Part 26 Perceraian

144 0 0
                                    

Kata - kata cerai dari Indra, akhirnya memang menimbulkan bencana untuk hidupnya dan akan membuat dirinya semakin menderita, Dewi akhirnya melaksanakan niatnya untuk membunuh Hani dan Hendra, kalau Indra menceraikan dirinya.

Indra, yang tengah sedang merasa kacau, akan dirinya, dia duduk di depan cermin, kemudian mengambil foto yang berada di lacinya disana ada sebuah foto lama Indra dan Enggar, kemudian dia menunduk sambil menaruhnya di dada.

          "Enggar, aku minta maaf", dia terisak.

Pada saat yang bersamaan, Ayu baru saja bersiap - siap untuk menari, dia mengikat selendang kuning di pinggangnya, untuk menyambut acara istimewa kedatangan tamu dari Eropa di restoran tersebut dan dia adalah tamu istimewa.

              "Entah kenapa aku memiliki perasaan yang tidak enak, mengenai Indra, jantungku rasanya memacu sangat cepat" Ayu berkata dari dalam hatinya

Seorang gadis, mendekati Ayu, dia berambut panjang diurai dan rambutnya sedikit bergelombang, wajahnya terlihat manis.

                 "Ayu, saya tahu apa yang kamu pikirkan adalah hal yang sanhat berat dalam hidupmu", dia berkata dengan tegas.

                "Rasti, Kamu tahu bukan sangat berat tapi ini adalah hal yang sangat sulit aku bayangkan juga, bahkan kamupun juga tidak bisa membayangkannya, karena ini juga sakit yang luar biasa ", Ayu berkata dengan suara mendesah.

      "Aku mengerti.......", Rasti gadis itu mengusap bahu Ayu, pada saat yang bersamaan Andi mengirim whatsapp padanya, dia yang sekarang sudah bekerja di salah perusahaan Bank di Yogyakarta, berinisiatif akan mengantar Ayu pulang nanti sore.

          "Yu..., nanti aku jemput ke tempat kerjamu yah", dan Ayu langsung membalasnya

          "Inggih tak tungguh yah ndi.....", kemudian Ayu menaruh Hp ke dalam tasnya kembali, dan mulai bekerja lagi, dia mendapat panggilan menari di tempat lainnya, yaitu acara pernikahan orang.
Dan setelah selesai semua pekerjaannya, Ayu mulai menghubungi Andi untuk menanyakan rencananya untuk mengantarnya pulang, lama sekali Andi tidak mengangkat telepon dari Ayu, dan Ayu mencobanya sekali, barulah terdengar suaranya.

         "Ayu, kamu sudah selesai bekerja", ? Andi bertanya

         "Inggih Ndi...., tak tunggu yo, neng gedung pernikahan, aku baru saja tampil disini", Ayu menjawab.

         "Dimana", ? Tanya Andi kemudian

       "Salah satu hotel yang ada dekat Malioboro", jawab Ayu.

       "Inggih tak kesana sekarang", Andi kemudian menutup teleponnya, dan Ayu juga menggeser warna merah di layar Hp, dan menaruhnya kembali ke dalam tas, lalu berjalan kearah parkiran gedung, untuk naik ke motornya, Ayu mengambil kunci kemudian menghidupkan mesinnya.

Kemudian mulai meninggalkan, perkarangan gedung, lalu mulai dia mengendarai motornya di jalan raya, hatinya entah berkecamuk rasa yang semakin memgoyak hatinya, dengan firasat mengenai Indra.

   Setibanya dirumah, Ayu masuk ke dalam kamarnya, dan mengganti pakaiannya, pikiran itu masih melayang dalam pikirannya tak mau pergi begitu saja.

        Hatinya menyebut namanya dengan jelas, sambil duduk di tempat tidurnya, di dalam tasnya Ayu teringat ingin mengambil Hp, dan membuka kontak di layar disana tertera nama Indra, ada rasa ingin menghubunginya, tapi tiba - tiba saja terpecah oleh suara panggilan Lasmi dari luar.

       "Ayuuuu",
     
      "Inggih bu", Ayu menyahut darj dalam sambil datang menghampiri dirinya, dengan sopan dan Lasmi berdiri di hadapannya.

        "Ibu, hanya ingin mengajarkanmu cara membuat bakso, siapa tahu Andi suka bakso", Lasmi berkata dengan lembut.

        "Inggih bu" , Ayu mengangguk dan ikut ke dapur bersama Lasmi, mereka mengobrol sambil sedikit tertawa.

Di tempat lain, di Jakarta  Indra baru saja di dalam angkutan umum, untuk menuju kerumahnya dia menelepon Hani dan Hendra, tidak ada yang mengangkat telepon sama sekali, entah kenapa tiba - tiba ada perasaan yang janggal dalam diri, Indra, jantungnya berdegup keras.

         Tangannya rasanya bergetar, kaki rasanya gemetar pada saat turun dari bis, dan mulai masuk ke dalam komplek perumahan, seperti ada hal yang membayangkan dirinya yang Indra rasanya sangat sulit untuk melihatnya.

        Dia membuka pintu rumah, dan terlihat barang yang berantakan, mata Indra langsung terbelalak, dia menutup mulutnya, serta hidung ada bau yang menyebar di ruangan tersebut, ingatannya mulai timbul nama orang tuanya,

        Perasaannya amat cemas, panik mulai menyertai dirinya, air matanya akan segera jatuh dengan deras, dia berlari kearah kamar orang tuanya, dan disana pandangan yang sulit dibayangkan, air mata Indra mulai mengucur deras.

          "Anjinggggggggggg kamu Dewiiiiiiiiiiiiiiiii", !!! Dia berteriak keras, dan menjatuhkan dirinya di depan orang tuanya yang benar - benar telah dibunuh oleh Dewi dengan racun, dia menangis meraung sejadinya memecah kesunyian ruangan, dan suara itu terdengar oleh tetangga, sakah seorang yang bernama Winarno, mendobrak rumah kemudian masuk kamar.

           "Aaaaaaaaaaaaaaa", !!! Indra berteriak histeris, dan Winarno berdiri di belakangnya sambil ikut berteriak.

          "Pakkkkk, bapak ini bagaimana ada orang masuk kerumah saya dan kalian semua lengahhh dasarrrrr goblokkkkk, hahhh dan ini yang terjadi", !!! Indra yang sedang emosi tidak terkendali dengan khilaf memaki warga.

            "Tapi kami memang sama sekali tidak melihat ada orang masuk kesini", !! Mereka membalas keras, Indra hanya bisa menangis meraung keras, dendam mulai menjadi kesumat di dalam hatinya, namun juga ada penyesalan jika dia tidak kelepasan mengatakan cerai maka semua ini tidak akan terjadi.

        Habis sudah keluarga Indra, dan yang tersisa kini hanyalah dirinya sebatang kara, hujan air mata menemani nisan yang namanya bertambah tiga, dia tidak percaya melihat apa yang terjadi seakan sangat begitu seketika, Dewi benar - benar mampu akan melakukan apa saja, yang diinginkan olehnya, namun kenapa Indra tak berupaya ingin membunuh Dewi juga  seperti manusia yang tak berdaya oleh penderitaan hidupnya kini, yang dialaminya.

      Ingatannya tiba - tiba saja terlintas, nama Ayu, ada rasa takut berkecamuk dalam pikiran Indra, jika Dewi akan melakukan yang sama kepadanya, maka Indra memutuskan untuk pergi  ke Yogyakarta bertemu Ayu disana.

         Dia memesan tiket kelas ekonomi, untuk berangkat besok paginya, hatinya yang di geluti perasaan tidak menentu semakin merajai dirinya.

Ayu sendiri, tanpa Indra mengetahuinya, dia sedang mempersiapkan pernikahannya, bulan depan, Ayu baru saja mulai membeli perlengkapannya satu demi satu, dari mulai suvenir, membuat kartu undangan juga mencari tempat pesanan baju pengantinnya.

           

SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang