Pagi yang masih biru, Ayu dan Andi sudah duduk di stasiun Yogyakarta, keduanya duduk di kursi pinggir stasiun, Andi terlihat merapikan jaketnya, Ayu hanya melirik kearah dirinya yang menunduk.
"Andi, jika kita nanti menginap di hotel, aku sudah booking hotel yang kamarnya bersebelahan denganmu, tapi kita harus menjaga diri, karena kita belum menikah", Ayu memberi tahukan dirinya.
"Aku bicara seperti ini, hanya karena kejadian Dewi dan Indra masih membekas di benakku", Ayu menambahkan kata - katanya."Aku takut, jika ada setan yang membuat diantara kita khilaf", Ayu menunduk kebawah.
"Demit macam apapun, kalau adat yang telah mendarah daging atas nama Tuhan, tidak akan mereka mau menganggu, darah inipun tidak akan mengalir dengan kotor yang akan merusaknya, aku berjanji padamu. Seorang gadis jawa Tulen, pastilah akan selalu di jaga Tuhan, begitupun aku", Andi berkata dengan tegas, Ayu hanya menghela nafas pendek, lalu kereta yang di tunggunya.Mereka akan ke tempat, yang selama jni dianggap adalah kota yang bebas, kota yang lebih banyak pengaruh akan manusianya, karena besar, mereka sudah banyak bercampur membaur menjadi satu, mereka yang bukan hanya dari asal kelahirannya, dan disebut orang Betawi, tetapj juga banyak sekalj, perantau dari berbagai daerah. Jakarta di jadikan sumber untuk mencari penghidupan oleh mereka semua, hingga menjadi padat dan hiruk pikuk.
Macet, adalah hal yang biasa, apalagi pada waktu - waktu tertentu, Ayu memilih tempat duduk di dekat jendela, pada saat di dalam gerbong kereta, matanya menyipitkan melihat kearah keluar, seakan melihat ada Indra berjalan disana.
"Setibanya, disana kita akan mencari tahu, alamat Indra, agar kamu lega, aku coba mencarinya melalui Facebook kamu, sudah pasti dia ada di pertemanan, dan kamu masih menyimpannya....", Andi berkata panjang lebar.
"Kamu tidak cemburu", Ayu berkata lesu, dan Andi hanya menggeleng kemudian memberikan senyuman kepadanya.
Suara kereta sudah mulai terdengar, dan akan meninggalkan stasiun, mereka akan tiba di Jakarta, pada saat sore nanti, Ayu merebahkan kepalanya di sandaran kursi, tangannya sibuk memainkan Hp, sekedar melihat Facebook untuk menghilangkan kebosanan, tiba - tiba saja ada firasat yang menyergap dirinya, Indra tidak seperti biasanya rajin untuk update status atau foto, namun dia teringat juga kata Andi, akan alamat Indra, tepat sekali dia menulisnya dengan lengkap dj Bio.
"Andii, ini alamatnya", Ayu menunjukkannya padanya, dan Andi langsung mencatatnya di notes kecil, rasanya kali ini seperti Andi, mempertaruhkan perasaannya sendiri kepada Ayu, yang nampak masih memiliki rasa itu kepada Indra, sejenak dia harus rela berkorban demi cinta.
Sejenak adat yang kental, dalam tubuh Andi, harus dilunturkan, kalau dia sebagai laki - laki Jawa tulen juga, yang tidak bisa diguncang oleh apapun badai, namun seorang laki - laki seperti itu, juga harus bersikap wibawa di hadapan perempuan, karena adalah yang kuat.
Sesaat, mereka berhenti di stasiun, pemberhentian, dan penumpang masuk ke dalamnya, kursi - kursi yang masih kosong, kini sudah dipadati oleh orang.
Di belakang, mereka ada dua orang, yang tengah mengobrol, dan tidak lama kemudian seorang pramugari, menawarkan minuman hangat."Mbak, tehnya dua yah", Andi memesan, lalu menawarkan Ayu untuk membeli makanan kecil.
"Ayu, kamu mau Chitato, atau Lays....", ? Dia bertanya, dan Ayu tengah melamun sejenak terbuyar.
"Chitato saja", Ayu mengangguk dengan halus, dan Andi kembali memandang pramugari tersebut.
"Chitato dua yah mbak", Andi, berkata kepadanya dan Pramugari tersebut, Andi membuka dompetnya untuk membayar makanan yang telah dibelinya, dan bungkusan berwarna cokelat tua tersebut di berikan satu kepada Ayu.Dia membukanya, lalu memasukkkanya satu ke dalam mulut, dan entah bagaimana tiba - tiba saja menjadi tersendak, firasat yang semakin merasuki dirinya, semakin tajam dan entaha bagaimana bagai kali ini datang merayu dengan jelas.
"Andi, kita sudah sampai dimana", ? Suara yang keluar dari mulut Ayu, terdengar kegusaran, ingin tiba - tiba saja rasanya dia segera sampai di Jakarta, Andi sudah tahu apa yang di rasakannya."Kita masih di Pekalongan, sabar Ayu, sekitar jam lima nanti, kita akan sampai di Jakarta", Andi berusaha menenangkannya.
"Rasanya, aku ingin segera bertemu Indra.....", Ayu melenguh, dan Andi tahu akan apa yang di rasakannya, dia sangat tahu perasaan gadis yang duduk di sebelahnya tersebut, Andi menunduk sejenak, dan meletakkan makanan kecilnya, di dalam ransel, lalu bersandar sambil sedekap dan merebahkan kepalanya.
"Aku tahu, kamu menyesalj atas sikapmu, kepada Indra, ada hal yang belum terselesaikan, dan aku melihat rasa takut bagaikan kamu melihat hantu dari matamu", Andi menyampaikan pendapatnya.
"Hati yang berselimut, kabut sesal itu, belum lepas Andi........., tapi aku siap menerima apapun yang ku hadapi nanti", ! Tegas Ayu, dan Andi menatapnya tajam akan kata - katanya tersebut.
Setibanya di Jakarta, mereka turun di stasiun Gambir, dan langsung menuju kearah tempat taksi berhenti berjejer di pinggir stasiun, dsn si supir, keluar dari mobil untuk membantu mereka memasukkan barang ke dalam mobil, Ayu dan Andi, duduk berdua di kursi belakang mobil.
"Pak Hotel Harris Yah.....", supir itupun mengangguk, dan Andi menunjukkan alamatnya, hati Ayu sedikit lega, karena mereka sudah tiba di Jakarta, namun belum juga sepenuhnya sepanjang dalam perjalanan kata hati Ayu bermain.
"Indra entah rasa takut apa, yang mencengkram diriku sangat kuat" supir itu memutar radio, dan tepat pada saat itu sedang diputar lagu Sheila On 7, band yang berasal dari kota kelahiran Ayu juga, lagu Tunjuk Satu Bintang, semakin membuatnya ingin segera menghapus bayangan Indra dengan bertemu dengannya.
Mata Ayu, menerawang di sepanjang jalan, kemudian dia mengambil Hp dari dalam ransel juga earphone dan mulai mendengarkan lagu. "Setengah Hati" dari Ada Band, menggaung jelas di telinganya.
Akhirnya tibalah, di hotel Harris, keduanya masuk ke dalam lift di lantai empat, dan berjalan di lorong hotel, Ayu masuk ke dalam kamarnya sendiri, di dalam gambar matanya, sudah terlihat seprei berwarna putih, serta plafon juga tembok putih, kemudian Ayu membuka pakaiannya dan mulai hendak beristirahat, sambil melihat Facebook di layar Hp.
Pandangannya, tiba - tiba saja, menjadi terbelalak, Hp yang di genggamnya terasa bergemetar, foto yang dilihatnya membuat dirinya tidak percaya, jika itu foto Indra terbaring di kamar pasien rumah sakit, dan Hp dari tangannya tanpa sadar terlepas, terjatuh diatas kasur, lalu Ayu langsung pergi keluar dia menggedor kamar Andi yang berada di sebelahnya.
"Kitaaaaa, pergi sekarang, ini semua salahkuuuu", !!! Ayu menjerit melengking, dengan nafas terengah, dan menjatuhkan diri di pelukan Andi,
"Dia di rawat di rumah sakit, kita harus segera ke rumahnya", Ayu menarik tangan Andi, mereka baru saja sampai sudah berangkat lagi ke rumah Indra.
Di sebuah komplek perumahan, Ayu masuk ke dalam salah satu rumah, yang pagarnya berwarna hijau dan bentuknya sederhana, kemudia mengetuk pintu rumah, dia bertemu dengan seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...