Akhirnya Ayu, sudah menyelesaikan Uasnya di semester enam dan masuk ke semester tujuh, di semester ini dua keluarga Ayu dan Andi, semakin sepakat untuk menjodohkan mereka, Ayu masih di terpa kebimbangan, air matanya menetes diantara rasa pasrah untuk menerima keadaan atau tjdak, dia duduk di depan laptopnya untuk mencoba fokus dengan skripsinya.
"Aku sedang mengerjakannya", jawab Ayu, lalu kembali mengetik lagi, pikirannya tiba - tiba di rasuki lagi oleh nama Indra, maka biasanya Ayu menutup sejenak laptopnya dan pergi berjalan - jalan bersama Andi ke Mailoboro bersama Andi.
Pada saat itu, dia setengah termenung sambil melihat - lihat pakaian yang berjejer rapi disampingnya.
"Ada yang ingin kamu cari", ? Andi bertanya.
"Sebenarnya aku ingin mencari dodot untuk tugas akhir praktek, yah begitulah kalau anak yang mengambil jurusan Tari", Ayu menjawab panjang lebar.
"Kalau begitu kita mencari di toko lain, sekaligus bisa melihat untuk baju penganti kita nanti", perkataan Andi membuat mata Ayu terbelalak namun di redupkannya lagi.
"Kita pulang saja", dia berkata lemah.Malam harinya, setelah selesai melanjutkan mengerjakan skripsinya, dia menonton Tv sambik merebahkan kepalanya di sofa, Lasmi menghampirinya dan pada saat yang bersamaan Jono juga baru pulang menarik becak.
"Bagaimana ndok, kamu sudah semakin matang kan untuk menikah setelah lulus kuliah nanti", ? Jono bertanya dan Lasmi tersenyum menoleh kearah wajahnya.
"Sudah", jawab Ayu pelan, tapi sebenarnya sedang berperang dengan hatinya sendiri karena cinta yang sulit untuk bisa di laluinya.
Hatinya semakin di deru gelombang yang deras, Ayu mengambil remote diatas meja, dan memindahkan tayangan Tvnya, Lasmi mulai mengajaknya mengobrol.
"Andi seorang laki - laki dewasa, yang juga bisa menjaga adatnya, dan melestarikannya dengan baik, jika apa yang di tularkan justru dilanggar itu kesalahan mereka, semestinya kalau berani datang kemari bukan hanya tahu apa yang harus di lakukan dan menjalaninya tapi lebih dari itu, kita lahir di tanah yang benar - benar masih kental bahkan memakainya, meskipun segelintir orang tidak, mereka terkontaminasi dengan jaman modern", Lasmi berkata panjang lebar.
"Sekedap bu.....", Ayu mulai ingin bicara namun tertahan di tenggorokannya.
"Indra, sepertinya laki - laki Jakarta yang mudah terpengaruh, kota itu memang membawa pengaruh yang apapun itu sangat besar, ibu melihatnya disitu dari Indra", Lasmi memotong Ayu sebelum dia membicarakannya."Bu........., Indra sebenarnya namun baik, sekedap, maaf bukan maksudku membelanya tapi hanya meluruskan yang terjadi", Ayu mulai mengatakan yang ingin disampaikannya, dan pada saat dia mengatakan hal itu timbul rasa sesal yang telah terlambat dan tak tergantikkan oleh apapun.
"Apakah memang kamu akan memilih Indra, kami tidak setuju, melihat apa yang di lakukannya terhadapmu bersama temanmu, lelaki yang hatinya tidak bisa dijaga untuk berbuat dosa....", Lasmi berkata sengit.
Air mata Ayu menetes, tanpa dia bisa berkata apapun, dan masuk ke dalam kamarnua mencoba menenangkan dirinya, menangis sambil duduk di tepi ranjang, satu tangannya mengenggam Hp dan mencoba menelepon Indra, tapi tidak ada yang mengangkatnya haruskah memang Ayu menjalani hidup tanpa Indra, mengisi hatinya dengan Andi, entah kenapa rasanya ini adalah pilihan yang sulit untuknya, lagi - lagi, dia menyalahkan diri karena mempertahankan adat dengan cara yang salah, namun semua itu sudah terlanjur basah dan mau apa dikatakan apalagi.
Ayu menutup wajahnya, dengan seenggukan bayangan Indra kembali dengan jelas menari di bola matanya, dan semakin berputar dengan jelas seperti ada hal yang sulit untuk dihilangkannya.
Sekali lagi dia menggeser tanda kontak, dan Indra tetap tidak mengangkatnya rasa bersalahnya semakin menjadi menghantuinya.
Menepis dj perasaannya, yang semakin mendalam, Andi yang tahu mengenai Indra malah justru ingin sekalj Ayu jadi calon istrinya karena beranggapan Indra anak Jakarta yang bebas mudah melakukan apa saja sesukanya, mengetahui masalah itu, dia pula terkukung dalam adat yang masih kental sebagai laki - laki Jawa.Di Jakarta, Indra baru saja membersihkan mobil orang, dan tiba - tiba saja dia menemukan lecet di bagian kaca depan, wajahnya tercengang, matanyapun terbelalak, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, laki - laki pemilik mobil tersebut menghampirinya.
"Bagaimana", ? Dia bertanya
"Pak, maaf....", Indra menjawab dengan menunduk kecut, dan si pria tersebut menatapnya marah melihat apa yang terjadi.
"DIMANA BOSMUUUUUUU", !!! dia berteriak keras, sambil menunjuk dengan jarinya.
Seorang pria, dengan memakai kemeja berwarna biru serta celana hitam datang menghampiri mereka.
"Ini nih, anak buahmu dia membuat lecet kaca mobil saya", ! Orang itu menunding dengan tajam.
"Pakk..., saya tidak melakukannya", Indra berkata dengan suara, namun dia malah menarik kerah bajunya dan hampir saja meninjunya, namun dicegah oleh si pemilik bengkel.
"Saya akan urus dia", orang itu pergi, dan Bima pemilik bengkel tersebut berbicara dengan Indra di ruangan kantornya."Indra, kesalahan kamu suda fatal, saya akan memecat kamu sekarang", mata Indra terbelalak rasanya sepertinya sekalinya diberikan kesialan akan sepanjang hidupnya sial terus, dan kenapa tidak dari kemarin dia berhasil dengan percobaan bunuh diri.
Ada hasrat percobaan itu ingin di lakukannya sekali lagi, jika dia pulang kerumahpun Dewi hanya memiliki kehausan akan tubuhnya bukanlah cinta yang sejati, dan hanya ingin memiliki, karena kecemburuannya kepada Ayu.
Indra pulang kerumah, tanpa sama sekali menegur, Dewi, sudah menjadi istripun sifat menguasai tubuhnya semakin menyiksa dirinya, kalut pikiran tentang Ayu kembali lagi dj dalam kepalanya, percobaan untuk kesekian kalinya, Indra ingin mencobanya, sepertinya dis benar - benar khilaf dan lupa akan Tuhan, dia mengambil silet di laci, namun terpental dari genggaman tangannya pada saat mendengar suara ketukan dari luar.
"Masukkk", Indra berkata dari dalam, dikiranya Dewi yang masuk tapi justru Hani yang masuk ke dalam kamarnya.
"Mama", Indra menelan ludahnya dan langsung menghamburkan di pelukan Hani sambil melepaskannya kembali.
"Aku minta maaf, aku sudah menghancurkan semuanya", dia berkata lemah.
"Ini bukan salahmu sayang", Hani membelai wajah Indra dengan lembut, pada saat yang bersamaan Dewi ikut masuk ke dalam kamar, dan pada Hani keluar kamar dia mulai mengatakan sesuatu yang membuatnya tertekan.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil, agar orang tuamu benci padaku", kata - katanya terdengar mengancam.Hari ini di kampus, Ayu baru saja selesai bimbingan dengan Bu Yeti dan dia akan sidang bulan depan suatu hal yang melegakkan meski belum sepenuhnya dalam hidup Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...