^-^×^-^
Duk
Duk
Duk
Suara dari bola jingga yang menghantam lantai terdengar jelas memecah keheningan malam. Michaela tampak mendribelnya hingga tersisa beberapa langkah di depan ring, sebelum kemudian mengambil ancang-ancang untuk melemparkan bola tersebut.
And shoot!
Tepat sasaran.
Bola kembali terpantul-pantul. Michel pun mengejarnya dan menggiring benda tersebut sambil mengitari lapangan.
Just for information, basket adalah olahraga kegemaran Michel dari segelintir olahraga yang ia sukai.
"Hahhh... Hahh...," deru napas Michel terdengar tidak beraturan.
Sudah hampir dua jam gadis itu bermain di sini. Bulir-bulir keringat pun mengalir deras membasahi tubuhnya. Bahkan kaus yang sekarang melekat di tubuh Michel tampak basah meski angin malam meniupkan hawa dingin.
"Ck. Jika seperti ini, aku pasti harus mandi sebelum tidur."
Meski sedikit menyebalkan, tetapi hal itu dinilai cukup sebanding dengan rasa puas setelah memainkan olahraga kegemarannya tersebut.
Lalu Michel memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia tampak duduk di tengah lapangan dengan tangan yang terus memantulkan bola jingga ke lantai.
Keheningan yang tercipta membuat benak Michel tanpa sadar memikirkan ulang sederet peristiwa yang menimpa hidupnya beberapa hari belakangan. Salah satunya adalah pertunangan yang direncanakan Sang Kepala Keluarga Walcott.
Terhitung sudah seminggu berlalu sejak pembicaraan di ruang kerja Edmund. Namun tidak ada yang berubah. Semua tetap sama. Sosok putra Edmund yang dijodohkan dengan Michel masih memperlakukan gadis itu dengan dingin, sedangkan Michel tidak memiliki keberanian untuk mengajaknya bicara.
Ewh, sucks! Jika begini bukankah lebih baik sosok itu menolak rencana perjodohan mereka?!
Didorong oleh rasa kesal, Michaela sontak melempar bola jingga di tangannya menuju ring. Namun lemparan tersebut keliru. Bola itu malah menabrak pinggiran ring lalu berbalik memantul tepat ke dahi Michel.
"Awh! Sial!" maki Sang Gadis sembari mengusap dahinya yang menjadi korban.
"Bodoh."
Mendengar sahutan yang tidak keluar dari mulutnya, Michel sontak berbalik. Kemudian gadis itu melihat sosok yang menjadi sumber masalah hidupnya sedang berdiri di pinggir lapangan.
Sesaat mereka saling menatap. Lalu lelaki itu melirik singkat dahi Michel.
"Aku tidak bodoh," ketus Sang Gadis.
Esteve memilih diam dan melempar bola jingga yang sekarang ada di tangannya menuju ring.
Shoot! Tepat sasaran!
Lalu ia pun hendak berbalik meninggalkan Michel. Namun di luar kendali, Michel malah berdiri kemudian menahan Esteve dengan memegang tangan lelaki itu.
Michel sendiri tersentak dengan perbuatannya. Tetapi gadis itu lebih terkejut ketika merasakan percik listrik yang merayap di seluruh tubuhnya seiring dengan sentuhan yang terjadi di antara mereka.
"Maaf. Maaf," ujar Michel salah tingkah sembari menjauhkan tangannya.
Esteve masih tidak mengatakan apapun. Seperti biasa, iris hitamnya hanya menatap Michel datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Vampire (END)
VampireMichaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya penuh kasih sayang dan juga kehadiran Sang Sahabat yang selalu setia. Meskipun tidak memiliki kisah pe...