Pada akhirnya, Dewi dan Indra, meninggalkan rumah, Dewi dan Indra mengontrak rumah di gang pinggiran kota Jakarta, sedangkan Ayu dan Andi, kembali ke kamar hotel, besok akan bersiap - siap untuk kembali ke Yogyakarta, dengan perasaan yang penuh duka.
"Indra, kalau saja hal itu tidak pernah aku katakan, mungkin tidak akan membuatmu seperti ini, dan kamu tahu, aku seperti halnya mengkhianati hatiku sendiri, yang sesungguhnya tidak pernah ada terbesit pikiran buruk tentangmu, semestinya aku tidak pernah menilai seseorang yang hanya dari luarnya saja, apa yang terlihat tidak sempurna justru lebih sempurna apa yang belum terlihat", Ayu berkata dari dalam hatinya.
Kala itu, juga Andi masuk ke dalam kamar Ayu, dia mengajak Ayu untuk makan turun ke bawah dan menuju kearah restoran, mereka duduk berdua disana, dan saling menatap sejenak, namun Ayu mengalihkan pandang juga sejenak kearah sebelah kanan, disana ada empat orang sedang mengobrol, lalu kembali menatap Andi.
"Andi, rasanya aku tidak ingin buru - buru, pulang Yogyakarta, aku masih belum lega,
jika aku belum bertemu sekali lagi, dengan Indra", Ayu memperlihatkan wajah cemas, sambil menggeleng, dan Andi memegang pipi Ayu dengan kedua tangannya sambil menatap dirinya tegas.
Ayu melepaskan pegangan itu, dan air mata tidak kuasa untuk ditahannya, lalu Andi memeluknya dengan perhatian.
"Aku mohon batalkan tiketnya.....", Ayu terisak dengan seengukkan.
"Iyah, aku akan batalkan, kita tidak jadi pulang ke Yogyakarta besok" , Andi mengangguk sambil memberikan senyuman padanya.
Lalu kemudian, setelah selesai makan, mereka kearah stasiun dan Ayu menunggu di kursi sambil menunduk, tangannya meremas Hp dan sebenarnya berniat hendak mulai menekan layar Hp untuk mengirim whatsapp kepada Indra, namun diurungkan niatnya, Ayu melihat kearah samping kanan dengan tatapan menerawang hingga Andi, menepuk pundaknya dari depan.
"Aku sudah membatalkannya, aku antar jika kamu ingin bertemu Indra, sekali lagi tapi aku tidak tahan, jika harus melihatmu menderita karena gadis yang bernama Dewi itu", Andi berkata panjang lebar."Andi, aku justru tidak tahan jika melihat sikap bijakmu, dalam menghadapi masalahku yang melibatkan diriku", Ayu berkata halus.
Tidak, Ayu aku mengerti perasaanmu", Andi menggeleng, lalu mereka berdua keluar dari halaman gambir, dan ingin mengajak Ayu untuk jalan - jalan sejenak, Andi bertanya kearah supir taksi di depan mereka.
Tangan Andi, membuka ransel, dan melihat ke dalam isi ranselnya untuk mengambil Hp lalu membuka peta google mapsnya, dan melihat disana tertera Plaza Atrium.
"Mas, Plaza Atrium dari sini dekat kan....", ? Andi bertanya.
"Iyah, mas tidak terlalu jauh", supir itu menjawab, lalu dia mulai mengendarai mobilnya kearah, tempat yang ingin di tuju.
Entah bagaimana, tangan Andi mulai tanpa sadar menggandeng Ayu, pada saat mereka berjalan bersama, namun ada perasaam hati ingin di lepaskannya.
Mata Ayu melirik kearahnya sambil mendongak keatas, memandang wajahnya kemudian menundukkan wajahnya.
"Jakarta, kelihatannya pada jam - jam tertentu penuh sesak, lihat orang - orang disana, mereka sedang sibuk berbelanja, aku hanya ingin menjernihkan sedikit otakku dengan melakukan yang sama seperti mereka, kemudian baru kita kerumah Indra", Ayu memberi tahukan.
"Inggih", Andi mengangguk.
Ayu memilih, baju yang berwarna biru, kemudian membayarnya ke kasir, setelah itu langsung meluncur kearah rumah Indra.
Andi, yang mengetuk pintu rumah Indra lebih dulu dan justru terlihat Hani yang membukanya."Kalian masih di Jakarta", ? Dia bertanya heran, wajahnya nampak tercengang.
"Indra tidak disini lagi, maaf saya mengusirnya", Hani menunduk dalam.
"Kenapa ibu lakukan itu", ? Tiba - tiba saja suara Ayu di tinggikan dengan serak dan parau, air matanya menetes.
"Saya akan berikan alamatnya, maaf kenapa saya lakukan ini karena...", Hani tidak sanggup berkata kepada mereka jika, dia berbuat demikian karena ancaman Dewi yang akan membunuhnya.
"Tapi setelah itu lebih baik lupakan Indra, mungkin kalian memang tidak berjodoh", kata - kata Hani yang terakhir, membuat Ayu meneteskan air mata, apa yang di dengarnya sulit untuk dipercayainya, jika itu memang juga yang terbaik, lebih baik mungkin jtu yang bisa Ayu jalani.
Dia pergi kerumah, Indra, pada saat itu Dewi yang membukakan pintunya, matanya tajam menatap Ayu, namun dia membalasnya dan satu tamparan melesat keras di wajahnya.
"Puas kamuuuuuuuuu, demi apa yang ingin segalanya kamu miliki kamu harus dapatkan dengan cara apapun, termasuk rela mengandung anak haram dengan Indra, dasar peremuan gilaaaa", !!! Ayu berteriak.
"Teryata dulu aku memang salah menilaimu", kata - katanya terdengar tajam.
"Karena sejak dulu kau juga penghalang diriku", Dewi membalasnya dengan sengit.
Pada saat yang bersamaan Indra berlari tergopoh - gopoh kemudian melihat kearah Ayu lalu Dewi.
"Apa yang kamu lakukan", ? Indra bertanya keras.
"Sedikit memberikan pelajaran padanya", jawab Dewi.
"Indra, maaf aku sudah tidak tahan, mungkin lebih baik ku putuskan saja, jika aku ingin sendiri", Ayu menyela lalu meninggalkannya, mendengar kata - kata Ayu Dewi tertawa puas karena dia sudah menang kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...