Hari ini adalah ujian terakhir corat - coret mulai mewarnai lapangan sekolah, ketika mereka semua sudah keluar dari kelas, Ayu sedang tertawa sambil berjalan dengan Pratiwi yang berjalan di depannya, dan sesekali dia mengajak Ayu mengobrol dengan menoleh ke belakang.
"Kamu sudah daftar ke universitas....", ? Dia bertanya, dan Ayu sambil sibuk mencoret - coret bajunya hanya menggeleng.
"Daftarlah cepat - cepat sana...", ! Pratiwi berseru sambil membalas coretan tersebut.
"Aku sudah punya gambaran akan kemana, meskipun aku belum daftar....", Ayu menanggapinya dengan nada suara tinggi.
"Aku akan mengambil jurusan Tari....", dia menurunkan kembali nada suara bicaranya, can Pratiwi hanya mengangguk.
"Kalau aku mungkin ekonomi", Pratiwi menanggapi dirinya sambil membalikkan tubun me belakang dan mencoret seragam Ayu, mereka tertawa dengan perasaan senang, pada saat yang bersamaan, tiba - tiba saja teringat sesuatu dalam pikiran Ayu.
"Pratiwi, besok kita semua jam dua belas siang, berkumpul di ruang OSIS, aku ingin membicarakan tentang rencana perpisahan kita", dia memberi tahu, lalu meninggalkan sekolah lebih dulu dan Pratiwi masih terpaku disana, menatap dirinya yang berjalan keluar pagar halaman sekolah, tiba - tiba saja tepukan bahu dari belakang membuatnya menoleh, seorang gadis dengan tersenyum manis menatap dirinya.
"Larasss", Pratiwi menyebut nama dirinya, lalu kembali menatap kearah depan sambil sedekap, Laras berjalan satu langkah untuk bisa berdiri sejajar dengannya.
"Acara perpisahan, besok kami akan diskusikan di ruang OSIS, dan sepertinya Ayu menerima usulanku padanya untuk ke pantai....", dia mulai mengucap kalimat pertamanya.
"Aku tahu, kenapa dia memilih hal itu dan kamupun sendiri tahu.....", Laras menanggapi dirinya.
"Gadis yang masih sangat kental dengan bosonya....", Laras menambahkan kalimatnya.
"Aku pikir itu ada benarnya hanya saja, aku tidak terlalu kolot sepertinya, dan banyak sekali aturan dirumahnya yang aku hanya pakai segelintirnya saja....", Pratiwi menyahut dengan nada suara agak tinggj.
"Aku pamit dulu", Pratiwi menanggapi dirinya, dan melangkah menuju kearah halaman parkir, dia mengambil kunci dari dalam tas dan menghidupkan mesin, kemudian langsung naik ke atas jok motor untuk duduk.
Sebenarnya banyak hal yang di lakukan oleh Ayu membuat Pratiwi tercengang, ingatan itu masih jelas berputar diatas kepalanya, meskipun dia juga orang yang lahir di tanah jawa tapi tidak seperti Ayu.
Waktu itu mereka sedang bersantai di Mailoboro, dimana tempat itu memang banyak di datangi pengunjung dari daerah lain yang bukan hanya turis asing.
Mereka adalah segerombolan empat anak muda yang nampaknya dari daerah lain, diantara mereka ada yang salah satunya terdiam sendiri, hatinya terlihat sedang kesal dari salah satu diantara mereka yang sedang tertawa, dan Ayu memerhatikan mereka seolah jngin menebak urusan mereka.
"Bukan urusan kita", ! Tegas Pratiwi yang memerhatikan sikap Ayu.
"Mereka telah melakukan hal yang tidak sopan, dan itu dilarang disini...., lihat mereka seperti hendak cari masalah, bahkan diantaranya salah satunya bersuara keras, dan kamu tahu jika orang yang datang berkunjung harus juga menghormati adat disini...", nada suara Ayu nampak kesal.
"Tapi bukan dengan ikut campur urusan orang lainnn yang kita tidak kenal...", Pratiwi belum selesai bicara, dan Ayu sudah menghampiri orang tersebut, bagaimana tidak pada akhirnya walau Ayu memiliki teman tapi sungkan terhadapnya, salah satunya Pratiwi dia menilai Ayu terlalu kekeh dengan adat yang diajarkan oleh keluarganya dan karena itu dia kadang bersikap dengan orang lain yang diluar daerah kadang terkesan tidak peduli dengan kebiasaan di daerahnya juga.
Bayangan itu tiba - tiba saja hilang, karena lamunannya terbangun oleh suara klason dari belakangnya, tanpa sadar Pratiwi melamun di tengah lampu merah dan sekarang sudah hijau.
"Maaf mas....", Pratiwi mengangguk dan meneruskan perjalanannya.Pada malam harinya, Ayu baru saja selesai makan malam dengan keluarganya, dan dia mulai mengobrol dengan Lasmi dan Jono.
"Besok aku ingin mengadakan rapat untuk rencana perpisahan siang jam dua belas", Ayu mulai pembicaraan pertama.
"Dan seperti rencanaku, aku akan mengadakannya di pantai, jika seorang yang lebih tinggi dari mereka sudah menentukan maka yang lain tidak bisa berdebat lagi....", Ayu menambahkan ucapannya.
"Seorang ratu biasanya rakyatnya akan menunduk, meskipun itu seorang putri sekalipun...jika memberikan pendapatnya sendiripun dia berkata hati - hati, karena orang yang derajatnya lebih tinggi itu, lebih memiliki kekuasaan....", perkataan Jono seakan menandakan kalau itu adalah salah satu ajaran adat di keluarganya.
Lasmi hanya mengangguk setuju, sedangkan Ayu menatap kearah keduanya.
"Dan aku adalah ratu tersebut......", suara akhirnya barulah dikeluarkannya, lalu mengambil gelasnya dengan anggun untuk meminum airnya.
Lalu berpamitan untuk kearah ruang tamu menonton Tv, dan pada saat yang bersamaan, dari ruang tamu yang berada disamping ruang Tv, terdengar suara seorang laki - laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...