehyung dalam hidupnya.


"Mama janji, setelah itu tidak akan ikut campur apapun lagi tentangmu dan Taehyung."


Maka dengan rayuan itu, cukup membuat Jungkook luluh dan mengangguk setuju.
"Oke, beri aku waktu untuk ini."
Sebab terlampau percaya, menganggap segalanya akan selesai jika ia benar-benar menuruti ucapan ibunya.









•••




Di satu malam minggu kala itu, Jungkook sengaja mengendap endap keluar dari apartemen Taehyung, ketika si pemilik sedang mandi. Sengaja, Jungkook memiliki acara penting yang harus dihadiri. Balap liar bersama kawannya. Jika menunggu ijin dari Taehyung, berani sumpah ia tidak akan mendapatkan.


Keadaan yang riuh cukup menjadikan suasanu hati Jungkook sedikit lebih baik. Terlebih ketika dirinya baru saja memenangkan pertarungan dengan satu mobil sport mewah resmi menjadi miliknya. Bahan taruhan. Tidak cukup itu, Jungkook sedikit dikejutkan ketika gadis pemilik mobil, eumㅡ mungkin bisa dibilang rivalnya mendatanginya entah dari mana, sekedar mengucap terimakasih.

Tidak cukup sampai disana, gadis itu menyempatkan diri mencium bibir Jungkook. Menjadikannya hanya diam, menikmati saja, sadar diri ia bukan gadis yang harus sok memberontak saat orang lain memberi kenikmatan.


"Kau bisa memanggilku Eunha,"       Jeda, gadis itu mengulurkan tangan untuk mengusap kedua pipi Jungkook, sembari menatapnya memuja.
"Sampai bertemu lagi, tampan. Kurasa, aku menyukaimu."


Dan Jungkook tidak bodoh untuk menyiakan kesempatan. Tangannya dengan sigap mencengkram pergelangan tangan Eunha, menahan supaya tetap ditempatnya.
Kemudian menarik ponsel dari saku celana untuk diserahkan pada gadis tersebut.
"Simpan nomor ponselmu."


Maka tidak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk menyahut ponsel Jungkook dan mengetik beberapa angka. Tidak lupa menekan tombol save sebelum menyerahkan kembali ponsel itu pada si pemilik.

Dan semenjak hari itu, Jungkook lebih sering menhubungi Eunha diam-diam. Mengajaknya sering bertemu untuk makan diluar. Terkadang hanya menghabiskan waktu berjalan-jalan biasa.


Sebulan, dua bulan, tiga bulan mengenal, Jungkook cukup yakin bahwa Eunha memang gadis baik-baik. Maka dengan segala keyakinannya, Jungkook nekat membawa gadis itu menemui ibunya. Menjelaskan bahwa mereka memiliki kedekatan khusus. Berharap jika setelah melakukan hal gila ini, Tiffany akan berhenti mengusik hubungannya dengan Taehyung, sesuai yang pernah diucapkan.

Tetapi semua berbeda. Ibunya justru semakin membuatnya dekat dengan Eunha. Mencari berbagai alasan supaya mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama.
Sebab Jungkook terlalu naif. Mudah sekali percaya ucapan ibunya. Dan baru menyadari semuanya bahkan ketika segalanya sudah menjadi rumit.

Dimana Eunha mulai semakin mencintainya, dan Taehyung yang juga tidak akan melepasnya. Menjadikannya nyaris gila saat ibunya turut menambah beban fikiran dengan membujuk segera menikahi Eunha. Tidak secara gamblang, tetapi dengan cara halus. Sesuai perangainya. Lembut, sopan tetapi licik.










TBC...




Jadi ini awal mula terjalinnya hubungan Jungkook sama Eunha..

Jungkook yg milih sendiri.. bukan dari mama nya .. :")


Dan saya mau hiatus lagi... 

bye bye..

Enjoy Reading,,

Relation ㅡ kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang