Ayu baru saja turun dari motor, di sebuah toko yang menjual suvenir, ditemani oleh Andi, dan mereka berdua masuk ke dalamnya.
Ayu melihat - lihat suvenir yang terpajang kemudian mengambilnya satu yang modelnya bagus meski sederhana."Bagaimana", ? Dia bertanya pada Andi untuk meminta pendapat sambil memperlihatkan kepadanya.
"Yah bagus, kamu mau", ? Andi mengangguk setuju, kemudian mereka membawanya ke kasir, wanita yang berjaga disana, langsung mengambil barangnya kemudian menghitung jumlahnya sambil menyebutkan harganya, dan menaruhnya ke dalam plastik.
Ayu dan Andi, berjalan kearah parkiran motor, Andi, yang duduk di bagian depan untuk menyetir motornya, memberikan bungkusan itu kepada Ayu yang duduk di belakang, namun pada saat memegang, entah bagaimana hampir saja terjatuh, tapi Ayu dengan tanggap memegang kuat bungkusan tersebut.
Sorot matanya, tiba - tiba saja terbayang, gambar wajah, Indra yang berputar dan menari dengan jelas, kepalanya dibuat gelisah oleh bayangan tersebut.
Entah apa yang di rasakan oleh Ayu, hatinya tiba - tiba diterpa gelisah juga resah, yang tidak bisa dikendalikan dalam perasaannya sendiri, Ayu memegang pinggang Andi, dan motor mulai berjalan di jalanan raya.
"Indra, apa yang tengah terjadi denganmu, ada yang menyusup di pikiranku, seakan sebuah isyarat, yang belum jelas apa itu, namun bayangmu seakan tanda akan sesuatu, Indra aku benar - benar minta maaf jika ini semua salahku" Ayu berkata dari dalam hatinya.
"Ada hasrat aku ingin bertemu, namun aku mencoba mengurungkannya, maafkan aku aku ingin memulai hidup baru bersama Andi" Ayu masih berkata dari dalam hatinya.
"Ayu kita sudah sampai", Andi memberi tahukannya membuat lamunan Ayu terbuyar.
"Eh inggih", dia nampak gugup
"Kamu sedang melamun", ? Dia bertanya.
"Tidak apa - apa, aku sedang merasa tidak percaya saja jika kita akan menikah", Ayu berkilah sambil turun dari motor.
Ayu, masuk ke dalam rumahnya, dan terlihat Lasmi dan Jono dua - duanya, sedang tidak ada dirumah, dia masuk ke dalam kamar dan bermain dengan perasaannya sendiri, Ayu menjatuhkan dirinya di ranjang dengan tengkurap dan air mata jatuh membasahi bantal, tanpa di sadarinya.
Perasaan bersalah, yang tidak lagi bisa digantikkan oleh apapun, semakin menyesakkan hatinya, dia yang membuat Indra seperti ini, karena tidak mau memahami sifat dan perasaannya, hanya karena ego oleh adat.
Dan sebenarnya, Indra juga merasa bersalah dengan Ayu, atas ucapannya ini semua terjadi karena sebuah salah paham yang berpuncak pada masalah besar.
Perasannya, tidak bisa dibayar oleh apapun, tidak pernah ada penyesalan yang datang lebih dulu, karena jika itu terjadi maka tidak pernah ada rasa menyadari diri sendiri, dan sesal selalu datang terlambat, karena itulah disebut penyesalan.
Apa yang terjadi, telah terjadi, waktu semakin berlalu, tidak semudah itu membalikannya lagi, menjadi untuk menyempurnakan kisah yang telah menjadi serpihan perih.
Pada saat yang bersamaan, Andi menelepon dirinya Ayu langsung segera mengangkat telepon tersebut.
"Inggih Ndi....",
"Ayu, aku merasa ada yang janggal dengam sikapmu barusan, apa kamu kepikiran lagi soal Indra", ? Andi sudah mulai menebak sikapnya.
"Aku memiliki firasat yang tidak enak mengenai Indra, namun percuma juga bila kita ke Jakarta, aku memang sepertinya sudah di takdirkan untuk bersamamu", Ayu menjawab dengan mendesah."Aku akan mencobanya", Ayu mematikan teleponnya, tepat pada saat itu terdengar suara ketukan dari luar kamarnya, dan Ayu membuka pintu kemudian menghambur di pelukan Andi.
"Andi, jujur hanya kamu yang paling mengerti hatiku", dia berkata sambil terisak, dan Andi hanya membelai rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romantiksebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...