^-^×^-^
Jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti bulan. Hari natal telah lewat. Tahun baru pun berlalu dengan kehampaan. Padahal saat itu perayaannya sangat meriah. Langit Inggris tampak indah dengan percikan kembang api di mana-mana. Namun tetap saja, hati Michel terlalu beku untuk merasakan kebahagiaan.
Sudah lama berlalu sejak hari yang mengerikan itu dan sudah lama pula berlalu sejak terakhir kali Michel menangis. Namun gairah hidup gadis itu tidak kunjung kembali. Berhari-hari yang Michel lakukan hanya duduk menatap langit Inggris dari jendelanya. Tidak bicara. Tidak melakukan apapun. Ekspresinya begitu kosong persis seperti mati rasa. Bahkan kini bagi Michel mimpi buruk itu lebih baik dari kenyataan.
"Hei!" Sebuah tangan mendadak menggenggam tangan Michaela.
Sayangnya gadis itu sama sekali tidak terusik. Bahkan pandanganya tidak beralih sedikit pun dari langit biru yang terbentang.
"Ingin melakukan sesuatu? Atau ingin membeli perlengkapan baru untuk sekolahmu besok?"
Gelengan samar terlihat.
Lawan bicara Michel itu kemudian berlutut di samping kursi Sang Gadis. "Dear, jangan seperti ini. Orang tuamu hanya menghilang bukan meninggal. Kami hanya tidak bisa menghubungi mereka," jelasnya.
Sejenak Michel diam sebelum menjawab, "kau berbohong. Kau menemukan potongan pakaian mereka di sisi jurang."
Kali ini Edmund yang kehilangan kata-kata. Sesaat lelaki itu hanya bisa menghela napas sedih.
"Kau masih punya kami. Kami juga keluargamu. Kau putriku," tutur Sang Kepala Keluarga Walcott lagi.
... Selanjutnya telah tersedia di KaryaKarsa @kyutsgirl
Cuplikan Chapter 27 - Drunk-
"Apa aku cukup menggoda?" tanya Michel lagi.
Lalu tanpa aba-aba Andre menarik Michel ke dalam pangkuannya.
"Kau sangat menggoda sayang." Andre menyatukan dahi mereka hingga kedua hidungnya saling bersentuhan. "Jadi bisakah aku merasakan bibir ini?" Lelaki itu mengusap bibir merah Michel. "Ini sudah menggodaku sejak tadi."
Andre perlahan mengikis jarak antara dirinya dan Michel.
^-^*^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Vampire (END)
VampireMichaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya penuh kasih sayang dan juga kehadiran Sang Sahabat yang selalu setia. Meskipun tidak memiliki kisah pe...