^-^×^-^
Blank!
Itulah yang kini sedang aku rasakan. Sepasang kakiku seperti terpatri di lantai dan tubuhku ikut mematung begitu saja.
Sebenarnya beberapa pertanyaan terlintas di kepalaku dan aku ingin mengutarakannya. Seperti pertanyaan, mengapa dia ada di sini? Bagaimana bisa dia tahu aku di sini? Kapan dia kembali?
Akan tetapi seberapa keras pun aku berusaha, tetap saja tidak ada yang keluar dari bibir ini. Suaraku mendadak hilang begitu saja.
Lalu di tengah keterkejutan yang belum memudar, tiba-tiba ia menarik tanganku.
"Hei! Hei! Kau akan membawaku ke mana?!"
Sayangnya, pertanyaan itu tidak digubris. Sudah kuduga, Tuan Dingin ini pasti lebih memilih diam dan membuatku kebingungan. Mungkin memang setiap kata yang keluar dari mulutnya berbayar.
"Hei, kau ingin membawaku kemana? Bagaimana dengan temanku?"
Kali ini dia berhenti secara tiba-tiba dan membuat kepalaku seketika terbentur dengan punggungnya.
"AKH! Ish sia—." Umpatan sudah ada di ujung bibir, namun aku cepat-cepat menahannya. Apalagi setelah melihat seringai yang muncul di wajah lelaki ini.
DAMN! Mengapa pula aku harus ingat dengan ancamannya kemarin?!
Lalu masih tanpa berbicara, tangan kanan sosok itu terulur seperti meminta sesuatu. Tetapi apa?
"Ponsel."
"Ponsel? Ponselku? Kau meminta ponselku? Untuk apa?"
Geraman tidak sabar terdengar. Kemudian sosok itu memutuskan untuk mengambil sendiri barang yang diinginkan dari dalam tasku.
Yap, ponsel!
Setelah selesai mengetik sesuatu -yang entah apa- di sana, ia mengembalikan benda itu lalu menarikku pergi. Kemudian kami berhenti melangkah ketika tiba di parkiran museum, tepat di depan mobilnya.
"Masuk," instruksi lelaki itu setelah membuka pintu mobil.
"Kau akan membawaku ke mana? Bagaimana dengan te—," Belum lagi kalimatku selesai, ia sudah mendorongku masuk.
Kemudian ia juga berjalan menuju kursi kemudi.
Ugh, ada apa dengannya? Setelah kemarin mengingkari janji, sekarang malah kembali tanpa rasa bersalah? Yang benar saja! Apa dia memang tidak memiliki hati?
For God's sake! Bisakah aku menampar wajah datar itu sekali saja?!
"Esteve," panggilku dengan nada menuntut penjelasan.
Mendadak lelaki itu pun berpaling dan mengarahkan seluruh fokus manik hitamnya padaku.
Ah sial! Jantung ini kembali berulah! Selalu saja tubuhku bereaksi berlebihan ketika berinteraksi dengan manik hitam itu.
Calm Michel. Calm. Jangan terintimidasi. Kau harus bisa melawannya kali ini.
Eugh, pipi sialan! Tolonglah berhenti berkedut hanya karena sebuah tatapan!
Di saat aku masih berusaha untuk menenangkan tubuhku sendiri, Esteve kembali melakukan hal gila! Benar-benar gila!
Tiab-tiba saja ia mendekatkan diri dan mengikis jarak di antara kami.
Cobaan apa lagi ini, Semesta! Seharusnya sekarang aku sedang marah padanya!
"Kau mau apa?" tanyaku ketika menyadari jarak di antara kami kian terpangkas habis. Padahal aku sudah berusaha menjaga nada suara agar tetap tenang. Namun yang terdengar justru seperti hewan pengerat yang terjepit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Vampire (END)
VampireMichaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya penuh kasih sayang dan juga kehadiran Sang Sahabat yang selalu setia. Meskipun tidak memiliki kisah pe...