Part 22 Dewi Yang Buta Mata Hati

77 1 0
                                    

Dewi yang telah buta mata hati, dia sedang merencanakan banyak hal di kepalanya agar niatnya bisa terlaksana.
   
     Dewi, jalan dengan tergesa - gesa, keluar dari rumah sakit dengan keadaan, marah beberapa pengunjung atau perawat dan staf yang bekerja di rumah sakit tersebut ada yang sedikitnya melirik kearahnya, ada juga yang memandang curiga dan aneh dirinya, Dewi kearah keluar pagar rumah sakit, kemudian masuk ke dalam taksi, yang tengah berhenti di samping trotoar pagar rumah sakit.

         "Rasanyaaaa, sebelum aku melenyapkan, gadis itu harus ada yang aku bereskan dulu, tapi apa kata Indra, jika aku menyakiti orang tuanya ahhh...., itu rasanya sulit aku lakukan meskipun aku sangat ingin melakukannya", tekad bagai iblis, bernaung di hatinya, dan terus memanas dengan semakin berkobar, hasratnya tidak ingin ada siapapun yang mencegahnya apalagi untuk menghalangi dirinya.

    Dia adalah sosok iblis bengis, berwujud wanita, yang akan mampu melakukan apa saja, Dewi teringat jika kehamilannya akan sebentar lagi lahir seorang anak, dan ini adalah kesempatan bagi Dewi.

    Yang akan di pergunakannya dengan baik. Dia tersenyum licik, penuh bengis di dalam taksi hatinya sudah tidak lagi seperti manusia, dia memutar otaknya akan rencana dirinya, Dewi turun dengan taksi dengan sebuah ide diatas kepalanya.

Dewi, merebahkan tubuhnya, di sandaran kursi belakang, lalu kembali memusatkan pikiran yang ingin di lakukannya, matanya akan sudah membayangkan, dengan bulat, yang sudah tersusun rapi olehnya.

          Akhirnya, sampai di depan halaman rumah, Dewi turun dari taksi, lalu kemudian masuk ke dalam rumah, dia menutup pintu dengan keras, lalu nafasnya tersenggal terasa keras, Dewi dengan penuh emosi, dia berjalan perlahan, kearah kamarnya dengan kaki gemetar, seperti ada yang ingin di lakukannya, dia mencari - cari sesuatu di laci kamar, dengan terengah seperti orang gila.

    "Sialllllllll", !!! Dia berteriak sendiri keras, dan melempar sesuatu benda keatas tempat tidur,

     "Dasar perempuaannnnnn itu harus ku halangi, mau apa dia hahhhh" , !!! Dewi berteriak lagi keras.

Nafasnya tersenggal berat, kemudian dia berteriak keras lagi, sambil memegang kepalanya dan mengacak - acak rambutnya.

        Malam harinya, Ayu sedang mengobrol dengan Indra, yang sudah mulai cabut infus dan besok sudah di perbolehkan untuk pulang, dan dia duduk, sambil bersandar di bantal menghadap ke tembok.
     
       "Ayu, seharusnya kamu tidak kesini, hal yang ku tunggu adalah aku bisa mati, agar semua bisa hilang begitu saja, ini semua salahku yang tidak menghargai dirimu yang memegang adat dengan teguh", Indra berkata panjang lebar.

       "Kamu sudah menemukan seseorang juga yang lebih baik dariku", arah matanya menunjuk kepada Andi, lalu Andi mendekatinya.

         "Aku tahu, kalau kamu sebenarnya tidak mencintai Dewi....", Andi menatap dirinya lalu memandang kearah Ayu.

        "Indra, aku memang sangat memegang adatku dengan teguh, tapi maafkan aku jika caraku itu salah, semestinya dengan orang yang bukan berasal asli dari daerahku, tidak aku perlakukan demikian, mestinya aku tidak egois", Ayu mendesah.

        "Aku memang ingin orang lain menghormati, apa yang ku pegang, namun bukan justru mencari masalah begini, yah memang di tanah kelahiranku, banyak sekali yang harus di patuhi  terlebihnya saat kamu masuk ke dalam keluargaku",  Ayu berkata panjang lebar.

         "Hidup harus menghargai seseorang dulu, jika ingin dihargai, kalau tidak harga itu menjadj tidak seimbang......", Ayu menambahkan kalimatnya.

      "Lakukanlah dengan caramu sendiri Indra, setidaknya kamupun tahu, mana yang baik dan tidak", Ayu berkata lagi.

     "Ayuuu, aku juga salah.......", Indra memotong dengan lesu, Ayu tanpa kata, langsung menghambur ke dalam pelukan Indra, Andi yang melihatnya harus menahan ribuan rasa, rasa yang di telannya sendiri, nampak ketulusan hati Ayu kepada Indra.

       Air mata, Andi turun dari pipinya, kemudian dia keluar kamar pasien, untuk sejenak menenangkan dirinya, dia duduk di kursi samping kamar pasien sambil menunduk dalam, berkata di dalam hatinya.

    "Tuhan, bagaimana mungkin, aku bisa menghalangi cinta mereka yang sangat tulus itu, jika Indra memilih jalan mengorbankan dirinya itu lebih baik aku yang melakukannya"

Sementara itu, Dewi menemui Hani dan Hendra, dengan penuh ancaman tajam, dia menatap mereka, dan sorot matanya seakan dia sosok yang sangat buas.

"Kalian, harus menyingkirkan gadis itu, atau aku akan berbuat sesuatu, jangan dianggap aku tidak berani melakukan apapun.....", !!! Dewi berteriak keras.

  "Anak ini, sebentar lagi akan lahir dan kalian akan melihatnya nanti", ancaman yang lebih dalam dari Dewi, membuat getir Hani dan Hendra.

     Dan pada saat, akhirnya Dewi melahirkan anak haram tersebut, dia menyebarkan fitnah kepada tetangga, kalau kehamilan diluar nikahnya itu disetujui oleh Hani dan Hendra, dan Indra yang memulainya lebih dulu dengan mengajaknya tidur, para tetangga yang termakan fitnah Dewi, akhirnya berbondong - bondong untuk mengusir Indra dan keluarganya dari komplek perumahan, namun Dewi memutar balikkan lagi fakta.

        Kepada orang tua Indra, jika Indra yang mengatakannya kepada Dewi, entah bagaimana mereka yang lelah mendengar semuanya, dan membuat rumah bagaikan neraka, akhirnya mengusir Indra dan Dewi, dan Dewi menunggu hal ini, karena dia bisa menguasai Indra sepuasnya mengekang hidupnya dengan membuatnya semakin tertekan.

SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang