Pada saat baru saja selesai, acara pernikahan, ada firasat yang semakin besar menyusup ke dalam hati Ayu, mengenai Indra, jantungnya berdebar semaki kencang tak menentu, baru saja mereka melakukan malam pertama, dia sudah diterpa gelisah, namun Ayu tetap mencoba menerima keadaan jika dirinya sekarang sudah tidak pantas lagi, memikirkan laki - laki yang bukan suaminya.
Air mata Ayu, jika harus mengalir rasanya sudahlah kering, perasaannya tidak pernah bebas dari hitam dan abu - abu yang di rasakannya.
Ayu, terduduk di ranjang, sambil melamun dan sejenak memandang kearah, Andi yang tertidur pulas di sebelahnya, hatinya bagai terseok dan lunglai mengenai Indra, yang tak henti mengusik dirinya.
Apakah masih pantas, untuk saat ini berpikir tentang Indra, seorang laki - laki lajang, bahkan yang sempat mencintainya, mengharap jadi kekasihnya, bahkan pernah bersama dulu, meski hanya waktu sesaat.
"Indra, mestinya aku tidak buru - buru menilaimu saat itu, dan akulah yang menghancurkan semuanya", kata hati Ayu berkata.
Indra, memandang plafon putih serta infus, di tangannya, usaha itu gagal lagi, padahal apa guna hidup dalam sebuah penyiksaan, Tuhan masih menyelamatkan nyawanya dari usahanya yang ingin mati.
Indra, meneteskan air mata, seakan dia hanya orang rendahan yang tetap dibiarkan hidup oleh Tuhan, Dewi berdiri di sebelahnya, dan tatapan mata mereka bertemu, sejenak Indra berpaling kearah lain.
"Dewi aku mohon tinggalkan aku sendiri", dia merintih pilu.
"Aku tetap disini bersamamu selama dalam hidupku ", kata - katanya semakin membuat perasaan Indra perih.
"Aku ingin pergi dari dunia yang kejam ini ", ! Tegas Indra dengan suara lemah.
"Kamu tidak akan pernah bisa lari dariku, kamu tahu Indra, aku tetap mencengkram dirimu dengan kuat", nada suara Dewi terdengar bengis.
Air mata Indra, semakin menetes, hatinya semakin tertekan, perasaanya semakin mengerang dan menjerit sakit, obat luka itu agar bisa bebas, adalah memilih jalur mati, namun selalu saja gagal.
Dia di biarkan hidup dalam luka, dan kesakitan karena penderitaan yang tidak kunjung reda atas hidupnya, yang bukan karena cinta saja, kalau saja dulu tidak pernah ada rasa untuk mencintai Ayu, mungkin semua tidak akan pernah terjadi.
Dia akan terbebas dari Dewi sang iblis, meskjpun laki - laki, Indra juga bisa merasa lemah juga, jika sudah tidak berdaya lagi, untuk bertahan dengan apa yang di rasakannya begitu amat kuat yang dipikulnya.
Di lain tempat di Yogyakarta, Ayu baru saja selesai dari pekerjaannya, dan dia pulang sendiri dengan motornya, hari ini Andi sedang ada pekerjaan sampai malam hari, jika dipikir lagi sesungguhnya betapa tulus dan setianya Andi kepadanya.
Mestinya, dia bisa menghargai akan hal itu, apalagi jika sekarang Andi adalah suaminya, dia sangat bisa memahami perasaan Ayu, meskipun harus terlihat mengorbankan perasaan sendirinya juga.
Malam itu, mereka berdua baru saja makan malam bersama, sejak menikah Ayu sudah tidak tinggal di rumah orang tua, sama halnya dengan Indra, mereka mengontrak runah meski dengan harga murah, namun nyaman untuk hidup berdua.
" Mas Andi..., belakangan sebenarnya ada yang menganggu pikiranku, tapi aku akan melupakannya dengan cepat", Ayu bersungut.
"Mengenai Indra", Andi mulai menebak, namun Ayu berkilah dengan membicarakan topik lain, meski hati tidak bisa dibohongi.
"Sudahlah Ayu, aku ini sekarang adalah suamimu", Andi mengenggam tangannya.
"Yah karena itu, aku berusaha melupakan dirinya", ucapan wanita itu terasa sangat yakin akan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...