Part 10 Candi Borobudur

86 2 1
                                    

Di hari minggu pagi, tepat pukul jam sembilan, Ayu sudah mendapat whatsapp dari Indra di tengah saat itu dia baru saja selesai membersihkan halaman rumah, dan Ayu membuka isinya.
"Ayu, kamu ingin menunjukkan sesuatu tentang keindahan padaku", ?
"Kenapa kamu yang bertanya tentang demikian, harusnya kamu laki - laki menawarkanmya lebih dulu kepadaku", ? Ayu membalasnya.
"Baiklah, aku yang menawarkannya lebih dulu, kamu mau jalan - jalan denganku, ku tunggu kamu di Candi Borobudur", Indra akhirnya mengutarakan niatnya.

Inggih" , Ayu menyetujui tawarannya.
"Alamat rumah kamu dimana", ? Tanya Indra dan Ayu mencantumkannya di pesan whatsapp meskipun Indra, tidak memiliki kendaraan selama berada di Yogya, namun tetap Ayu bertahan untuk tidak menjemputnya dengan motor.
Tidak lama kemudian, seorang pemuda sudah terlihat di depan pintu pagar rumah Ayu menghampiri dirinya di halaman rumah untuk membukakannya.
"Sebelum kamu masuk ke rumah ini, ada banyak aturan disini, jika bertemu orang tuaku yang kamu lakukan bukan hanya bersalaman dengan sopan, dan mencium tangan namun membungkuk dengan sangat hormat kepada mereka, meskipun...", kata - kata Ayu terhenti, dan Indra menunggunya untuk itu.
"Meskipun aku memang gadis jawa tulen, tapi sebenarnya nenek buyutku yang pernah hidup di jaman Hindia Belanda adalah orang Palembang, bagi kami sekeluarga adalah hal terpenting menjaga adat di keluarga ini dan melestarikannya, maka karena itu orang lain yang masuk ke rumah ini juga harus mengikutinya", Ayu berkata panjang lebar.
"Pantas", Indra hanya menanggapi singkat.
Kemudian dia masuk ke dalam rumah Ayu, dan Ayu menutup pagarnya sambil mempersilahkannya masuk ke dalam rumah, dan menyuruhnya duduk di ruang tamu, terdengar dari dalam Ayu memanggil orang tuanya dan kalau pagi hari, hanya ada Lasmi dirumah karena Jono sedang menarik becak.
"Bu, ada konco baruku di ruang tamu",
"Inggih nanti tak temui", Lasmi bergegas keluar dari kamarnya kemudian menemui Indra di ruang tamu, dia teringat perkataan Ayu di depan pintu pagar sebelum dirinya masuk, dia langsung berdiri dan membungkuk dengan sangat hormat menyalami tangannya dengan mencium tangan.
"Siapa namamu", ?
"Indra bu...", Indra menjawab sopan.
"Dari Jakarta tho, Ayu pernah bercerita hal itu", dari wajah Lasmi terlihat cerminan orang dari Jakarta adalah sesuatu hal yang luar biasa.
"Silahkan, hanya ada gorengan", Lasmi menyungguhkan makanan dengan cara merendah, dan Indra membungkuk hormat lebih dulu sambil tersenyum baru mengambilnya, namun dia juga tahu, jika mata Ayu mengawasi setiap gerakan tubuhnya agar tidak ada yang salah sedikitpun.
"Kamu sudah berpamitan dengan mereka, jika hari ini mau ke Candi Borobudur",? Indra bertanya kepada Ayu, dan diapun menggeleng sambil masuk ke dalam rumah.
"Aku pamit sek, sekaligus ganti pakaian", dan pada saat di dalam rumah, Ayu menegur Lasmi yang sedang menonton Tv.
"Sekedap bu, maaf ganggu begini Indra mau mengajakku jalan - jalan ke Candi Borobudur", dia berpamitan dengan sopan.
"Inggih, asal jangan pulang terlalu larut malam", Lasmi mewanti - wanti anaknya.
"Inggih bu...", Ayu kembali mengangguk, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju kaos berwarna pink dan celana warna biru.
Lalu kembali menemui Indra di ruang tamu, dengan di temani oleh Lasmi, diapun mengangguk sambil mencium tangan Lasmi.
"Bu pamit dulu", dan keduanya meninggalkan rumah dengan motor di sepanjang jalan menuju Candi Borobudur keduanya mengobrol.

Indra yang duduk di boncengan belakangan Ayu, memegang pinggangnya dengan erat.
  
       "Aku baru pertama kali dengan apa yang ku lihat barusan di rumahmu, dan bukan hanya itu tapi semua apa yang ku lihat", Indra membuka obrolan pertama.
      "Itu cara kami dalam tata krama, dan menurut sudut pandang kami itu adalah segi kesopanan yang seperti itu, jika kamu memilih jalan ini lebih baik ikuti atau pergilah...", ! Ayu berkata tegas.
       "Iyah, aku akan lakukan.....", Indra berkata singkat, dan sekarang dia sangat menyadari sifat Ayu, Indra sebenarmya memiliki pandangannya sendiri, namun dia hanya mencoba mengalah, rasanya hanya karena adat, haruskah semua orang mengikutinya dengan ego, mungkin itu adalah pendapat Indra tapi berbeda dengan Ayu.
        Teryata tinggal di suatu daerah, yang memiliki adatnya sendiri, memang harus ada yang di korbankan, mungkin tidak semua orang seperti itu tetapi belakangan segelintir yang Indra lihat adalah seperti itu, bisa jadi Indrapun menilai Ayu agak kurang pergaulan dengan tata cara yang di milikinya namun sekali lagi Ayu mempunyai pendapatnya sendiri dalam hidupnya, dan beginilah hidup di tempat yang memang menjunjung tinggi adat.
        Tapi di dunia ini banyak sekali manusia, tidak bisa menilai seseorang secara garis besar karena pada dasarnya yang terjadi adalah tetap pada sifat individu masing - masing orang saja, bukan semua orang melainkan hanya orang yang sedang berada di hadapannya saja saat ini seperti Ayu.
        Karena kata kami yang disebut oleh Ayu kerap kali adalah yang di maksud oleh keluarganya sendiri bukan orang lain.

       "Kita sudah sampai", Ayu memberi tahukan, sampai memarkir motornya di parkiran dan dari kejauhan, sudah terlihat bangunan Candi Borobudur yang megah, rasa takjub berdecak di hati Indra.
      Kekagumannya seakan mengingatkannya kepada kuasa Tuhan, bangunan ini walaupun hanya dengan sebuah arca tetap tampak megah, di celah - celahnya ada sebuah patung, Ayu berdiri di sampingnya sambil menegadah.

Ayu mengajaknya berjalan untuk mendekat candi tersebut, dan disanapun banyak di kelilingi oleh penjual - penjual yang menawarkan berbagai macam barang.
            Saat berjalan naik ke atas, tiba - tiba saja tersirat, pikiran yang melintas dalam pikiran Indra.
      "Ayu, kamu tidak naik lebih dulu", dia yang sudah diatas anak tangga menoleh ke belakang.
       "Aku menunggumu lebih dulu, sebagai lelaki perempuan tidak baik mendahului laki - laki", Indra hanya mengangguk, lalu baru Ayu menaikki anak tangga, sesampainya diatas keduanys melihat ke bawah sambil mengobrol, yang tersirat di hati Indra banyak hal yang sebenarnys di nilai aneh oleh Indra dari mulai mereka bertemu, hanya saja belum tersampaikan begitupun Ayu.
      "Aku sudah pernah bilang kepadamu", Ayu berkata singkat lalu diam sejenak.
       "Ada banyak aturan yang harus kamu ikuti, jika ingin bergaul denganku, atau masuk ke daerah ini, mungkin tidak semua orang - orang disini sepenuhnya mengikutinya seolah mereka meninggalkannya seperti temanku waktu SMA Pratiwi, dia menilai aneh tata caraku yang menegur orang lain melanggar aturan tersebut", Ayu bercerita panjang lebar.
       "Mungkin memang dia orang yang masih memakai adat namun dengan cara santai", Indra memberikan pendapatnya.
        "Yah tapi disini, dianggap menganggu kalau bicara keras - keras, seperti orang itu", Ayu menunjuk dengan jempolnya kearah tiga orang pengunjung yang sedang tertawa terbahak - bahak.
       "Itu urusan mereka", Indra justru menanggapi dengan acuh.
        "Bagaimana dengan orang yang ada di ujung sana, kamu lihat wanita itu nampak sedang menangis, apa karena kamu akan menegurnya juga karena dianggap menganggu", ! Tegas Indra.

     Ayu hanya membelalakan mata, melihat sikapnya demikian, namun dia acuh dan bersikeras menegur orang yang tertawa terbahak - bahak dengan alasan mempertahankan adat dan ingin orang lain menghormatinya.
         "Maaf bisa di pelankan suaranya atau keluar dari Yogya", !! Ayu membentak keras.
     Namun orang itu bukannya takut malah melawan Ayu, dia melotot tajam kearahnya.
          "Memangnya kamu siapa", !!! Dia membalas lebih keras dengan kesal sambil meninggalkannya, lalu dia juga menegur orang yang menangis perlahan, Indra hanya terkekeh pelan melihat tingkahnya, dan Ayu menyadari hal itu langsung berbalik melotot kearahnya.
         
      "Kamu meremehkan aku",!! Dia menyentak keras.
      "Terus terang Ayu, jika kamu ingin orang lain menghormatimu maka kamupun harus menghormati mereka, mungkin kamu punya hak sepenuhnya sebagai orang yang lahir di daerah ini, namun asal kamu tahu mereka yang pendatang punya caranya sendiri untuk menghargai setelah menginjak tempat ini seperti ini, walau kerap terbawa kebiasaannya di lingkungannya, dan setiap orang pasti sama, dan itu berasal dari kehidupan di keluarganya, seperti halnya kamu", bagi pendapat Indra ini adalah nasehat untuk Ayu, namun bagi Ayu ini adalah penghinaan untuknya.

        "Aku tahu, maksudmu untuk tidak menghinaku, tapi asal kamu tahu, apa yang kamu katakan itu benar, di keluargaku hal yang seperti ini diajarkan oleh mereka, bahkan segelintir dari lingkunganku, jika kamu tidak setuju, lebih baik kita tidak usah berteman lagi, itu hal ysng terbaik daripada menyuruhmu meninggalkan Yogyakarta", !! Tegas Ayu dengan keras.
      
     "Aku memilih jalan yang pertama, karena kamu tahu, aku berani datang kemari atas dari jerih payahku sendiri, ongkos kesini dari uangku sendiri, mungkin kamu berpikir orang Jakarta adalah orang yang sangat luar biasa dan bebas, tapi tidak semuanya begitu, jujur aku akan menghormati tanah kelahiranmu dengan caraku sendiri, tanpa harus tuntut dengan mendikte seperti yang kamu lakukan terhadap orang tadi, aku sudah tahu jika itu salah, hanya karena adat kamu tidak berhak sepenuhnya berbuat begitu", !!! Kekesalan Indra membuatnya merasa kecewa selama bergaul dengan Ayu, kali ini dia sudah punya cap buruk terhadap sifatnya yang di nilai terlalu ego dengan kekolotan adat di keluarganya terhadap orang lain.

     "Wessss, kalau itu maumu, mulai detik ini aku muak berbicara denganmu, terima kasih atas  persahabatan yang kamu tawarkan kepadaku, setidaknya aku hanya mendoakan kamu betah berada disini selama bertahun - tahun meskipun harus hidup sendiri", !!! Kata - kata pedas yang keluar dari mulut Ayu berbuah sebuah kebencian terdalam terhadap Indra.

    Dia meninggalkan Indra di Candi Borobudur dengan sikap sudah tidak peduli lagi kepadanya, namun Indra tetap bersikap tenang, meskipun selama di kampus Ayu menjauhinya bahkan menganggapnya angin lalu, permusuhan itu terjadi dalam waktu singkat walau hanys berawal dari sebuah omongan, ada orang bilang mulutmu harimaumu sekecil apapun yang di ucapkan baik dan buruknya yang akan terjadi bisa menimbulkan suatu reaksi dari orang lain.

SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang