Semakin lama, Ayu semakin dekat, kadang Indra sering menghampiri Ayu ke jurusan tari hanya sekedar mengobrol dengannya, bahkan kalau Indra pulang lebih dulu setelah selesai kuliah dia kerap mengamati gadis itu di balik jendela kelasnya.
"Kita pulang sekarang, karena hari pertama masuk sudah banyak tugas yang harus dikerjakan", Indra hanya menganggukan kepala, dan meninggalkan tempat tersebut, di dalam kelasnya teryata Ayu mengamati sikap laki - laki itu dari luar yang sedang memerhatikannya, arah sorot matanya kearah jendela, namun disana terlihat dia sudah tidak ada.
Yang akhirnya Ayu kembali fokus kepada perkuliahan, sampai selesai pada pukul sati siang, Dewi memerhatikan sikapnya tadi, namun belum di utarakan di isi hatinya, entah kenapa seakan ada hal yang tersirat di dalam hatinya mengenai Ayu.
Belakangan dia menjadi akrab, meskipun Ayu terlihat masih agak menjaga jarak dengan Indra. Bagi Dewi perempuan jaman sekarang, yang di lakukan tidak perlu memakai hati yang berlebihan, urusan menjaga image bisa belakangan, ibaratnya melakukan lebih dulu tanpa harus menunggu laki - laki, adalah hal biasa, dan bukan seperti cara yang Ayu pakai, baginya jika bertingkah sedikit agresifpun tidak masalah.
Setelah selesai kuliah pertama, kedua gadis itu mengobrol di kantin mereka menyantap mie ayam sambil mengobrol.
"Aku hanya mengingatkan ini adalah dunia kampus, tanpa sadar kamu memasukki kehidupan yang berbeda, terkadang orang punya sudut pandangnya sendiri mengenai hidup. Aku melihatmu adalah orang yang terlalu kolot", Dewi berkata terus terang.
"Itu memang benar, tapi jika itu yang terbaik, aku akan menjalaninya", Ayu menanggapi polos.
"Oh yah soal Indra lelaki dari jurusan Desain Grafis itu, aku melihat kalian semakin akrab, bukankah katamu dia pernah menilaimu aneh", Dewi mulai menyinggung soal Indra.
"Itu benar, tapi aku pikir dia juga orang baik, walau kadang menyebalkan, dan terus terang sebenarnya akupun berpikir tidak akan pernah cocok untuk jadi kekasih jika itu yang kamu pikirkan dari sikap dan tata caranya, sebenarnya banyak hal yang aku tidak suka, namun dis mudah mengambil hati orang, dan mau mencoba mengalah dan hal itu yang bagian positifnya", Ayu berkata panjang lebar.
"Tunggu apa katamu barusan, jika Indra kadang menyebalkan dan tidak cocok di jadikan kekasih", ? Dewi mengulangi kalimat itu, hal itu yang membuat Ayu tercengang, kenapa dirinya harus mempertanyakan mengenal hal itu.
"Bukan berarti aku membencinya, jika ada yang di benci bukan seratus persen ", Ayu berkilah dan menatap heran Dewi.
"Maksudmu menanyakan hal itu apa", ? Sekarang Dewi memberikan senyuman kepada Ayu, namun seolah terkandung hal yang tersembunyi di hatinya.
"Tidak apa - apa", dia menggeleng.Pada saat mata kuliah kedua, di dalam kelas teori, sebelum seorang dosen masuk ke dalam kelas yang bernama ibu Santi dia menerima whatsapp dari Andi, dan membacanya.
"Nanti malam, aku mau kerumahmu yah boleh", ? Dia bertanya
"Setiap kalipun kalau sedang bosan dirumah, kamu kerumahku", Ayu menjawabnya lalu menaruh Hp ke dalam ranselnya, tidak lama kemudian Ibu Santi mulai masuk ke dalam kelas, dan menjelaskan teori yang di berikan olehnya sampai waktu perkuliahan selesai pada pukul empat sore sambil juga memberikan tugas teori.Dan pada saat Ayu sudah sampai di rumahnya, dia membuat pisang goreng dan bakwan goreng sekedar teman mengobrol dengan Lasmi dan Jono juga di temani oleh teh manis.
"Di kampusku, ada salah satu mahasiswa dari Jakarta, namanya Indra dia mengambil jurusan Desajn Grafis", Ayu memulai ceritanya.
"Berbekal keberanian apa anak itu datang ke pulau Jawa Tengah", ? Jono bertanya seakan menantang dirinya.
"Berbekal keberanian, atas impian yang paling tinggi dan akhirnya dia berkelana walau harus jauh dari rumah, dan banyak yang lainnya juga begitu tho pak", Ayu menanggapi dengan nada suara halus.
"Lalu, kamu sudah mengajarkan dia untuk bisa Bahasa Jawa, tidak perlu kromoinggil atau banyak - banyak yang penting dia bisa mengucapkan kalimat walau sedikit, terutama adat di keluarga kita yang amat menjaga tanah kelahirannya, dan mungkin orang - orang disini yang juga masih memakainya juga", Lasmi ikut mengobrol.
"Wes pak", Ayu mengangguk hormat.
"Waktu pulang dari Inagurasi dia langsung ingin membeli buku kamus Bahasa Jawa", Ayu menambahkan kalimat kedua orang tuanya.
"Yo apik kalau begitu", Lasmi bersungut.Ayu kembali ke dalam kamarnya, setelah mengobrol di sore hari, dia mulai membuka laptop yang baru di belinya untuk mengetik tugas, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Ayu segera bersiap - siap mandi, karena Andi pada pukul tujuh malam nanti, akan datang kerumahnya.
Entah kenapa, belakangan dia tidak terlalu memikirkan Andi seperti biasanya, tapi juga tidak terlalu memikirkan Indra, namun orang yang baru saja mengisi harinya adalah Indra, entah kenapa juga , ? Dia memang merasa bahagia bertemu dengan Indra, namun juga merasa janggal terhadap sikapnya.Pada malam harinya, Ayu mulai mengobrol dengan Andi di teras rumah, dia menyeruput teh manis hangat yang di sungguhkan untuknya, sambil menatap kearah langit.
"Wes dahar Andi...", ? Ayu bertanya kepadanya.
"Wes, walau hanya nasi dan sayur sop", Andi menjawab.
" ada satu hal yang justru membuatku semakin, ingin memegah teguh adat di keluarga ini, tentang kakek dan nenek buyutku yang baru ku tahu, mereka adalah sosok yang pertama menularkan ini semua, pada waktu eyang putri dan eyang kakungku masih hidup, meskipun saat itu, dia hidup di jaman Hindia Belanda, dimana negara kita dihiasi oleh woro - wiri bangsa asing juga, namun mereka tetap mempertahankan hal itu", Ayu bercerita panjang lebar.
"Aku juga berpikir sama, setidaknya walau harus ada orang lain yang menilainya tidsk baik tapi jni yang ku jaga walau sampai kapanpun, aku pikir terlahir dari keluarga yang masih kental akan adat di keluarganya justru sangat tidak salah bahkan itu rencana Tuhan", Andi menanggapi dirinya.
"Tuhan tahu yang terbaik ", Ayu menyetujui pendapat Andi.
"Dan sebentar lagi, saat usiaku dua puluh tahun, aku pasti akan mendapat pertanyaan mengenai jodoh atau mereka akan mencarinya, sepertinya sudah terlihat dari saat ini", Ayu bercerita panjang lebar, dan entah bagaimana kalimat ini justru membuat Andi tercengang.
"Memangnya mereka sudah menanyakkan hal itu",?
Ayu hanya menggeleng lembut dan tersenyum kepadanya dengan anggun.
"Durung...",
Entah bagaimana pikiran itupun terlintas di kepala Andi, sudah pasti orang tuanya sendiri akan menanyakkan hal yang sama terlebih dirinya adalah seorang laki - laki yang di wajibkan untuk mencari seorang perempuan.
Akan dianggap laki - laki tidak baik oleh keluarganya sendiri, jika Andi juga tidak beristri.
Pikiran itu membawanya sampai dia pulang ke rumahnya dan membicarakannya kepada Kunti dan Hardi orang tua Andi."Apa yang harus aku lakukan sebagai laki - laki tulen kelahiran Jawa, jika sudah berumur dua puluh nanti", ? Mata Hardi langsung memandangnya tegas.
"Menikahlah, jika tidak keluarlah dari rumah ini, kamu harus memiliki seorang calon istri, tetapi pesan bapak, istrimu kelak tidak boleh banyak bekerja, agar bisa sepenuhnya melayani suami", ! Perkataan tegas Hardi di setujui oleh Andi sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...