"Aku menerima alasanmu bukan berarti menerima tawaranmu juga untuk kembali. Kau tau, sulit. Bahkan ketika semua sudah jelas, kau tidak sungguh-sungguh ingin menyakitiku, tapi rasa sakit yang kau buat sungguh-sungguh merasuk dalam diriku. Jadi untuk kembali bersamamu lagi, maaf aku belum bisa. atau mungkin tidak bisa. Jaga diri baik-baik."
~ We Don't Talk Anymore ~
Siang itu, lagi-lagi air mata Taehyung terkuras nyaris mengering untuk menangisi kepergian Jungkook. Terlampau paham seberapa fatal kesalahan yang diperbuat hingga dirinya pun merasa malu untuk bersikap egois memaksa Jungkook supaya tetap berada disisinya.
Lantas, ditengah keterdiamannya meratapi kesendirian, segala ingatan tentang seberapa kejam perlakuannya pada Jungkook selama ia memilih Yoona sebagai prioritas utama kembali terlintas seolah mengejeknya. Tentang dirinya yang selalu tidur malam lebih awal dari biasanya, mengabaikan keberadaan Jungkook didalam apartemen, dengan alasan terlampau lelah setelah menghabiskan waktu di siang harinya untuk menemani Yoona wara-wiri mengurus perceraian. Terlebih lagi saat ia dengan begitu entengnya mengetik kata berhenti dan mengusir pemuda Jeon keluar dari apartemennya.
Sadar diri, mungkin kata bajingan pun masih belum cukup menggambarkan dirinya saat ini.
Menyesal pun tidak lagi berguna.
Hingga belasan menit berlalu Taehyung masih tidak berkeinginan hengkang dari area rumah mewah Tiffany.
Tidak masalah kan jika manusia sepertinya mengharap keajaiban Jungkook keluar rumah dan menghampirinya lalu mengatakan Hyung aku mau kembali denganmu..
Menjadikan seutuh hatinya terasa nyeri mengingat Jungkook tidak akan ada lagi diapartemennya. Tidak akan ada lagi yang merusuh di kamarnya. Tidak ada lagi bocah manja yang yang suka memerintahnya seenak jidat.
Jika itu dulu Taehyung selalu merasa kesal jika Jungkook sudah mulai melunjak dengan sikap tidak tau dirinya. Dulu pula, ia akan marah-marah dan berteriak, mengumpat meski yang didapat hanya tawa mengejek Jungkook disertai juluran lidah yang menyebalkan ketika kelolosan pemuda itu kabur dari apartemen untuk bermain bersama sahabatnya.Tetapi itu dulu, jika saja ia bisa membawa Jungkook kembali bersamanya, ia berjanji akan memperlakukan Jungkook ratusan kali lebih baik dari hari kemarin. Membiarkan pemuda itu berlaku sesuka hati. Tidak akan mengaturnya banyak hal, tidak akan menyakitinya, tidak akan membuatnya bersedih apalagi menangis. Janji. Taehyung berjanji.
Sayangnya Taehyungpun sadar, janji tinggal janji, harapan tinggal harapan. Jungkook sudah pergi dan tidak bersamanya lagi. Dan kini dirinya hanya mampu mengumpat sembari menumpu kedua tangan diatas stir kemudi dan menyembunyikan wajah diantaranya.
"BRENGSEK!"
"Ahh, hyung.." Seketika Taehyung membuka mata tanpa mengangkat kepala dari posisi semula. Menimbang-nimbang kembali suara halus yang masuk pendengarannya. Apakah ia mulai gila hingga berhalusinasi Jungkook benar-benar kembali padanya. "Kau memukul lenganku!"
Taehyung yakin ia tidak sedang berhalusinasi. Suara Jungkook terlalu nyata dipendengarannya. Ada didekatnya, disebelahnya. Hingga nembuatnya meyakinkan diri untuk mengangkat kepala. Perlahan tapi pasti, dengan detak jantung yang bergetar tidak berirama, ia membawa kepalanya menoleh kearah kanan dari mana sumber suara itu berasal. Membuatnya melebarkan kedua mata mendapati sang kekasih hati duduk dikursi kosong tepat di sebelahnya. Bahkan sendirinya tidak tau kapan Jungkook membuka pintu dan memasuki mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Relation ㅡ kth+jjk
Fanfic((COMPLETED)) Memiliki kekasih labil dengan selisih usia jauh lebih muda, telak membuat kesabaran seorang pria dewasa layaknya Kim Taehyung serasa diuji, Terlebih Jungkook adalah salah satu mahasiswa bengal yang kerap kali membuat onar. Vkook | Tae...