Hari terakhir ospek, adalah hari benar - benar fokus untuk persiapan Inagurasi nanti malam, mereka berlatih dialog untuk drama dengan penuh konsentrasi, dan sejenak pada saat sedang istirahat latihan, Indra menghampirinya.
"Sudah jam makan siang, kamu mau makan bersamaku", ? Dia bertanya, pada saat yang bersamaan, Dewi melihat mereka sedang berdua dengan tersenyum nyengir dari kejauhan.
"Inggjh, boleh...", Ayu mengangguk halus, lalu berjalan berdua dengan Indra menuju ke arah kantin.Mereka jalan berdua saling bersebelahan, dan pada saat di dalam kantin, keduanya duduk saling berhadapan.
"Kamu tinggal dimana...",? Indra bertanya agar bisa lebih dekat dengan Ayu, dia menjawab dengan tersenyum.
"Tidak jauh dari sekolah waktu SMA", lndra memesan dua mangkok mie ayam untuk Ayu dan dirinya sendiri.
"Kamu sendiri", ? Ayu kembali bertanya.
"Tidak jauh, dari kampus tempat kosku hanya tinggal jalan kaki, dan sebenarnya aku daftar di kampus ini juga tidak sendiri, dengan temanku yang sama - sama dari Jakarta", Indra bercerita panjang lebar dan Ayu hanya memberikan anggunkan, tidak lama kemudian penjual mie ayam menaruh mangkok diatas meja mereka beserta es teh manis yang di pesan oleh keduanya.
"Lalu, apa alasanmu mengambil jurusan Desain Grafis", ? Ayu bertanya sambil menyuap makanannya ke dalam mulut.
"Karena aku punya mimpi yang tinggi, untuk jadi animator, dan aku berpikir kalau bisa lebih hebat daripada mereka yang di luar negeri", Indra berkata sedikit sombong, dan baru kali ini Ayu melihat orang seperti Indra yang sikap benar - benar terus terang di depan orang lain, dia mengeryitkan keningnya.
"Jangan mudah sombong", Ayu mencoba menanggapi menasehati.
"Kamu berpikir perkataan demikian adalah sombong, itu adalah bagian dari sikap terbuka dengan orang lain", Indra justru terkekeh mendengarnya.
"Aku paling benci, jika segalanya harus di tutupi kalau pada akhirnya menyakitkan", Indra menambahkan kalimatnya.
"Karepmulah....", Ayu hanya menyahut singkat untuk mengalah, menghindar dari perdebatan dengan Indra.
Indra mulai menyuap makanannya ke dalam mulut, dan cara mengunyah makanan dari tadipun Ayu memerhatikannya, dia menilai Indra juga kurang sopan santun, matanya menatap tajam gerakan tubuhnya.
"Indra, alon - alon", dia berbisik perlahan, laki - laki yang tidak paham bahasa jawa itu malah terus melakukannya.
"Indraaa...", Ayu mulai menegurnya dengan nada suara tinggi, kali ini dia menghentikkan sejenak menyuap makanannya.
"Aku tidak paham, apa yang kamu bicarakan Ayu, karena itu aku acuh", dia berkata terus terang.
"Baiklah, nanti malam kita ke toko buku, aku ingin membelikanmu kamus bahasa jawa, sedikitnya paling tidak kamu harus belajar. Kamu sudah memasukki wilayah ini", ! Ayu berkata tegas.
Sikap Ayu, mulai terlihat kalau kadang dia sudah mulai merasa kesal dengan Indra, namun yang ada dalam pikiran Indra, jika memang hanya sebuah bahasa mengapa harus seakan begitu memaksa orang lain, seolah seluruh orang yang sudah masuk te tempat ini tidak memiliki kebebasannya sendiri, karena hanya ingin dihormati dan dihargai.
Dia sudah mulai mengikuti kepribadian orang disini, salah satunya tata cara bersosialisasi mereka, namun rasanya tetap saja hal itu seperti ada yang berkurang, padahal apa rasanya jika diri di korbankan menjadi pribadi yang bukan sebenarnya.
Untuk mengalah, Indra berpikir untuk lebih baik mengikuti saja meskipun ada hal yang sebenarnya di dalam hatinya bertentangan dengan kebiasaannya sendiri.
Salahkah menjadi diri sendiri, di tempat ini, atau memang hanya di hadapan Ayu saja dia harus bersikap demikian."Jika itu yang kamu mau, aku akan mengikutinya", perkataan Indra yang terlihat bersungguh - sungguh membuat Ayu tercengang.
"Inggih kalau begitu, nanti tak temenin nanti sepulang dari kampus", dia menanggapinya sambil meninggalkan lebih dulu kantin, dan Indra masih duduk disana sebelum akhirnya dia juga meninggalkan tempat tersebutPada saat pulang dari kampus, mereka mampir sejenak ke toko buku, dan Ayu menunjukkan satu buku kepada Indra.
"Ini bukunya, kalau ada yang tidak paham bisa kamu whatsapp aku", Ayu berkata sungguh - sungguh.
Indra mengamati judul buku tersebut lalu melihat kearah Ayu.
"Terima kasih teryata kamu orangnya baik juga", Indra memuji dirinya.
"Wesss, kita langsung pulang saja, karena nanti sore harus kembali ke kampus untuk persiapan Inagurasi malam ini", Ayu mengajaknya kearah kasir dan Indra membayarnya.
Setelah mereka sudah pulang kerumah masing - masing, Ayu di kamarnya mulai menghafal dialog lagi sambil melirik kearah jam dinding hari ini pulang lebih cepat dia sudah sampai di rumah pukul satu siang."Aku melihat, dia sebenarnya memiliki sisi yang baik dalam sifatnya, tapj kenapa kadang akh seolah mengharap yang sempurna, dan apakah memang ada yang kolot dari keluargaku ini yang juga membuat aku menuntut orang lain di depanku harus sempurna, namun aku tidak bisa menyalahkan hal itu, karena jika itu yang terbaik untuk aku jalani", Ayu berpikir sambil duduk diatas kursi meja belajarnya sambil menunduk.
Tiba - tiba saja, Lasmi mengetuk pintu kamar Ayu, dan membuyarkan lamunannya karena membuka pintu tersebut."Jujur, sebenarnya aku ingin tahu kehidupan eyang putri dan eyang kakung waktu masih muda", Ayu mulai menyatakan apa yang tersirat di hatinya.
"Aku tahu mengenai adat yang ada di rumah keluarga ini, karena itu aku ingin bertanya, apakah mereka juga menjalaninya pada jaman eyang buyut masih hidup di dunia dan mereka masih muda, dan turunkan kepada generasi berikutnya", Ayu mengutarakannya panjang lebar.
"Eyang buyutmu, dulu hidup di jaman Hindia Belanda, dan dia orang yang tetap menjaga adat di tanah kelahirannya, meskipun menikah dengan bukan orang Jawa Tengah", Lasmi mulai bercerita panjang lebar.
"Jadi kita memiliki keturunan orang di luar Jawa Tengah", ? Ayu bertanya dengan tercengang.
"Yah kakek buyutmu orang Palembang, tetapi meskipun begitu sebelum mereka tiada menyampaikan sebuah pesan pertama, untuk generasi penerusnya kepada eyang putri dan eyang kakung waktu masih muda, jika kemanapun kaki melangkah jangan pernah meninggalkan adat, bila ada orang yang dari daerah lain tidak menghormatinya hadapi dia", Lasmi berkata lembut.
"Itu juga yang ku lakukan saat ini, meski harus mempertaruhkan apapun dalam diriku, di kampus baruku banyak orang dari luar daerah, aku akan menghadapinya jika mereka tidak menghargainya", ! Ayu berkata bersikeras, tercermin dari wajahnya kalau Lasmi bangga dengan kata - kata Ayu tersebut.Pada puncak malam Inagurasi mereka semua, menampilkan adegan dan peran masing - masing dengan bagus, penontonpun dibuat berkali - kali bertepuk tangan serta kagum, dan acara itu berlangsung sampai pukul sembilan malam di akhiri dengan penutupuan ospek, lega sudah hati karena akhirnya sudah resmi menjadi mahasiswa kampus tersebut termasuk Ayu, setelah selesai acara, Indra menawarkan Ayu untuk mengantarnya pulang.
"Sekedap, boleh aku antar pulang", ? Mendengar kata - kata sekedap, Ayu tertawa perlahan.
"Dalam sehari kamu sudah bisa menyebutnya", dia memandang takjub.
"Semua karena kamu", Indra berkata halus.
"Aku jalan sendiri saja", Ayu menolak halus, namun Indra tetap gigih sambil memegang pergelangan tangannya tanpa sadar, hal ini membuat dirinya tersentak, karena belum pernah di lakukan oleh lelaki termasuk Andi akan hal ini.
"Sudah aku jalan sendiri", Ayu masih menolak halus, dengan memberikan senyuman ramah kepadanya.
"Masak aku tidak boleh kepo rumahmu", ? Indra bertanya sambil bersungut.
"Dasar laki - laki berlebihan, apa maksudmu kepo", ? Ayu balik bertanya dan Indra hanya menarik nafas dan menghembuskannya lagi dari mulut.
"Kalau di Jakarta artinya ingin tahu", Indra menjelaskan padanya.
"Ohhh....", Ayu hanya berkomentar singkat.
"Oh yah kalau sedang liburan atau hari minggu, kamu suka berjalan - jalan kemana biasanya", ? Indra bertanya kepadanya, dan Ayu hanya terkekeh perlahan.
"Aku jarang jalan - jalan dan kalaupun iyah hanya begitu - begitu saja", dia menjawab pelan pada saat yang bersamaan Dewi melintas diantara mereka berdua.
"Ayu, Indra aku pulang dulu ke kos", dia melambaikan tangan di udara sambil berjalan dan menghilang di tengah malam.
"Oke", ! Indra membalasnya dengan berseru.
"Aku juga mau pulang", Ayu berpamitan kepada Indra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...