Pada akhirnya Indra, dikeluarkan dari kampus atas perbuatannya dengan Dewi yang sudah di dilaporkan oleh pihak tempat kos mereka.
Ayu hanya bisa menangis, air matanya terasa sangat pilu, dan kakinya terasa seperti ada yang mencengkram dirinya kuat, memegangnya sangat kencang , hatinya terus berdegup kencang, setiap kali dja mondar - mandir di kampus seperti rasanya masih terasa nyata kehadiran Indra atau Dewi disana, seakan semuanya tidak pernah terjadi sebelumnya. Dka sambil berjalan menerawang keatas dengan pikiran melamun. Dan arah mata kakinya, menuju sebuah aula besar di dalam area kampus dan di tengahnya ada patung, dia duduk samping kiri patung tersebut, rimbun pohon di depannya terlihat jelas di matanya di sertai matahari yang sinarnya muncul di tengah - tengah.
"Lebih baik tidak pernah adat, jika memang harus seperti ini, aku hanya ingin menjaga tapi bukan untuk menghancurkan semuanya....", Ayu terus meratapi dirinya, dan saat itu dia mengambil Hp dari dalam ransel, lalu mencoba menelepon Indra tapi Hpnya sedang sibuk dia mencoba sekali lagi tetap sama, air mata yang keluar sekarang makin deras, rasanya pula ingin menjerit sekencang - kencangnya, sekedar hanya ingin melampiaskan perasaannya sendiri yang tidak terbendung lagi olehnya.
Ada dua orang mahasiswi dan mahasiswa, sedang membicarakan Dewi dan Indra, Ayu langsung berdiri menghampiri mereka.
"Kalian sudah tahu Indra di keluarkan", ? Ayu bertanya
"Bukan hanya Indra tapi juga si Dewi Safitri itu....", salah satu temannya berbicara sambik saling berpandangan.
"Seng sabar yoo, punya konco koyok ngono....", temannya ikut menimpali, dan Ayu hanya bisa diam, dia tidak mungkin mengubah prilaku Dewi yang sudah rusak, bahkan di mata orang juga karena berbuat mesum, dan pasti asumsi orang lain adalah, walau bukan Ayu yang mengalaminya, tetap dia punya teman tidak baik."Inggih", Ayu hanya mengangguk dan meninggalkan mereka, berjalan dengan gontai menuju kelas berikutnya, dan pada saat di dalam kelaspun pikirannya belum juga hilang tentang Indra, sama sekali tidak ada respon darinya untuk menghubungi kembali Ayu, mungkin dia sudah merasa terluka karenanya.
Indra sendiri, yang berjalan lesu sambil membawa kembali barangnya ke Jakarta, tidak bisa menghilangkan pikiran dengan apa yang terjadi olehnya, dan kini dia menyadarinya jika semua ada kaitannya dengan cinta, karena itu Dewi menjebaknya melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan olehnya.
Sudah pasti, orang tua Indra disana, akan menghukumnya seberat mungkin, selama ini impiannya hanyalah untuk menggantikan cita - cita sang kakak yang belum terpenuhi karena tidak bisa meneruskan hidupnya tetapi justru menghancurkan segalanya yang telah di peroleh dengan perjuangan berat bukan hanya ongkos tapi tubuh yang kemana membawanya pergi.
Dia berjalan menuju kearah Yogyakarta, dengan perasaan yang bertubi, dan tanpa sadar Dewi ikut duduk di sebelahnya dengan cengiran kemenangan."Kamu benar - benar iblis wiiii.., apa yang kamu pikirkan dengan melakukan ini", ! Tegas Indra.
"Untuk bisa mencintaimu tanpa di rebut oleh siapapun", nada suara Dewi terdengar dingin dan menatapnya sinis."Aahhhhhh", Indra hanya bisa marah dengan dirinya sendiri sambil berdiri dan terisak sambil menunduk.
"Dasarrrr perempuan hina, kamu sudah membuatku juga menjadi kotorrrrr", !!! Indra memaki dirinya, namun Dewi justru melotot kearahnya, memaksa untuk melayani dirinya.
"Kalau begitu kita menikah", !!! Dia berkata keras, mata Indra terbelalak mendengarnya, dan air mata tidak tertahankan, namun sikap Dewi justru menunjukkan bagaikan iblis yang sudah menang menelan korbannya, dia tertawa bagaikan syetan lalu mulai memperlihatkan tubuhnya agar Indra terangsang lagi, dia membuka jaketnya dan menonjolkan buah dadanya nafas Indra terdengar menderu, kakinya seperti rasa diikat dan satu tamparan melesat di pipi Dewi, tapi dia justru memegang bahu Indra untuk memaksa mencium dirinya, pertama kalinya diri Indra tersiksa oleh seorang gadis seperti ini.
, hatinya terus berdegup kencang, setiap kali dja mondar - mandir di kampus seperti rasanya masih terasa nyata kehadiran Indra atau Dewi disana, seakan semuanya tidak pernah terjadi sebelumnya. Dka sambil berjalan menerawang keatas dengan pikiran melamun. Dan arah mata kakinya, menuju sebuah aula besar di dalam area kampus dan di tengahnya ada patung, dia duduk samping kiri patung tersebut, rimbun pohon di depannya terlihat jelas di matanya di sertai matahari yang sinarnya muncul di tengah - tengah.
"Lebih baik tidak pernah adat, jika memang harus seperti ini, aku hanya ingin menjaga tapi bukan untuk menghancurkan semuanya....", Ayu terus meratapi dirinya, dan saat itu dia mengambil Hp dari dalam ransel, lalu mencoba menelepon Indra tapi Hpnya sedang sibuk dia mencoba sekali lagi tetap sama, air mata yang keluar sekarang makin deras, rasanya pula ingin menjerit sekencang - kencangnya, sekedar hanya ingin melampiaskan perasaannya sendiri yang tidak terbendung lagi olehnya.
Ada dua orang mahasiswi dan mahasiswa, sedang membicarakan Dewi dan Indra, Ayu langsung berdiri menghampiri mereka.
"Kalian sudah tahu Indra di keluarkan", ? Ayu bertanya
"Bukan hanya Indra tapi juga si Dewi Safitri itu....", salah satu temannya berbicara sambik saling berpandangan.
"Seng sabar yoo, punya konco koyok ngono....", temannya ikut menimpali, dan Ayu hanya bisa diam, dia tidak mungkin mengubah prilaku Dewi yang sudah rusak, bahkan di mata orang juga karena berbuat mesum, dan pasti asumsi orang lain adalah, walau bukan Ayu yang mengalaminya, tetap dia punya teman tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...