Chapter #26°

9.3K 1.3K 695
                                    


Pagi itu Jungkook tidak bisa menahan erangan nikmat ketika gerakan Taehyung menjadi lebih kasar dan semakin kasar didalam tubuhnya. Terus menggempur sisi warasnya, seolah ingin melumpuhkannya, menghancurkan dirinya menjadi serpihan kecil tak tersentuh yang bahkan dapat begitu mudahnya musnah bila terkena sapuan angin.
Segala kekecewaan yang beberapa saat lalu dirasa, seolah menguap sirna bersama udara. Dan Jungkook merasa bodoh sebab melupakan sekolam luka yang Taehyung torehkan, dan selalu luluh hanya dengan perlakuan manis yang berkesan.

"You're so hot, good job baby."

Adalah kalimat pertama yang Taehyung ucap setelah berhasil mendapatkan klimaksnya. Ia tidak lantas bangkit dari atas tubuh Jungkook, tetap bertahan pada posisinya dengan sedikit mengangkat pinggul hanya supaya tidak terlalu menindih tubuh kekasih manisnya.

Setelahnya hanya ada suara decakan ketika bibir bertemu bibir. Terlewat begitu lama sebab diantara keduanya sama-sama tidak ingin saling melepas. Terus menyesap dan melumat bibir satu sama lain. Sesekali memberi gigitan kecil sembari berperang lidah di masing-masing rongga mulut secara bergantian.

Sebab keduanya sadar, sudah berapa lama sejak Yoona datang dan membuat hubungan mereka menjadi renggang. Nyaris dua bulan, dan selama itu pula tidak ada lagi kebersamaan antara mereka. Taehyung yang semakin sibuk bersama Yoona, dan Jungkook yang hanya akan marah dan berujung dengan keduanya saling beradu mulut lalu berakhir dengan pemuda Jeon meninggalkan apartemen Taehyung, dan baru akan kembali beberapa hari setelahnya.

"Rindu sekali, hyung."        Jungkook mencicit pelan dibawah Taehyung. Onyxnya berpendar sendu menatap lurus hazel Taehyung. Perlahan kedua tangan terulur menyentuh kedua rahang tirus dosennya, kemudian mengusap halus penuh afeksi.             "Jangan pergi, aku tidak siap hancur sendiri."

"Heii, sayang, kau bicara apa?"

"Hyung, aku bisa mati. Jangan pergi. Jangan一"

"Sssstt,"         Pungkasnya. Taehyung meletakkan telunjuknya tepat didepan bibir Jungkook, mengindikasi kekasihnya supaya tidak melanjutkan omong kosong yang hanya akan membuatnya dihantui rasa bersalah.            "Jangan katakan apapun. Kau lelah, tidur yaa."

Lantas gelengan kepala Jungkook menjadi balasan. Wajahnya berkeringat dan matanya sedikit memerah.           "Harus ke kampus."

"Tidak untuk hari ini."

"Ada ulangan."



Taehyung tidak memberi reaksi apapun disana. Pria itu hanya segera meraih ponselnya, mengotak atik sesaat sebelum kemudian menempelkan ditelinganya sendiri.           "Kirim soal-soal ulangan ke emailku,"        Memberi jeda sejenak sembari mendengar jawaban dari seberang. Tidak perlu bertanya mata kuliah apa, tentu ia hafal jadwal kuliah Jungkook setiap harinya. Selang beberapa detik raut wajah Taehyung berubah. Garang dan mengerikan, raut wajah yang selalu dipamerkan ketika berada dikampus.       "CEPAT KIRIM DAN BERHENTI BERTANYA, BRENGSEK!"

Satu umpatan diakhir kalimat dan panggilan dimatikan. Suara penerima telepon tidak terlalu jelas, tetapi Jungkook cukup yakin bahwa seseorang diseberang sana adalah profesor Kim Namjoon. Karena sejauh yang ia tau, Taehyung tidak pernah mengumpat dan berlaku kasar pada siapapun kecuali dirinya.

"Kau demam, badanmu panas, keringat dingin. Jangan memaksa dirimu sendiri, okay."          Taehyung berucap lembut sembari menggerakkan jemari menyisir surai manisnya halus.


Lalu hari itu Jungkook sepakat untuk tidak keluar rumah. Hanya berbaring diatas ranjang dan beberapa kali pergi ke toilet. Satu hari menjadi anak penurut dirawat Taehyung dengan sepenuh hati sampai demamnya turun. Jungkook bahkan bisa melihat Taehyung mematikan ponselnya setelah beberapa kali menolak panggilan masuk karena tidak ingin merusak momen bahagia bersama kekasihnya, menikmati kebersamaan yang sekarang jarang dirasakan.


"Hyung, ingin seperti ini, selamanya."
Hening, tidak ada respon apapun dari Taehyung selain hanya elusan pada punggungnya. Jungkook semakin mengeratkan pelukan pada pinggang Taehyung, begitupun sebaliknya.             "Tidak mau kau pergi."

"Sayang, dengar."        Taehyung berbisik halus dipuncak kepala Jungkook.        "Siapa yang bilang aku akan pergi? Aku yang menarikmu masuk dalam duniaku, apa fikirmu mudah melepasmu begitu saja dari hidupku."         Jeda,         "Kau pun tau seberapa besar aku memujamu. Seberapa banyak aku mencintaimu dan seberapa candu aku padamu. Kau dunia ku, matahariku, masa depanku, Jungkook. Melepasmu sama seperti aku mencabut nyawaku dengan tanganku sendiri. Kau berharga, Jungkook, sangat berharga."


"Kalau begitu jangan lepas, hyung. Genggam tanganku, tahan aku disisimu agar tidak berupaya pergi saat mulai bosan dengan hubungan ini. Dan kau, tolong, terus pertahankan aku disisimu. Tetap jadikan aku sebagai prioritas utamamu. Jadikan aku sebagai sumber kehidupanmu, tatap aku sebagai kepingan emas terindah yang kau miliki, meski kau dihadapkan kilauan berlian yang seolah melambai menggodamu untuk kau miliki."        Jeda, Jungkook sedikit terisak diceruk leher Taehyung. Hatinya terlampau sesak hingga membuatnya acuh dan tak lagi peduli apabila Taehyung akan melihatnya sebagai sosok yang begitu lemah dan butuh.           "Sebelumnya aku tidak pernah yakin pada perasaanku sendiri, tapi sekarang aku merasa bodoh karena menyukai sampai segila ini. Aku menyukaimu, mencintaimu, menginginkanmu disisiku. Aku butuh kau, hyung."

Setelahnya Taehyung mengangguk beberapa kali seraya menghirup lembut puncak kepala Jungkook.            "Jangan takut, aku disini sayang. Aku milikmu, sekarang, nanti dan selamanya. Hanya milikmu."

"Milikku, hyung. Kau milikku."

Mata Taehyung terpejam sesaat, kemudian dibuka bersamaan dengan meluncurnya setetes liquid dari sudut mata. Merasa segalanya menjadi semakin rumit. Jungkook yang semakin membutuhkannya, dan otaknya yang terus berteriak untuk segera melepasnya.
"Milikmu, aku milikmu."
Jawabnya lirih yang hanya terdengar seperti bisikan.     "Milikmu, Jungkook."         Dan bibirnya terus mengulang kata yang sama dengan nada suara terdengar putus asa, bersamaan dengan kedua mata yang kembali terpejam serta telunjuk dan jari manis disilangkan dibalik punggung sempit Jungkook.



Bibirku selalu berkata aku milikmu, tapi hatiku berteriak tidak lagi menginginkanmu...





















To be continued




Hai kamu, i love u 💜💜

Hai kamu, i love u 💜💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Relation ㅡ kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang