Chapter Four -Terror-

57.2K 5.1K 74
                                    

^-^×^-^

Penuh kehati-hatian serta kewaspadaan, Michaela berjalan menuju lantai tiga, lantai dimana seluruh ruang kelas senior berada. Tidak ada siswa lain yang dapat ditemukan di sepanjang lorong yang telah ia lalui. Kemungkinan besar memang hanya Michel satu-satunya siswa yang masih berada di lingkungan sekolah mengingat hari telah beranjak menuju malam.

Ruang kelas Lily kosong sama seperti ruang kelas lain ketika Michel membukanya. Keberadaan kertas-kertas yang dimaksud Gerald juga langsung terlihat jelas berhamburan di atas salah satu meja.

See? Lily sungguh tidak kompeten. Bahkan berkas penting saja diletakkan seperti itu.

"Hahh, mengapa aku harus terjebak dengan semua ini?" keluh Michel sembari merapikan seluruh kertas.

Lalu setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, gadis itu pun berniat pergi. Namun baru selangkah menuju pintu, sebuah angin yang cukup kencang menghantam Michel. Tubuh gadis itu sontak terhuyung hingga ia harus berpegang pada benda terdekat untuk menjaga keseimbangan.

Apa itu tadi? Apa benar angin biasa? batinnya bertanya-tanya.

Pandangan Sang Gadis berputar memindai seluruh ruangan, mencari-cari di mana celah yang memungkinkan angin sekuat itu untuk masuk. Namun tidak ada penjelasan logis. Jelas-jelas semua jendela terkunci rapat.

Keanehan yang terjadi membuat firasat buruk mulai menyelimuti Michel. Perlahan rambut-rambut halus di tengkuknya meremang pelan disertai ekspresi resah yang hadir di wajah Sang Gadis.

Oh tidak! Ada yang salah di sini dan aku harus segera pergi, pikirnya.

Tidak sampai pada langkah ketiga, Michaela harus kembali berhenti kala sesuatu terjadi.

BRAK!!

Pintu terbanting dan menciptakan suara benturan yang nyaring.

Enough! Ini diluar nalar.

Tidak mungkin sebuah pintu dapat tertutup dengan sangat keras, padahal tidak ada angin, hujan, apalagi manusia di sana.

Stay calm Michel! You have to calm down. Teruslah berjalan seperti tidak ada yang terjadi.

Inhale.

Exhale.

Inhale.

Exhale

Michaela masih mencoba memberi sugesti pada dirinya sendiri kala sebuah sapaan terdengar, "hai Michel."

"ARGH!!!!"

Seketika tidak ada lagi sikap berpura-pura tenang maupun pengendalian yang tersisa. Tepat setelah bisikan itu terdengar, Michaela berteriak nyaring dan tubuhnya merosot jatuh di lantai yang dingin. Seluruh map ikut jatuh berhamburan, tetapi ia tidak lagi peduli.

Dengan wajah yang terbenam seluruhnya di atas paha, Michael berteriak, "PERGI! PERGI!"

"Kau takut Michel?" Bisikan itu kembali terdengar. Begitu dekat seolah bibirnya berada tepat di telinga Sang Gadis.

Tangis Michel sontak kian menjadi-jadi. Tubuhnya bergetar hebat dengan kelopak mata yang terpejam erat. Tidak ada lagi sugesti untuk menenangkan diri dan berpikir positif. Tidak ada lagi!

Lagipula siapa yang masih bisa tenang dengan situasi mengerikan seperti sekarang?

"ENYAHLAH!!" usir Sang Gadis untuk kesekian kalinya.

Sesaat keheningan berkuasa. Tidak ada bisikan yang terdengar dan membuat Michel berpikir bila makhluk apapun yang tadi mengganggunya telah pergi.

Akan tetapi baru saja kepala Michel mendongak, sebuah hembusan hangat terasa membelai tengkuknya. Persis seperti ada seseorang yang bernapas di sana.

My Cold Vampire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang