Entah bagaimana, tiba - tiba saja, tersirat dalam pikiran Ayu, kalau sebenarnya di dalam hatinya paling dalam menyimpan rasa cinta, kepada Indra, karena itu Dewi berani melakukannya, air mata Ayu menetes akan semuanya, tidak menyangka kalau Dewi bukan sahabat yang baik, dan dia merebut Indra darinya, karena mengetahui kalau Ayu tidak akan peduli padanya, meskipun Indra jatuh cinta padanya, tersadar pula jika sebenarnya sikap ingin berkorbannya Indra karena rasa di hatinya.
Perasaan itu semakin terasa, dimana kalau dirinya seakan selama ini tidak pernah menyimpan rasa kepada Andi, yang sudah lebih mengenalnya daripada Indra, meskipun nampak seperti dia yang memilih, ada satu hal juga yang menyadarkan sedikitnya dalam diri Ayu, mungkin apakah benar jika dia terlalu ego dengan adat yang sangat di yakininya, tidakkah mereka juga sebenarnya tanpa harus di dikte, dan ikut campur urusan mereka di jalan dengan embel - embel alasan adat, mereka sudah tahu sendiri apa yang harus di lakukannya, begiyu mereka memasukki tempat tersebut, setidaknya mereka adalah orang dewasa.
Air mata Ayu, semakin tidak tertahan bercampur aduk, dan tiba - tiba saja yang muncul dalam ingatannya adalah Pratiwi bukan Andi atau Indra.
Entah kenapa kata - kata yang pernah di ucapkannya itu seakan membayangi terus pikirannya, dan semakin berputar diatas kepalanya."Aku hanya ingin, menjaga adatku tapi bukan untuk menghancurkan segalanya, bahjan membuatnya buruk dj mata orang dengan apa yang aku lakukan, hanya ingin yang terbaik dengan apa yang ku lakukan", pikiran itu semakin membuat suasana Ayu hati Ayu semakin kacau.
Tiba - tiba saja, tangannya ingin meraih Hp dia mengirim whatsapp kepada Pratiwi,
"Pratiwi, aku ingin kerumah sekarang, ada yang ingin ku bicarakan",
"Inggih", tidak lama kemudian Pratiwi membalasnya, dan Ayu langsung mengganti bajunya kemudian pergi ke halaman rumah, pada saat dia baru saja menghidupkan mesin motornya dari luar pagar Andi menyapanya.
"Ayu mau kemana", ?
"Kerumah Pratiwi", jawab Ayu dengan keadaan tidak tenang, dan membawa motornya keluar pagar rumah, belum sempat Andi mengatakan apapun, dia sudah hilang di ujung jalan komplek perumahan.
Perasaan itu semakin mengusiknya tidak mau pergi, air mata berkali - kali menetes, dan rasa yang berkecamuk semakin membuatnya tidak karuan dari dalam hatinya, selama dalam perjalanan yang bisa di lakukan Ayu adalah menahan air matanya.
Tibalah di rumah Pratiwi, dia langsung memanggil namanya dari luar pagar dan ketika Pratiwi tiba di depan pagar, Ayu langsung menghambur di pelukannya.
"Apakah benar ini semua adalah kesalahanku, jika memang ingin menjaga adatku mestinya mempertahankan bukan dengan cara egois tapi bijak", isak Ayu.
"Teryata dunia luar memang harus ku terima beragam sifat manusia", Ayu menambahkan kata - katanya sambil menghapus air matanya.
"Lebih baik masuk dulu, dan tenangkan pikiranmu", Pratiwi berkata bijak, Ayu mengikutinya dia masuk ke dalam teras rumah, dan Pratiwi masuk ke dalam rumah, disana dia mengambilkan Ayu air putih dan duduk di dekatnya."Aku memang merasa segan, karena adanya adat di keluargamu, kalian masih memakai bahasa kromoinggil salah satunya, tapi yang aku tidak setuju caramu kadang berlebihan dengan orang lain, hal wajar itu di lakukan agar adat yang kita jaga tidak diinjak oleh orang tapi bukan seperti itu yu..., biarkan mereka bebas dengan sifat pribadi mereka tetapi tetap menghargai adat kita. Itu cara yang bijak, untuk tetap mempertahankan adat kita", Pratiwi berkata panjang lebar.
"Kamu benar", Ayu mengiyakan sambil meminum air putihnya dan duduk di dekatnya."Aku memang merasa segan, karena adanya adat di keluargamu, kalian masih memakai bahasa kromoinggil salah satunya, tapi yang aku tidak setuju caramu kadang berlebihan dengan orang lain, hal wajar itu di lakukan agar adat yang kita jaga tidak diinjak oleh orang tapi bukan seperti itu yu..., biarkan mereka bebas dengan sifat pribadi mereka tetapi tetap menghargai adat kita. Itu cara yang bijak, untuk tetap mempertahankan adat kita", Pratiwi berkata panjang lebar.
"Kamu benar", Ayu mengiyakan sambil meminum air putihnya.
"Tapi apa yang terasa, dan yang aku alami, adalah akibat dari kesalahanku sendiri, teryata Dewi teman baikku satu kampus tak sebaik ku kenal begitu juga Indra, dia mudah terjebak oleh hitam, jujur yang ku bayangkan adalah hal yang sangat sulit aku bisa melihatnya, gadis itu teryata kotor dia melakukannya dengan Indra", Ayu berkata dengan nafas terengah pelan."Dan aku tahu, apa yang membuatmu segan kala itu", Ayu menambahkan kalimatnya
"Yu,..., yang kamu lakukan sudah benar, tapi hanya sedikit saja yang kamu perbaiki adalah caranya", Pratiwi menasehatinya.
"Namun, apa yang telah terjadi tidak mungkin dapat diubah lagi.., karena segala waktu yang membuat orang sadar adalah sudah terlambat, karena manusia memiliki khilaf, perbuatan Dewi terhadap Indra, adalah hal yang terlanjur, bisa jadi dia berpikir kamupun tidak peduli atau memang pura - pura benci", kata - kata Pratiwi membuat Ayu menoleh sejenak melihat raut wajahnya kemudian menunduk dalam.
"Harus aku memikirkannya dengan matang, mengenai perasaanku sendiri", Ayu menanggapi singkat.
Keesokan harinya di anak tangga gedung fakultas pikiran itu terus melambung, belakanganpun dia tidak melihat Dewi atau Indra sejak kejadian itu, namun ada yang bertumpu di perasaannya yang sangat dalam, dan pada saat pulang kuliah Ayu berencana menemui Andi dirumahnya.
"Andi, apakah kamu juga ingin menemui orang tuaku", ? Dia bertanya dengan menunduk, dan Andi terlihat bersemangat mendengarnya.
"Jika kamu menyetujui perjodohan orang tuaku denganmu, maka akan sekaligus membuat sepakatan dengan orang tuamu, aku ganti baju dulu dan panggil mereka", Andi berlari kecil masuk ke dalam ruangan dibalik tembok ruang tamu, dan Ayu merebahkan tubuhnya disana sambil menyandarkan kepala.Tidak lama kemudian, Andi datang dengan Hardi dan Kunti lalu menuju ke rumah Ayu, mereka mengobrol agak lama, terlihat keduanyapun menyetujui jika kelak Ayu akan menikah dengan Andi.
Entah apa yang Ayu rasakan, dia justru tidak mengelaknya meskipun ada rasa kebimbangan diantaranya dimana jika ketulusan itu juga di miliki oleh Indra, dan rasanya sesal semakin menghajar seluruh tubuhnya.
Bagaikan terus menindihnya, dalam sesal tapi juga kebimbangan, pada saat Andi meninggalkan rumah Ayu, dia yang dari tadi melihatnya dari balik tembok, buru - buru menahannya untuk melangkah sambil mengenggam pergelangan tangannys, kedua mata mereka bertemu.
"Andi, aku akan mencobanya....", Ayu berkata mantap, tapi kereseahan, terlihat dari sudut matanya.
"Aku tidak memaksanya...", Andi menanggapi dengan lembut, namun pandangan mata Ayu berubah menjadi agak mendelik kearahnya.
"Aku akan belajar mencintaimu", ! Kata - katanya terdengar sangat tegas, dan Andi hanya menganggukan kepala sambil meninggalkan rumah, melambaikan tangan kepada Ayu.
Dia sudah menduganya, jika cerita Indra dan Dewi sampai ke telinga, Lasmi dan Jono sudah pasti dia akan melarang untuk bergaul, bukan hanya itu tidak menjaga adat hinggak membiarkan orang lain mengotorinya dengan perbuatan mereka, padahal sifat Dewi yang kotor siapa yang bisa mencegahnya.Perasaan itu semakin bergelayut di jiwanya, tidak mau pergi walau sudah diusir pergi, entah kenapa"?
Di dalam kamarnya, dia mencoba menghilangkan perasaan itu, dengan mengerjakan tugas, Lasmi mengetuk pintu dan Ayu mempersilahkannya masuk.
"Kamu memang jatuh cinta dengan Andi kan, atau memang Indra pemuda yang pernah kerumahmu dari Jakarta itu", ? Lasmi bertanya.
"Firasat ibu, Andi adalah yang terbaik daripada dia", dia menambahkan kata - katanya dan Ayu hanya diam membisu.
"Ayu", dia menegurnya lembut.
"Biarkan aku berpikir dulu untuk menentukan pilihan", Ayu memotong kata - katanya dengan sopan.Keesokan harinya di kampus, pada saat jedah kuliah Ayu sedang agak melamun, di anak tangga gedung kelas teori, tiba - tiba saja dia melihat Indra melintasi dirinya dengan mengenggam sebuah amplop, ada rasa tiba - tiba saja menyelinap masuk ke dalam diri Ayu untuk menemuinya.
"Indraaa", !! Dia memanggil namanya dan Indra terdiam di depan Ayu.
"Aku minta maaf", Ayu menundukkan kepala.
"Ayu, aku di keluarkan dari kampus ini", Indra mendesah dengan pilu, dan meninggalkan Ayu yang menangis sedangkan Dewi justru yang berada di sebelahnya terlihat cerminan kepuasan dengan apa yang di lakukannya.Air mata itu, rasanya sulit mengubah segalanya bahkan mengembalikkan keadaan seperti sedia kala, tapi adakah sebenarnya hikmah dibalik ini semua, dimana cinta yang dicintai justru adalah yang terbaik bukanlah yang tak dicintainya, saat memilih justru bukanlah yang dipilih karena cinta adalah rahasia Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...