Part 6 Pertemuan Dengan Indra.

93 2 1
                                    

Hari - hari inilah yang di lalui oleh Ayu, sebagai mahasiswa baru dia mengambil jurusan tari di salah satu universitas Yogyakarta, saat ini hidupnya bukan hanya berkelumit dengan kehidupannya sendiri saja. Tempatnya kini menempuh pendidikan, adalah tempat dimana dia harus ke dunia luar, bertemu dengan lebih banyak orang dari sebelumnya, bahkan diluar daerah yang mereka memiliki kebiasaannya sendiri - sendiri, meskipun sudah saling menghormati, tetap saja sifat pribadi dalam kehidupan di dunianya tidak bisa berubah. Tidak ada manusia satupun yang bisa menuntut sesamanya untuk berubah, tetapi hanya memberi tahukannya jika tidak baik. Segala hal yang di lakukan oleh orang yang datang ke suatu daerah bukan harus terlalu di tuntut untuk menghormati dengan cara ego seseorang yang hanya ingin mempertahankan adat tanpa memikirkan orang lain, tetapi menghormati dengan kesadaran sendiri dan mereka punya cara sendiri untuk itu.
              Salah satunya, adalah sahabat baru Ayu di kampus, teman sama - sama satu perjuangan di kala ospek untuk bisa meraih gelar mahasiswa resmi kampus jika sudah lulus ospek selama tiga hari, dia memang bukan gadis berasal di tanah Jawa, melainkan dari Tanah sunda nama lengkapnya Dewi Safitri.
         Sosok yang memiliki penampilan berkulit putih, tetapi tubuhnya kecil dan rambut hitamnya lurus sebahu, matanya yang hitam kadang terlihat sorotannya tajam, dia berasal dari kota Bandung.
          Logat khas sundanya saat berbicara terasa kental, sama halnya dengan Ayu yang gaya bicaranya kental sebagai gadis jawa.
            Hari pertama ospek di lalui olehnya, senior menyuruhnya kumpul tepat pukul tujuh lago jika terlambat akan mendapat hukuman dan itu bisa berupa apa saja. Bisa jadi hal yang konyolpun di lakukan.
           Ayu mulai keluar rumah, dari pukul setengah enam kurang, selama ospek tiga hari tidak boleh menaikki kendaraan pribadi, jadi mau tidak mau harus naik angkutan umum, embun yang masuk ke dalam celah - celah jendela mobil angkutan umum tersebut, terasa menyergap sejuk ke dalam tubuh.
               Mobil itu berhenti disamping gerbang kampus, dan teryata dia juga bertemu Dewi disitu, gadis itu berjalan menunduk, lalu menghampiri Ayu sambil berlari kecil menghampirinya.
           "Ayu, teryata kita bertemu tepat pada saat ingin masuk, persis seperti waktu test" , dia berkata ramah.
            "Ayolah kita masuk, nanti daripada kena hukum mbak dan mas senior", Ayu menanggapi ramah, dan Dewi mengangguk semangat, keduanya masuk ke dalam area tengah lapang sambil bercengkrama dan berbaris di urutan kelompoknya yang di sesuaikan dengan jurusan masing - masing.
           Di sebelah Ayu, adalah kelompok jurusan Desain Grafis, diantaranya yang paling depan, seorang laki - laki dengan tubuh tinggi nampak menoleh ke belakang, ke arah temannya dari logat bicaranya terlihat dia juga dari luar daerah dan sepertinya Jakarta.
             Tidak lama kemudian, beberapa anggota senior sudah berdiri di depan mereka dan yang paling depan adalah ketua Senat bernama Tina, dari peragainya terlihat galak dan judes, tugas pertama yang di berikan oleh mereka adalah, selain memperkenalkan diri masing - masing adalah menulis puisi.
            Mengenai hal ini, ingatan Ayu kembali kepada Andi, yang pernah melakukan untuknya, entah kenapa yang tersirat di hati itu barulah dirasakan, pada saat Ayu menulis puisi, pemuda di sebelahnya menulis dengan sangat serius, layaknya gambaran tentang Andi namun dalam diri orang lain.
           "Siapa nama sampeyan...", ? Ayu bertanya grogi, dia menoleh dengan tersentak lalu mengeryitkan keningnya.
             "Maksudku namamu", Ayu menjelaskan padanya, dan kini dia baru paham.
             "Indra....", dia memperkenalkan dirinya dengan gayanya yang membuat Ayu tercenganh, mungkin baginya itu adalah gaya sangat percaya diri, tapi Ayu berpikir sebaliknya, apalagi melihatnya menyalami dirinya tanpa membungkukkan wajah atau badan.
          "Ada yang salah denganku",? Dia bertanya heran, dan Ayu akhirnya membalas dirinya dengan caranya.
           "Ora, namaku Ayu...", kali ini giliran Indra, yang tercengang dengan sikap Ayu tapi sati bentakan dari senior membuat terbuyar dengan apa yang mereka lakukan.
             "KALAU SUDAHHH BAWA KE DEPAN, TERUTAMA KALIAN BERDUA", !! Tangannya menunjuk kearah Ayu dan Indra, maka keduanya hanya bisa mengangguk.
           
     Ayu berjalan lebih dulu, membawa lembaran kertas tersebut, dan senior membacanya keras - keras puisi Ayu, lalu di susul Indra dan lainnya juga, tetapi rangkaikan kata yang paling menyentuh adalah milik Ayu.
    

SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang