Part 15 Pada Saat Semester enam

64 2 0
                                    

Pada saat duduk di semester enam, hari - hari Ayu di lalui dengan sedikit sudah melupakan tentang Indra, rasanya dia sudah berusaha untuk menerima keadaan yang ada, rasa bersalah itu lebih baik dia tidak ada mengulanginya saja karena sudah tidak bisa diperbaiki lagi.
     Dia terlambat dan langsung duduk di kelas, kursi di sebelah Ayu, lalu menoleh sejenak kearah Ayu, sebelum akhirnya dia mengeluarkan buku juga mengambil pulpen di resleting depannya.
        Perkuliahan di mulai selama satu jam, dan sambil menunggu jedah kuliah berikutnya di anak tangga, sorot matanya menatap kedepan.
          Dan Riska, menghampirinya berjalan perlahan mendekati Ayu, lalu duduk di sebelahnya sambil menepuk bahunya.
          "Ayu, kamu memikirkan Dewi atau Indra", ? Dia bertanya, lalu Ayu hanya menundukksn wajahnya lalu menegadah kembali.
          "Aku berusaha untuk menghilangkannya selama ini, tapi hari ini aku gagal, padahal sama sekali sudah tidak terlintas lagi....", Ayu berkata.
           "Ada bayangan yang sulit aku hapus dari pikiranku, bayangan menjijikan....", air mata Ayu mengalir.
            "Dewi, memang anak seorang pelacur, awalnya aku tidak pernah berpikir sebelumnya kalau dia juga sama dengan ibunya, kalaupun memang sama itu bukan keinginannya tapi ini lain....", Ayu mendesahkan nafasnya dengan berucap pelan.
            "Inikah yang dinamakan mempertahankan tetapi akhirnya menghancurkannya, karena tidak bisa mencegah banyaknya orang yang masuk kesini dengan beragam sifat, " Ayu menambahkan kalimat kata - katanya.
            "Kita memang memiliki adat yang harus dipertahankan, tapi orang lain tidak bisa diatur", Ayu berkata panjang lebar.
            "Kita masuk saja yukkk...", Riska mencoba menenangkannya.
Ayu hanya mengangguk dan mereka berdua berjalan, kearah gedung untuk kelas praktek dan disana mereka duduk bersama
    "Kamu tidak perlu, menyalahkan dirimu begitu", Riska menasehatinya, sambil menunggu dosen masuk ke dalam kelas, Ayu mengirim whatsapp ke Indra.
              "Ndra, apa kabar, aku masih merasakan perasaan bersalahku kepadamu", entah bagaimana yang menjawab terlihat dari pesannya bukanlah Indra melainkan Dewi. Gadis itu seperti sudah menguasai dirinya.
              "Halooo, Ayu kami sudah menikah lhoooo", Ayu tercengang membacanya namun dia tahu jika Indra pasti tidak bahagia dengan apa yang di terimanya.

          Tidak lama setelah itu, seorang dosen bernama Galuh, masuk ke dalam kelas, dan mulai menyuruhnya untuk latihan menari, rasa yang semakin membebani pikirannya seperti kalut sendiri untuknya, dia mengambil jurusan ini bukan bertujuan seperti Dewi melainkan untuk melestarikan budayanya.
        Tidak semua profesi semacam ini dianggap buruk oleh orang lain, tergantung oleh orangnya, rasanya ada patah semangat untuk mempertahankan adat tersebut jika akhirnya hanya karena kesalahan caranya membuatnya berantakkan.
           Dewi sendiri sebenarnya seperti hanya jadi pura - pura sahabat Ayu, dia membenci tapi pura - pura menyayangi, sebaliknya dengan Indra mencoba mengalah walau sebenarnya banyak hal yang Indra memiliki pendapatnya sendiri.
            

    Mereka semua kenyataannya tidak bisa dipaksakan, karena suatu kebiasaan yang dibawa dari lingkungannya namun dia sudah mencoba menghargai adat orang lain walau tidak harus sepenuhnya mengikuti adalah cukup.
           "Aku terlalu egois", Ayu berguman mengeluh ke dirinya sendiri.
Pada saat baru saja pulang kuliah, Ayu mengobrol dengan Andi di Mailoboro, mereka duduk di kursi yang terdapat di trotoar jalan.

          "Andi, apa yang harus aku lakukan jika aku memang bisa mencintaimu", ? Ayu bertanya dengan getir.
          "Jangan paksakan hatimu , "Andi memberikan nasehat padanya..
          "Tapi jika kamu memilih Indra, lebih baik aku menjadi orang yang kejam dan memaksamu menikah denganku kelak",! Tegas Andi.
           "Ini bukan sepenuhnya kesalahannyaaa", !! Tiba - tiba saja Ayu memekik dan berdiri sambil sedekap memandang kedepan, Andipun ikut berdiri.
             "Ayu", Andi menyebut namanya

Aku muak akan semuaaaa adat ini, sudah cukuppp", !! Ayu memekik serak lalu menangis dan Andi memeluknya.
              "Jika kita memilih tidak memiliki adat, karena orang lain kalau aku jadi kamu lebih baik mati, apalagi dengan orang yang berkelakuan bebas, orang yang hidup di kota besar lebih bisa berbuat apa saja yuuu...", ! Tegas Andi.
          Air mata Ayu, semakin tidak tertahankan lagi tanpa kata, apa yang di dengar oleh Dewi kalau dia berbuat mesum dengan Indra, masih tidak dipercayanya.

  Indra di Jakarta, karena dia tidak meneruskan pendidikannya di perguruan tinggi dia menjadi bekerja apa saja, seperti saat jni yang dj lakukan dia bekerja di bengkel pencucian mobil atau motor.
       Rasa yang masuk ke dalam tubuh Indra, bukan hanya rasa sesal akan semuanya melainkan juga terhadap Enggar, mau tidak mau batinnya menjerit karena harus hidup bersama Dewj, pilihan dalam hjdupnya karena sudah menjadj orang yang kotor lebih baik mati tapi usaha itu acap kali sia - sia, Tuhan mengagalkan rencana segala bunuh dirinya.

   Kehamilan Dewi, semakin hari semakin besar, dia justru tanpa merasa bersalah merasakan senang akan dirinya yang sudah mendapatkan apa yang ingin dimilikinya.

SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang