Akhirnya Ayu, telah di Wisuda, dia mendapatkan IPK coumlade juga, dan mendapat gelar the best studentt, namun ada sesuatu yang hilang, itu masih terasa di hatinya, pikirannya tetap berkalut pada Indra, nama yang memenuhi ruang jiwanya daripada nama - nama lainnya, seakan dia satu - satunya yang tidak bisa dilupakan olehnya.
Dia mengambil kunci motornya, kemudian mulai menaikki motornya dan mulai menghidupkan mesinnya untuk meninggalkan kampus, lalu mulai mengendarai motornya kearah ke jalan raya, dalam pikirannya untuk saat ini, sama sekali tidak terlintas nama Indra seperti benar - benar menghilang sejenak."Indra, aku tidak mampu menjangkau dirimu saat ini, kita seperti tidak pernah ada cerita sebelumnya, bahkan tidak pernah terjadi, seakan yang kemarin hanyalah mimpi. Terlambatkah aku untuk rasa yang aku rasakan saat ini, yang sudah berlalu tidak lagi bisa dikembalikan, tapi aku merasakan apa yang kamu rasakan sebenarnya", kata - kata Ayu dalam henti, terhenti sejenak pada saat dia harus fokus di lampu merah, di balik helm, kemudian melirik keatas lampu dan tidak lama kemudian berganti hijau.
Ayu mulai mengendarai motornya lagi, di jalan, memang sama sekali tidak terlintas pikiran mengenai Indra.
Sampai akhirnya tiba dirumahnya, Ayu melihat ada pintu teras rumah, dan pasti ada seseorang di dalam sana, Ayu mendengar suaranya, dia mematikan mesin motor dan melangkah masuk ke dalam rumah, dia melihat Andi, mengobrol dengan Lasmi.
"Ndi....., kamu dari kampus juga", ? Dia bertanya, melihat ransel yang di taruh oleh Andi di sofa sebelah kanannya, dan Andipun menoleh ke arah Ayu."Ayu, kami baru saja membicarakan rencana lamaran kamu dengan Andi", Lasmi memulai topik itu lebih dulu, dan Ayu terperanga mendengarnya.
"Baru saja lulus, dan Wisuda..., aku juga baru akan mulai akan mencari pekerjaan, mungkin di restoran yang membutuhkan penari untuk menghibur tamu atau pernikahan", Ayu berkata dengan getir.
"Usiamu sudah matang untuk menikah yu.....", Lasmi menasehati dirinya.
Tapi kegusaran jiwa, terjadi tanpa di undang, kala masih ada yang mengganjal di hati mengenai Indra, perasaan itu Andi melihatnya, dia meredupkan sorot matanya kearah Ayu, mencoba menangkap sinyal di dalam hatinya.Ayu masuk ke dalam kamarnya, dan Andi mengikutinya masuk ke dalam kamar, dia membuka pintu yang tidak tertutup dan hanya di renggangkan sedikit, gadis itu sedang duduk di tepi ranjang sambil menunduk.
"Untuk apa menyesali, yang bukan itu adalah kesalahanmu, kamu sudah menjaga adatmu dengan baik", Andi menasehati dirinya, dan Ayu menegadahkan wajah kearahnya, dia bersimpuh di depan lutut Ayu.
"Yang aku sesali, adalah caraku justru membuatnya menjadi salah besar, dan malapetaka", Ayu berkata halus.
"Rasanya aku ingin ke Jakarta, untuk walau sejenak menemuinya, kalaupun dia masih mau bertemu denganku", Ayu mendesah, dan Andi memeluk tubuhnya mencoba menenangkan dirinya, namun rasanya itu saja belum cukup untuk Ayu.
Mendengar kata - kata Ayu, di kamarnya rumah Andi sendiripun, memikirkan hal itu, di dalam keningnya susah di hilangkan, terlebih lagi jika orang tua Andi, adalah sosok yang keras dalam mendidik anak mengenai adat, apalagi Andi adalah seorang anak laki - laki.
"Setelah kamu sudah mendapatkan pekerjaan, kamu harus menentukan tanggal lamaranmu dengan Ayu", Hardi berkata dari tengah ambang pintu kamar Andi yang terbuka lebar, dia hanya menoleh dengan tatapan tidak tahu harus menjawab apa.
"Iyah pak", dia hanya mengangguk singkat, menurut apa yang di katakan oleh orang tuanya tapi berdusta dengan perasaannya sendiri, sungguh perasaan itu rasanya sulit di laluinya, jika saja tidak pernah ada Indra, juga yang mengisi hidup Ayu, mungkin tidak akan pernah begini jadinya, namun kenapa Andi, tidak menyingkirkan saja Indra sekaligus, mengetahui saat itu Ayu tidak peduli padanya, toh tidak akan menghasilkan apapun yang masuk ke dalam perasaan Ayu.
Lain halnya dengan, Indra, perasaan yang lebih perih dari sebuah kata luka itu belum juga ada obatnya, dan rintihan rasa sesal yang semakin menyayat jiwanya tiada tara, juga harapan untuk bisa mati yang selalu gagal, baginya Tuhan tidak adil pada hidupnya, yang harus berjalan dalam siksa yang tidak pernah reda.
Keinginan itu muncul lagi, hasrat mulai berkobar kembalj, disaat melihat adanya pisau kecil tergeletak diatas mejanya, Indra mulai mengunci kamarnya, agar apa yang diinginkannya selama ini dapat terlaksana, dan mulai memutuskan urat nadi tangannya, darah dan rasa sakit mulai di rasakannya, tapi dia tersenyum, karena akhirnya berhasil di lakukannya, tubuhnya tergeletak di lantai, harapannya adalah tidak pernah akan bangun lagi.
Namun mau apa di kata, jika akhirnya Hani yang melihatnya menjerit melengking, dan berusaha menyelamatkan nyawanya, begitupun Dewi, tapi Indra tahu, Dewi itu adalah semu bukan cinta yang sebenarnya, dia hanya karena cemburu dengan Ayu.
Perlahan matanya dibuka, dan ini diluar dugaan, dia melihat plafon putih rumah sakit, untuk kesekian kalinya dia gagal melakukannya, dan di sebelah kanan Dewi menangis namun air mata itu adalah palsu.
"Kenapaaaa aku harus hidupppp", dia memekik berteriak dengan air mata yang mengalir, kalau saja kata cerai mampu keluar dari mulutnya saat itu, dia akan ucapkan, namun nyatanya dia hanya bisa memendamnya, namun akan ada saatnya terungkap nanti."Prangggg",
Tiba - tiba saja Ayu, memecahkan gelas yang sedang di pegangnya, di dalam dapur, pikiran dirinya mulai mengambang tentang Indra.
"Ya Tuhan" dia berguman kecil, sambil memungut pecahan beling tersebut, dan membuangnya ke tempat sampah, Andi yang sedang berada di rumahnya, mendengar suara tersebut dan menemui Ayu di dapur.
"Enek opo tho", ? Alisnya di naikki dengan penuh tanda tanya.
"Ketoe, aku mau ke Jakarta....", Ayu menjawab pelan, sepertinya ini memang keinginan Ayu yang sangat kuat dan dia memiliki firasat mengenai Indra, Andi tidak mampu mencegahnya dia menuruti Ayu untuk ke Jakarta, mereka memesan tiket untuk kereta api kelas ekonomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...