((COMPLETED))
Memiliki kekasih labil dengan selisih usia jauh lebih muda, telak membuat kesabaran seorang pria dewasa layaknya Kim Taehyung serasa diuji,
Terlebih Jungkook adalah salah satu mahasiswa bengal yang kerap kali membuat onar.
Vkook | Tae...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
"Jelaskan sekarang."
Jungkook mendongakkan kepala mendengar perintah bernada dingin dari bibir Taehyung. Menjadikannya mengangkat kepalanya yang semula masih bersandar nyaman pada bahu kekar kekasihnya. Lantas mendongak untuk kemudian menegakkan posisi duduknya, menatap wajah datar Taehyung tepat dari depannya. "Apanya?"
Taehyung tidak memberi jawaban selain hanya tatapan mata yang kian menyalang. "Hyung, dengar," Jeda, Jungkook tersenyum manis seraya menatap Taehyung hangat dengan binar polos yang terpancar dari kedua matanya. Tidak ingin beralih sedikitpun dari posisi nyamannya; duduk dipangkuan Taehyung nyaris seperti anak koala yang menempel pada induknya. "Aku tidak tau apapun tentang pertunangan yang kau bicarakan, okay. Kalau yang kau maksud adalah fotoku dan Eunha, ada ibuku juga, itu hanya makan malam biasa."
Lantas dengusan Taehyung menjadi balasan. Kepalanya sedikit menoleh kesamping kanan sebelum kemudian kembali menatap Jungkook yang tidak sedikitpun menunjukkan raut wajah takut seperti biasanya. "Makan malam biasa, dihotel mewah dan diikuti wartawan? Luar biasa." Jawabnya disertai seringai yang terkesan mengejek.
Disini putaran mata Jungkook menjadi balasan. Merasa benar-benar malas setiap kali berurusan dengan Taehyung yang sedang dilanda amarah seperti ini. Mungkin tidak masalah jika kemarahan Taehyung dipicu oleh kesalahan yang Jungkook buat, pemuda Jeon akan meminta maaf meski terpaksa, hanya supaya hubungan mereka tetap terus berjalan. Akan tetapi, dalam kasus ini semua hanya kesalah pahaman yang membuatnya ingin marah sendiri. "Tiffany model terkenal, kau itu. Kesehariannya diekspos dimana-mana. Wajar kan kalau wartawan juga mengikutinya kemana-mana."
"Dengan berita pertunangan yang sudah menyebar dimana-mana,"
"Ada dua kemungkinan. Pertama media play untuk mendongkrak karir ibuku," Jeda Jungkook menatap intens sekembar hazel Taehyung. Bibirnya balas menyeringai angkuh. "Dan kedua ulah wartawan nakal yang sengaja mengambil keuntungan dengan memelintir berita untuk menarik perhatian publik. Seperti itu, sayangku." Disini Jungkook benar-benar merasa puas dengan jawabannya. Terlebih ketika ekspresi wajah Taehyung perlahan berubah menjadi sedikit rileks dibanding beberapa saat sebelumnya. Setidaknya dosen kejam itu sedikit mulai percaya dengan penjelasannya.
"Fikirmu aku percaya?"
"Kau harus percaya."
"Siapa kau berani-beraninyaㅡ" Ucapan si professor seketika terpotong saat Jungkook tiba-tiba menempelkan bibirnya didepan bibir Taehyung. Tidak ada lumatan, Jungkook hanya sekedar menempelkan sesaat kemudian kembali menarik kepalanya sedikit menjauh.
"Aku, tentu saja Jeon Jungkook. Mahasiswa paling keren yang sudah official menjadi kekasih Professor Kim Taehyung, dosen badas idola para wanita diseluruh jagat raya."
Dari sana, Taehyung tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak tersenyum gemas. Dibanding bahagia, ia justru sedikit geli mendengar bualan dari bibir mahasiswa kesayangannya. Demi Tuhan, dia pria dewasa, bukan gadis ABG yang akan reflek menjerit dengan hati yang berbunga-bunga hanya dengan satu rayuan gombal. "Menjijikkan. Memalukan."
"Tapi suka kan?" Tidak berhenti, Jungkook justru semakin menggoda kekasihnya lebih banyak. Bahkan baru menyadari bahwa Taehyung menjadi terlihat lucu sekali saat tersipu. Telinganya memerah, membuat Jungkook tidak sabar ingin menggigit dan memakannya sampai habis.
"Lebih memalukan lagi kalau orang-orang diluar sana tau, ternyata dosen jenius sepertimu masih bisa termakan berita hoax."
Celetuk asal dari bibir Jungkook yang menjadikan Taehyung reflek mengumpat tidak terima. Semacam malu sendiri karena terlalu cemburu membuatnya gegabah tanpa melihat lebih banyak sumber dari berita yang dibaca. Dan Jungkook hanya bisa berteriak ditengah tawa kencangnya sebab merasa geli akibat Taehyung menggelitik perutnya tanpa ampun. Beruntung ruangan Taehyung kedap suara, setidaknya mereka berdua aman, tidak akan ada yang bisa mendengar kegiatan mereka, meskipun ada seseorang yang mencoba menguping dari luar pintu.
•
•
•
"Berapa kali kubilang, jangan mengarang cerita tentangku hanya untuk kepentinganmu!"
Untuk kesekian kalinya Jungkook bicara dengan nada sedikit kasar terhadap Tiffany, ibu kandungnya. Bukan tanpa alasan dirinya berlaku seburuk itu, sebab sejak awal ibunya lah yang membuat segalanya menjadi sebegini rumit. Tiffany termasuk wanita yang sulit dimengerti kemauannya. Termasuk ketika Taeyeon memberi tau tentang hubungannya dengan Taehyung dulu. Wanita itu tidak mengatakan setuju atau menolak, melainkan menjawab terserah dan masih banyak lagi jawaban berkelit yang tidak sejalur dengan topik awal.
"Jaga bicaramu anak muda, aku ibumu." Tiffany menjawab santai sembari mengusap halus kuku-kuku cantiknya. "Lagipula, aku berhak melakukan apapun yang kusuka."
Disana Jungkook menghela napas kasar sebagai balasan. Benar-benar terlampau lelah menghadapi sikap keras kepala ibunya. "Ma, aku tidak melarangmu melakukan apapun yang kau mau. Apapun, terserah. Asal jangan melibatkanku didalamnya." Jungkook berusaha menjelaskan isi hatinya dengan nada sehalus mungkin. Berharap ibunya mengerti dan berhenti mengusik kehidupannya kedepan. "Aku punya hidup sendiri, punya dunia sendiri. Kau tau kan maksudku."
"Tidak. Aku tidak tau. Yang kutau hanya kau anakku, dan aku punya hak mengatur semua yang terbaik untukmu."
"Tapi kau tidak tau apapun yang terbaik untukku."
"Hei, aku yang merawatmu dari bayi. Membesarkanmu, mencari uang untukmu, jangan sekali-sekali berkata aku tidak tau apapun tentangmu."
Pada akhirnya Jungkook memilih diam. Mengusap wajahnya kasar nyaris frustasi. Ia sudah menduga sebelumnya, bicara pada ibunya tidak akan pernah mendapat titik terang. Mereka tidak pernah sejalan. Salahnya sendiri tidak mendengar nasehat Taehyung yang melarangnya mendatangi Tiffany.
"Lagipula apa masalahmu. Eunha gadis yang baik. Dia sopan, mama suka."
"Aku yang tidak suka!" Bahkan Jungkook masih tidak menyerah untuk terus membantah.
Lantas lirikan sinis Tiffany menjadi balasan. "Perasaan itu sifatnya sementara. Wajar jika sekarang kau tidak suka, nanti lama-lama juga suka kalau kalian sering bersama." Jeda, "Mama juga mau melihatmu menikah, lalu punya anak. Kalau tidak darimu siapa lagi yang bisa memberi mama cucu, Jungkook ah."
Dan malam itu Jungkook masih terus membantah semua ucapan ibunya. Tidak peduli jika dirinya dianggap anak durhaka. Persetan, ia sudah tidak peduli apapun. Jungkook sudah terlalu muak dengan sikap Tiffany yang terus-terusan mencampuri kehidupannya terlalu jauh.
Karena Jungkook sadar, ia hanya butuh Taehyung untuk bahagia. Bukan Tiffany, bukan juga Eunha, gadis yang mencintainya setengah mati.
•
•
•
To be continued
Gatau kenapa, hasratku menggebu-gebu buat ngelanjutin book ini, hehe