Pagi yang masih udaranya sejuk, diiringi oleh suara kokokkan ayam, menemani Ayu mulai menjalani aktivitasnya dan hari ini waktu menunjukkan pukul setengan enam kurang, dia merapikan tempat tidur, menyapu terlebih dahulu rumahnya kemudian barulah mandi dan bersiap - siap untuk berangkat ke sekolah, Ayu sudah mengenakan seragam putih abu - abu lalu menyisir rambutnya di depan cermin berbentuk oval, lalu meletakkan sisirnya diatas meja yang terbuat dari kayu berwarna cokelat kemudian meninggalkan kamarnya, dan berjalan kecil kearah meja makan.
"Selamat pagi", Ayu menyapa sambil membungkukkan wajah dengan hormat pada saat duduk di meja makan, Jono tersenyum kepadanya, lalu menarik kursi meja makan, kemudian Lasmi menyusul suaminya dia baru saja keluar dari kamarnya, dan duduk di sebelah Jono, mereka semua melahap makanan dengan mengunyah perlahan karena kalau terlalu cepat dianggap tidak sopan bagi keluarga mereka, Ayu yang menyudahi makanannya lebih dulu meminum air putihnya, kemudian langsung berjalan kearah ruang tamu sambil menyandang ransel untuk memakai sepatu.
"Ujian apa saja hari ini ndok", .? Lasmi bertanya sambil berdiri di belakang Ayu yang sedang menunduk iapun menegadah menengok ke belakang.
"Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial " , Ayu menjawab sambil kemudian merapikan seragam sekolahnya dan berpamitan untuk meninggalkan rumah, suara motorpun mulai terdengar mesinnya dihidupkan dan tidak lama suara itupun menghilang dari perkarangan rumah.
Ayu menyetir motornya dengan keadaan tidak terlalu cepat agar terhindar dari bahaya, dan ketika sudah sampai di sekolahnya, Ayu memarkir motornya seperti biasa di halaman parkir motor kemudian berjalan agak cepat masuk ke dalam pagar sekolah, lalu duduk di kursi panjang sebelah kanan kelasnya, sambil membuka buku mata pelajaran untuk menghafal kembali yang sudah di pelajarinya.
"Pagi", sebuah teguran dengan nada suara riang dari arah sebelah kirinya, membuat Ayu menengok menegadah keatas melihat wajahnya yang sedang berdiri.
"Oh....sampeyan Pratiwi", dia tersenyum sumrigah dengan menatap lembut temannya itu.
"Oh yah, ngomong - ngomong nanti setelah ujian selesai, apakah kamu sebagai ketua Osis", punya ide untuk acara perpisahan"? Dja bertanya. Ayu hanya terdiam, dia memang terpilih sebagai ketua Osis tahun ini, dan baru pertama kalinya juga di sekolah dia jabatan tersebut dipimpin oleh perempuan.
"Kamu ingin mengusulkan yang istimewa dari setiap tahunnya yang berbeda", ? Ayu memicingkan mata untuk menebak apa yang ada dalam pikiran Pratiwi, dan Pratiwi berganti terdiam sambil memandang lapangan di depannya.
"Yah jika begitu - begitu saja, menurutku membosankan bagaimana kalau berkemah"? Pratiwi mengusulkan, dan perkataannya membuat mata Ayu terbelalak, apakah mungkin akan diizinkan untuk naik gunung, lalu Ayu menelan ludahnya.
"Parangtritis pemandangannya sangat indah, jika ingin kesana itu lebih bagus daripada naik gunung, aku suka dengan pantai", Ayu berkata sambil menatap kearah lapangan,
"Ahhh..., aku sudah bisa menebaknya kenapa kamu berkilah"? Pratiwi menyipitkan matanya.
"Orang tuaku memang belum tentu akan mengizinkan untuk naik gunung" , Ayu mengakui dirinya lalu menunduk dalam.
"Karena kamu adalah anak semata wayang, tapi bukan hanya itu, keluargamu yang sangat menjaga tata krama pasti mereka menganggapnya ndak sopan seorang gadis naik gunung", Pratiwi memberikan pendapatnya.
"Keluargaku memang begitu, tapi bukan berarti mereka kolot berlebihan", ! Nada suara Ayu sengaja ditinggikan dan wajahnya menunjukkan sedikit kesal dengan perkataan Pratiwi yang menyinggung keluarganya.
"Aku minta maaf, kalau memang itu menyinggung tapi memang itu kenyataan kan, dan kamu sendiri juga melakukannya, tapi kamu ada benarnya suasana pantai itu lebih indah", Pratiwi memelankan suaranya.
Tidak lama kemudian, bel terdengar dan Ayu masuk ke dalam kelasnya begitupun sebaliknya Pratiwi ke kelasnya masing - masing juga, Ayu duduk di kursi bagian depan sebelah kiri, dia menaruh ransel di kursinya lalu membuka resleting bagian depan untuk mengambil pensil 2B dan meletakkannya di meja, pikirannya melayang sejenak tentang apa yang di katakan Pratiwi tentang dirinya, tatapan matanya mengarah ke papan tulis sambil melamun
"Mungkin memang aku terlalu polos sebagai seorang gadis, karena kehidupanku yang berpegang pada adat di keluargaku..." tanpa sadar dari tengah ambang pintu seorang pengawas bernama Pak Prawoto dengan tubuh tinggi tegapnya, masuk ke dalam kelas dia tersenyum ramah kepada siswi atau sjswa yang sudah duduk dengan rapi di kursi mereka masing - masing.
Pak Prawoto membacakan nama absen mereka terlebih dulu, sebelum akhirnya memberikan lembaran soal pertanyaan ujian dan lembar jawaban yang akan dibulatkan oleh pensil 2B tersebut, Ayu mulai mengerjakan soal tersebut dengan fokus, dan tanpa terasa waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi akan menjelang siang, bel terdengar tanda istirahat Ayu yang sudah selesai lebih dulu menaruhnya diatas meja guru lalu meninggalkan kelas.
Gadis itu duduk di kursi seperti biasanya yang menghadap kearah lapangan, kemudian tanpa sadar langkah kakinya ingin mengarah ke kantin yang berada di ujung lorong.
Dan pada saat sudah berada di kantin Ayu duduk di kursi panjang berwarna cokelat, matanya melihat kearah laki - laki yang berjualan minuman di sebelah kanan, lalu dia memanggilnya sambil melambaikan tangan.
"Mas, teh manis dingin siji yooo...", dia berkata halus
" oh inggih mbak....", dia mengangguk sopan lalu membalikkan badan, kearah gerobaknya, pada saat yang bersamaan dari kejauhan seorang laki - laki dengan tubuh tinggi tegap serta jangkung dengan kulit cokelatnya menghampiri Ayu, terlihat gerakan tubuhnya saat berjalan layaknya seorang pasukan tentara saat berada di tengah jalan, karena semua mata tertuju padanya, entah apa keistimewaannya tapi peragai tubuhnya selalu menjadi pusat perhatian di sekolah, namanya Bimo, dia memang seorang wakil ketua OSIS, dan apa yang ada dalam pikiran Ayu, sama persis juga seperti mungkin yang mereka pikirkan kalau mereka sudah bertemu sudah di pastikan akan ada suatu rencana untuk sekolah ini, lagipula Pratiwi memang sudah mengusulkan suatu rencana acara untuk sekolah meskipun itu hanya idenya saja, Pratiwi memang termasuk anggota OSIS juga tapi jabatannya tidak punya kuasa sepenuhnya untuk mengadakan suatu acara sekolah, dia hanya sebagai pengagas ide, tapi sebagai seksi ketua Mading adalah urusan sepenuhnya Pratiwi.
Bimo duduk di hadapan Ayu, yang sedang mengaduk teh manisnya dengan sedotan lalu menyeruputnya, mata Ayu menangkap maksud tujuan Bimo yang masih terdiam seolah menunggunya bicara lebih dulu.
"Aku sedang merencanakan sesuatu untuk acara perpisahan, kita adakan di Parangtritis dan kita akan berkemah disana selama satu hari....", Ayu memulai pembicaraan topiknya.
"Setelah ujian terakhir kita akan rapatkan nanti", Ayu menambahkan kata - katanya
"Inggih aku setuju, hanya saja dari tadi aku diam, karena aku sedang menunggu keputusan sang ketua", Bimo mengangguk.
"Dan kamu menghampiriku untuk menanyakan acara perpisahan nanti kan"? Ayu menebak dirinya, Bimo hanya mengangguk tanpa sebuah kata, kemudian melihat kearah seorang pria yang tengah sibuk di depan panci berisikan mie ayam jualannya.
"Sampeyan mau tak belikan sekalian mie ayamnya"? Bimo menawarkan dengan sopan
"Aku tak minum wae", Ayu menjawab sambil mengaduk kembali lalu memyedotnya lagi minumannya.
Bel mulai terdengar, dan Ayu segera kearah penjual minuman untuk membayar, sedangkan Bimo masih duduk disana, setelah berapa menit kemudian Ayu sudah tidak terlihat di dalam kantin barulah dia meninggalkan tempat tersebut.
Ayu masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya lalu mengambil pensil 2B dari tempat pensil kemudian memainkannya dengan memutarnya di jemari Ayu sambil menundukkan sedikit wajah, dan tiba - tiba saja Rangga masuk ke dalam kelas sambil menegurnya dari arah belakang.
"Ojo banyak melamun nanti kesambettt...", dia terkekeh sambil mencodongkan badan kedepan dari kursinya yang di dudukinya di belakang Ayu. Ayu mendengarkan kalimat yang di katakannya memicingkan mata sambil menengok ke belakang.
"Opo tho maksudnya..."? Dia tersentak belum sempat dj teruskan perkataannya, seorang pengawas sudah masuk ke dalam kelas, dia seorang wanita dengan tubuh agak gemuk bernama Ibu Ajeng, wajahnya nampak cantik walau pipinya terlihat agak gembil.
Dia berjalan kearah kursi sambil meletakkan lembaran absen dan setelah menyebut siswi atau siswa barulah Ibu Ajeng membagikan soal ujiannya serta lembar jawabannya, pada saat lembaran tersebut ditaruh diatas meja Ayu, matanya terbelalak karena melihat banyaknya pertanyaan menjebak, dan Rangga terdengar nafas mengeluhnya dari belakang, sambil menundukkan wajah Rangga melirik Ayu, dia merasakan akan hal itu dan membuatnya menoleh ke belakang, ada kata tersimpan dibalik bibir yang diam diantara keduanya.
Dari kursi paling belakang terdengar keluhan Wahyu dan Ani.
"Wesss ora usah lulus waeeee", terdengar kalimat pasrah Wahyu dengan kesal.
"Husss ojo ngomong sembarangan, coba kita pikir sendiri wae" Ani mencoba bersikap bijak walau dalam hatinya juga protes.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...