Chapter Five -Terror (2)-

54.8K 5.3K 105
                                    

^-^*^-^

Malam menjadi kian larut. Suasana begitu sunyi dan sepi hingga suara jangkrik yang bersahutan dapat terdengar jelas.

Keheningan yang sama juga berkuasa di kamar Michaela kala Sang Pemilik masih terbuai di alam mimpi.

Namun situasi itu tidak bertahan lama. Beberapa saat kemudian, kesadaran Michel mulai kembali. Mungkin posisi tidurnya yang bersandar pada pintu kamar, membuat gadis itu terusik.

"Shhh, punggungku sakit."

Tidak hanya punggung, penglihatan dan kepala Michel juga terasa tidak nyaman. Tentu saja, ini karena ia terlalu banyak menangis.

"Sial! Aku cengeng sekali."

Setelah bangun dan bisa berpikir lebih tenang, Michaela mulai menyesali air matanya yang terjatuh karena makhluk fiksi itu. Menangis tidak mengubah apapun, justru membuat Sang Makhluk Bertaring kian senang dan besar kepala.

Seharusnya Michel mengabaikannya seperti tidak mengetahui apapun. Mungkin saja nanti dia akan bosan meneror.

"Come on Michaela! Be brave!" Gadis itu mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri sembari beberapa kali menepuk dada kirinya. Tindakan itu biasa Michel lakukan untuk menenangkan diri.

Setelah pikiran dan suasana hatinya mulai kembali normal, Michel memutuskan untuk membersihkan diri.

Gadis itu berdiri di depan wastafel dan bercermin. Lalu ringisan pelan seketika terlontar dari bibirnya. Pantas saja sedari tadi Michel merasa tidak nyaman. Pakaian sekolah yang kusut, rambut berantakan, beberapa bagian wajah yang membengkak, serta aroma tidak sedap dari tubuhnya. Semua terlihat sangat menjijikkan.

Maka dari itu, Michel mulai membasuh wajahnya. Kemudian bercermin lagi dan—,

"Hai."

Sang Gadis sontak mematung dengan iris cokelat yang tertuju penuh pada cermin. Tidak seperti sebelumnya, kini ada sosok selain Michel yang terlihat di sana.

Seorang lelaki asing yang kemungkinan besar bukan manusia.

"Siapa kau?" tanya Michel dengan suara tercekat. Sepasang kaki gadis itu mendadak lemas hingga dirinya harus bertumpu pada pinggiran wastafel.

Lelaki itu mengecup lembut pelipis Michel dan berkata, "aku yakin kau tahu, dear."

Sejenak Michel berpikir, apakah ini ilusi? Tetapi kecupan di pelipisnya terasa sangat nyata.

"Kau vampir?"

"Pintar," puji sosok itu diikuti dengan tangannya yang perlahan melingkari pinggang Michel.

Dia vampir? Tetapi vampir yang mana?

Sosok ini jelas bukan Obelix yang meneror Michel di sekolah. Bukan juga ketiga saudara Obelix yang ditunjukkan oleh Helena sebelumnya.

Lalu, apa mungkin Esteve? terka Michel. Tetapi Helena berkata, Esteve tidak suka bersinggungan dengan orang lain, bantahnya lagi.

Lalu siapa dia?

"Jangan terlalu banyak berpikir dear," ucap vampir -yang sungguh sialnya- tampan itu.

"Apa yang kau inginkan?"

"Always you," jawabnya cepat.

Sesaat vampir itu tampak menyembunyikan wajahnya dibalik leher Michel, seperti sedang membaui aroma tubuh Sang Gadis. Lalu dalam sepersekian detik, sosok itu kembali mengangkat wajahnya dan melalui cermin Michaela dapat melihat taring milik Sang Vampir yang mengintip.

My Cold Vampire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang