^-^×^-^Hari ini Edmund mengizinkan Michaela untuk kembali pada aktivitas rutinnya, yaitu bersekolah. Tentu saja Michel tidak dapat menahan diri untuk bersorak bahagia. Sungguh untuk pertama kalinya ia benar-benar merindukan tempat itu.
Dengan penuh semangat, Michel pun berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama keluarga Walcott. Tidak disangka-sangka, gadis itu menemukan suasana yang kontras dengan keadaan ketika makan malam kemarin. Saat ini ruang makan tampak lebih ramai bahkan nyaris ricuh.
"Ireneo! Urien! Berhenti membuat keributan!" peringat Lucy untuk kesekian kalinya.
Lucy sebagai satu-satunya keturunan Hawa di keluarga ini, masih tampak kewalahan menghadapi para lelaki keturunan Walcott itu meski telah bertahun-tahun hidup bersama. Terkhususnya tingkah Ireneo dan Urien. Michel bahkan sempat menggeleng tidak percaya melihat kelakuan kedua putra Edmund tersebut. Beberapa kali mereka tampak memperdebatkan sesuatu yang tidak penting. Lalu mengusik Edmund, Sang Ayah, yang sedang membaca berita digital dari ipad di tangannya.
Berbeda dengan saudaranya, Si Sulung Alaric terlihat lebih tenang. Sesekali dia akan tersenyum untuk menimpali candaan adiknya, namun tetap dengan penuh wibawa.
Sebenarnya Obelix juga hadir di sana, akan tetapi Michel malas melihat Si Brengsek itu karena sedari tadi ia terus memasang wajah masam dan cemberut –terutama ketika menatap Michel-.
Kini, dari kelima putra Edmund hanya tersisa satu yang masih tidak kunjung menampakkan diri.
"Michel! Michel?!" seruan Lucy menyentak kesadaran gadis itu.
"Y— ya?"
"Mama sudah menyiapkan bekal untukmu. Astaga, akhirnya Mama dapat merasakan menyiapkan bekal untuk anak Mama. Laki-laki di rumah ini tidak ada yang ingin membawa bekal," tutur Sang Nyonya Rumah dengan semangat.
Seketika semua berpura-pura sibuk, menggaruk tengkuk, atau menulikan diri. Tidak ada yang berani menjawab perkataan Lucy.
"Nah untuk ke sekolah, kau bisa berangkat bersama siapa saja. Tetapi jangan bersama Papa Edmund karena hari ini dia akan berangkat lebih siang," usul Lucy.
Belum lagi Michel mengangguk, sebuah suara bernada ketus menimpali, "pastinya dia tidak akan berangkat bersamaku."
Saat menoleh, Michel menemukan keberadaan Obelix di sana. Lalu bibir gadis itu spontan berujar, "aku juga tidak berniat berangkat bersamamu."
Michaela sungguh tidak mengerti di mana letak kesalahannya pada Obelix. Bukankah lelaki itu yang salah karena bersikap jahat? Sungguh aneh sekali melihat kemarahan tidak berdasarnya pada Michel.
"Obelix kau ingin membuat hukumanmu lebih berat?"
Pertanyaan Edmund segera menghentikan ketegangan yang terjadi. Obelix sendiri lekas beranjak dari meja makan tanpa mengatakan apapun.
Tanpa sadar, Michel pun bergumam, "dia marah padaku?"
"Oh tidak. Dia tidak marah padamu Michel. Tenang saja," jawab Lucy.
Lalu suara Ireneo menginterupsi. "Jadi kau akan memilih siapa di antara kami berdua?" tanyanya sembari menunjuk Urien.
"Apa aku tidak dapat dijadikan pilihan?" sambar Alaric.
"Bro, sudah jelas kami akan kalah denganmu. Agar lebih adil biarkan hanya kami berdua yang menjadi pilihannya," balas Urien.
Alaric tampak tersenyum pasrah. "Fine. Up to you, guys." Lalu Si Sulung beranjak ke lantai atas untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Vampire (END)
VampireMichaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya penuh kasih sayang dan juga kehadiran Sang Sahabat yang selalu setia. Meskipun tidak memiliki kisah pe...