Chapter #19°²

10K 1.3K 191
                                    


"Sudah kubilang, ini semua untuk kebaikanmu."

"Dan berapa kali kubilang juga, kau tidak tau apapun tentang apapun yang terbaik untukku. Diam!"        Jungkook lebih dulu menyentak dengan nada suara yang cukup tinggi ketika menyadari Tiffany sudah siap menyela ucapannya.        "Aku sudah dua puluh tahun, ma. Jadi tolong, aku sendiri tau mana yang baik dan tidak untukku."


Tiffany tidak memberi respon apapun selain menampakkan raut sinis syarat akan ketidaksukaan yang teramat kentara. Menjadikan Jungkook hanya menghela napas agak panjang untuk kemudian mengusap wajahnya kasar. Terlampau frustasi menghadapi kekeras kepalaan ibunya sendiri.


Sedikit informasi, Jungkook melajukan mobilnya keluar dari area kampus, tepat setelah Eunha menuruni mobilnya beberapa jam lalu. Tidak kembali ke kelas, pemuda Jeon justru berniat menghampiri kantor agency yang menaungi Tiffany sejak puluhan tahun silam. Jungkook sendiri hanya perlu melangkah menuju ruangan ibunya tanpa harus bicara pada resepsionis. Mereka semua sudah cukup hafal, terlebih lagi Tiffany adalah model sekaligus pemegang saham terbesar agency tersebut.

"Aku tidak ada maksud membuatmu marah karena mengataimu tidak tau apapun tentangku, tapi ma, kenyataannya memang seperti itu. Kau selalu bilang merawat dan menjagaku dan bla bla bla yang selalu kau sebut-sebut itu, tapi faktanya, kau tidak pernah mengurusku."          Semarah apapun Jungkook pada ibunya, ia tidak pernah bicara dengan nada tinggi. Masih mencoba untuk tetap tenang dengan kesabaran yang mulai menipis.          "Kau hanya mencari uang dan uang tanpa peduli bagaimana keadaanku. Meninggalkanku dua puluh empat jam bersama babysitter, bahkan kau hanya menyuruh mereka membawaku kerumah sakit ketika jelas-jelas tau aku sekarat, hampir mati, hanya karena jadwalmu terlalu padat. Itukah yang kau maksud tau semua tentangku?"

"Aku ibumu, Jungkook."

"Aku tau. Tapi apa kau tau makanan favoritku? Warna favoritku, mata pelajaran favoritku, film, game, tempat, dan semua hal yang kusukai? Apa kau tau?"


Perlahan raut Tiffany melunak, raut sinis yang semula terpampang mulai tergantikan dengan sorot wajah penuh rasa bersalah. Meski raut ketidaksukaan masih mendominasi disana.            "Mencoba menyalahkanku?"         Ucapan Tiffany masih terdengar menyebalkan disini, meski sebenarnya Jungkook tau, ibunya sudah tidak setegar beberapa saat lalu.

"Tidak ada yang menyalahkanmu, seburuk apapun kau dimasa lalu, sekarang ataupun dimasa depan, tetap tidak akan merubah takdir kalau kau wanita yang sudah melahirkanku."        Jeda, Jungkook tersenyum tipis kemudian.            "Hanya menyadarkanmu, kalau nyatanya kau sendiri tidak sesempurna itu untuk sebagai seorang ibu."

Jungkook sadar benar ucapannya memang kurang ajar, akan tetapi ia cukup yakin bahwa sesekali ibunya memang perlu diperlakukan demikian. Setidaknya hanya supaya Tiffany bisa membuka mata sedikit saja, tidak selamanya yang ia anggap buruk adalah hal yang benar-benar buruk, dan sebaliknya.


"Terserah apa katamu, tetap tidak akan merubah keputusanku. Aku sudah terlanjur menyukai Eunha, dia baik dan sopan. Jadi, jangan harap aku akan melepaskan dia begitu saja."          Tiffany berucap mantap sedikit menantang disertai dengusan sinis diakhir kalimatnya. Berupaya menunjukkan pada Jungkook bahwa dirinya bukan seorang ibu yang hanya bisa diam diatur begini begitu oleh anaknya.


Dan selanjutnya Jungkook balas mendengus sebagai jawaban. Bola matanya berotasi menandakan dirinya mulai malas beradu argumen yang tidak akan mendapat titik terang seperti hari-hari sebelumnya.
"Kalau begitu aku juga terserah."          Jeda, Jungkook balas menatap ibunya dengan raut yang terkesan mengejek.           "Kalau kau suka dengannya, ambil saja sebagai anakmu. Jangan berfikir aku akan menikahinya, karena sejak awalpun kau tau hubungan kami hanya manipulasi."

Relation ㅡ kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang