Chapter #27°

10.2K 1.3K 621
                                    


"Kau serius tidur disini?"          Taehyung tidak memberi jawaban selain hanya anggukan kepala singkat. Tidak pula menoleh sebab kedua matanya terlampau fokus pada layar ponsel menyala yang menampilkan chat room nya dengan Jungkook.        "Setidaknya beritau kalau kau tidak pulang."        Lanjutnya setelah melihat Taehyung menolak panggilan masuk Jungkook berkali kali.         "Tae,"

"Aku tau apa yang harus kulakukan. Jadi, berhenti mengaturku."

Lantas hembusan napas kasar terdengar dari bibir Namjoon. Pria itu terlihat menggeleng beberapa kali, tidak habis pikir dengan jalan otak sahabatnya. Sejauh mereka saling mengenal, Taehyung tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya. Selalu bercerita, bahkan sampai pada batas sesuatu yang sebenarnya tidak pantas untuk diceritakan. Mereka hanya terlalu saling percaya, hingga tidak lagi sungkan untuk saling menelanjangi diri masing-masing.

"Kau serius melepas Jungkook?"        Hening cukup lama, pertanyaannya diabaikan, dibiarkannya mengabur bersama udara. Taehyung hanya diam menatap layar ponsel dengan raut wajah mengeras namun terpancar sorot sendu dari kedua hazelnya.           "Pikirkan baik-baik, setidaknya pertimbangkan sekali lagi, Tae."

"Hyung, berhenti menganggapku seperti bocah kemarin sore. Aku tau mana yang baik dan tidak untukku sendiri. Jangan membuatku semakin sulit dengan nasehat-nasehat konyolmu."         Balasnya sinis. Taehyung mendengus disertai seringai tipis yang terkesan mencemooh.

"Kau lupa sumpahmu?"

Sesaat suasana kembali hening begitu satu kalimat singkat terucap dari bibir Namjoon. Tidak terdengar menyakitkan, akan tetapi cukup membuat Taehyung tertohok. Menjadikan pikirannya kembali berkelana menuju saat-saat dirinya masih cinta mati dengan Jungkook.
Kala itu, pertama kalinya menceritakan kisahnya yang nekat memacari Jeon Jungkook. Mahasiswa tampan idola para gadis.

Percaya dan tidak percaya, tetapi Namjoon yang kala itu sudah memiliki pengalaman homoseksual, hanya memberi nasehat bahwa memiliki hubungan sejenis itu tidak mudah. Banyak rintangan, banyak tentangan dan puncaknya harus menerima cemoohan apabila hubungannya mulai tercium publik.

Namun apa yang Taehyung lakukan kala itu. Hanya terkekeh mencemooh seperti biasa. Menganggap semuanya akan berjalan mudah. Terlampau malas peduli cibiran orang, Taehyung hanya segera menutup dengan satu ucapan,          "Siapa yang peduli ucapan orang, aku hanya butuh bahagia, dan bahagiaku hanya Jungkook."

Lalu ketika Namjoon balas mencemooh, memberi tatapan merendahkan sembari berucap,        "Siapa yang tau perasaanmu dimasa depan,"

Taehyung balas menjawab dengan nada suara yang terdengar yakin dan pasti.           "Hanya perlu menyumpahi diriku sendiri, biar saja sekarat dalam penderitaan jika nanti Jungkook ku tinggalkan."





Melihat keterdiaman Taehyung, Namjoon hanya terkekeh pelan sekali lagi. Terkesan mengejek dan meremehkan.         "Dua tahunmu hanya kau lewati bersama Jungkook. Dia yang mencucikan pakaianmu, merapikan apartemenmu, menyiapkan makan malammu walaupun didapat dari delivery. Dia yang selalu tersenyum untukmu, walau terkadang membuatmu naik pitam. Setidaknya ingat, Tae."          Jeda, Namjoon menatap Taehyung dengan sorot mata tidak bersahabat. Tidak bermaksud ikut campur permasalahan Taehyung, setidaknya menasehati, sebab Namjoon tidak ingin melihat sahabatnya kelak hancur dalam penyesalan karena kebodohannya sendiri.            "Dia, Jeon Jungkook, bocah ingusan itu yang selama dua tahun ini kau lihat setiap bangun tidurmu."


"Hyung, kubilang ber一"

"Dibanding Yoona,"          Enggan peduli, Namjoon hanya segera memotong ucapan Taehyung.            "Kau baru mengenalnya berapa bulan, dua? Dua setengah?"

Relation ㅡ kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang