Di hari kedua ospek, entah kenapa rasanya perkataan orang tua Lasmi mengenai Andi masih melekat di pikirannya, dia duduk di anak tangga fakultas, sambil menunggu Dewi datang, dan saat itu gadis yang di tunggunya sudah terlihat dari jauh, tapi Indra juga berjalan di belakangnya, dia mengangkat tangannya dari jauh kearah Ayu, sambil berjalan menuju fakultasnya sedangkan Dewi duduk di sebelahnya.
"Ada hal yang kamu pikirkan", dia bertanya.
"Tidak ada", Ayu menggeleng pelan, lalu menatap kearah Dewi, sorot matanya kali ini terlihat tajam.
"Bukankah kamu pernah bilang aku aneh", dia mulai berkata, dan Dewi tertawa pelan namun tidak seperti Ayu yang setiap kali menutup mulutnya.
"Jangan terlalu diambil hati perkataanku kemarin", dia berkata dengan nada suara santai, percakapan mereka terhenti karena sudah harus berkumpul lagi di hall besar, kali ini adalah persiapan untuk hari ketiga ospek pada malam Inagurasi.Dan yang kedua kalinya, barisan Indra tepat di sebelah Ayu, anggota senat yang bernama Wulan sesekalinya berkata dengan bahasa Jawa, terlihat juga Indra berusaha untuk memahaminya namun sulit mencari tahu artinya, sorot matanya melirik kearah Ayu, dia tahu akan hal itu namun ini bukan waktu yang tepat.
"EHHHHH SAMPEANN YANG DI DEPAN SANAAAA", !!! Wulan menunjuk kearah, Indra, dan keringat mulai mengucur di keningnya dia sudah tahu dengan apa yang terjadi, Indra berjalan kearah Wulan perlahan.
"Iyah mbak", dia menyahut sopan, namun nada suara Indra yang terdengar agak keras bagi Wulan tetap dinilai tidak sopan untuk Wulan.
"Dari mana", ? Dia bertanya galak sambil memasukkan pergelangan tangan, di balik
"Jakarta mbak", Andi menjawab dengan hormat sambil membungkuk, namun pandangan Wulan tetap sinis sambil memasukkan pergelangan tangan ke dalam
saku almamaternya, seakan bangga menjadi senat di kampus tersebut.
"Kamu dihukum, untuk memberikan bunga kepada gadis tersebut", wajah Ayu tercengang baginya, hukuman itu kenapa harus yang di berikan bunga kepada dirinya. Apa yang ada dalam pikiran Wulan mengenai Indra terhadap dirinya, perlu di akui sikap Indra, terhadap orang lain memang terlihat agak blak - blakan dan percaya diri, tapi bunga itu, rasanya bagi Ayu ini adalah hukuman yang menyebalkan, namun mau dikata apalagi.
Sorot mata Ayu, mulai tidak fokus, ketika Indra menuju kearahnya, kalau boleh memilih lebih baik pingsan ditempat daripada menerima bunga dari Indra, sebenarnya Ayu sudah mulsi punya kesan pertama yang membuatnya tercengang dari gelagat Indra, tidak seperti kebanyakkan lelaki di tempat kelahirannya, bahkan Andi sekalipun.
Dan sekarang, Indra sudah berada di depan persis batang hidung Ayu, untuk memberikan bunga tersebut.
"Ini buat kamu", dia memberikannya dan Ayu menerima.
"Ciyeeee", suara sorak dari anak - anak lain mulai terdengar
"Aku terima bunga ini, tapi asal kamu tahu, gelagat kamu sudah membuat akupun kena hukuman, memalukan, dan untung saja bukan aku yang lebih dulu melakukannya, karena bagi keluargaku hal itu dianggap tidak tahu diri, dan menjatuhkan harga diri di depan laki - laki. Itu sudah menjadi adat kami", Ayu berguman pelan.
"Aku tahu, aku minta maaf", Indra menundukkam wajah kepadanyaAyu hanya mengangguk masam, dan Indra kembali ke barisannya, mereka sejenak salinh menatap satu sama lain.
Tugas kedua, adalah persiapan pentas drama, untuk acara malam Inagurasi, yang berjudul Sangkuriang, dan Dewi sangat bersemangat, karena kisah ini berasal dari daerahnya Jawa Barat.
"Mungkin memang akhir kisah adalah tragis, tetapi pesan yang diberikan sangatlah memberikan moral, tetapi ada hal yang justru menyedihkan, jika saja memang Sangkuriang menyadarinya sejak awal", Dewi berkata panjang lebar.
Ketika mereka semua berkumpul di hall besar, dengan di dampingi oleh senior yang terpilih menjadi pendamping kelompok, dialah Nanang."Tidak pernah ada kata awal, untuk menyadari yang di sebut cinta, karena apa yang di rasakan pastinya terlambat, karena cinta adalah proses hati", Ayu menanggapinya dengan bijak.
"Tapi kadang cinta memilih yang salah", Dewi berkata perlahan.
"Wii..., itulah cinta ayo kalian fokus latihan, daripada nanti oleh mbak dan mas lainnya kena hukum", Nanang yang berperan sebagai pendamping dia lebih bersikap bijak dari lainnya.
Saat latihan di mulai mereka, membagi peran masing - masing, dan Ayu terpilih menjadi ibu Sangkuriang.
Gadis itu menghafal dialog dengan sungguh - sungguh, dan yang menjadi Sangkuriang adalah Gigih.
Kegiatan tersebut di lakukan hingga sampai malam hari, dan pada saat malam tiba, Ayu berjalan kearah gerbang kampus, disana dia terlihat Indra yang nampak antusias mulai mendekati dirinya.
"Boleh ku antar, tinggal dimana",? Dia bertanya ramah, dan Ayu gadis yang sangat menjaga imagenya menolaknya secara halus, melihat peragai tersebut dari seorang lelaki.
Yang baginya nampak terlihat vulgar, dan terlalu percaya diri, dia memberikan senyuman ramah kepadanya.
"Aku jalan dewe wae, maturnuwun", namun Indra tetap gigih dengannya.
"Artinya apa, boleh minta nomor whatsapp", ? Dia bertanya.
"Aku bisa jalan sendiri, terima kasih dan Indra, terus terang kita baru saja berkenalan sikapmu sudah terlalu berlebihan", akhirnya Ayu menyatakan perasaannya kepada Indra.
"Aku biasa bersikap seperti ini, yang bukan hanya dengan seorang gadis tapi juga laki - laki. Kamu ini memang aneh", akhirnya Indra menilai sikap Ayu yang dirasanya janggal.
"Tapi tidak aneh bagiku, itu adalah adat menjaga kesopanan, dan tata krama, sebaiknya jika kamu masuk ke daerah ini, kamu harus bisa mengikuti apa yang ada", Ayu sedikit memberikan nasehat kepadanya.
"Oke, aku akan mencoba menghormati untuk mengikuti seperti itu..., tapi...", Indra kembali bermohon untuk nomor whatsapp.
Dan akhirnya Ayu memberikannya lalu, meninggalkannya, Indra sendiripun berjalan kearah tempat kosnya sambil memikirkan perkataan Ayu kepadanya.Malam harinya, Indra yang sedang berada di kamar kos, pikirannya sedang kusut mengenai Ayu, di lantai dua dekat balkon ruang kamarnya itu, sesekalinya juga terdengar bising suara dari luar, dan membuat dia menjadi kurang fokus menghafal dialog.
Tiba - tiba saja terdengar suara ketukan dari luar, dia membuka pintunya, dan terlihat Diaz teman satu seperjuangannya untuk menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta membawa makanan yang di bungkus oleh daun hijau.
Aku sekaligus belikan makanan juga untuk kamu sego kucing, mereka menyebutnya begitu", kata Diaz yang sama - sama dari Jakarta.
"Oke", Indra mengangguk dan mempersilahkan Diaz, masuk ke dalam kamarnya, dan memang kamar kos mereka saling berhadapan.
"Kadang aku merasa aneh dengan orang disini, dengan segala tata cara mereka, seakan yang sudah kita anggap benar tapi tidak benar disini, aku sudah berusaha untuk memghormati adat mereka juga", Indra berkata panjang lebar.
"Tidak semua disini begitu, aku melihatnya hanya segelintir orang saja, dan aku pikir segelintir orang itu adalah gadis yang baru saja berkenalan denganmu itu", Diaz juga menanggapi panjang lebar.
"Maksudmu, gadis dari jurusan tari itu, yang bernama Ayu....", ? Indra menanggapi antusias.
"Aku tidak terlalu begitu memerhatikan siapa namanya, tapi aku memang dengar jika mahasiswi atau mahasiswa di kampus, menyebutnya dengan nama itu" , Diaz membalas menyahutnya lagi.
"Oke deh kalau begitu aku buka dulu makanannya ", Indra mengangguk sambil membuka bungkusan makanannya, dan Diaz juga ikut membuka bungkusan makanannya, dan mereka melahapnya sambil melanjutkan obrolan.
"Kamu berpikir penasaran dengannya" , ? Pertanyaan Diaz membuat Indra tercengang, matanya di belalakan.
"Kamu jangan berpikir macam - macam dulu, soal itu....", Indra menggeleng.
"Aku tahu..., tapi itu pastj akan terjadi karena itu hal yang wajar pada pandangan pertama...", Diaz memberikan nasehat padanya.
" Aku malah berpikir dia gadis yang agak aneh ", Indra berkilah, lalu mereka sama - sama melanjutkan menyuap makanannya ke dalam mulut.Di tempat yang berbeda, Ayu sedang memikirkan tingkah laku Indra di dalam kamarnya, sambil melihat foto profile dirinya di dalam whatsapp.
"Aku pikir dia laki - laki yang aneh terlalu berlebihan ", Ayu berpikir, lalu meletakkan Hp diatas mejanya, pada saat yang bersamaan terdengar ketukan dari luar.
"Inggih", Ayu menyahutnya dari dalam.
Lasmi membuka pintunya dia melongokan sedikit kepalanya dari balik daun pintu.
"Ndok, belum tidur besok hari terakhir ospek kamu",? Dia bertanya.
"Sebentar lagi aku akan tidur", Ayu mengangguk
"Begjni ndok, kalau belum tidur bapak mau minta tolong di pijatkan....", Lasmi menyatakan maksudnya kepada Ayu.
"Inggih, bu aku tak ke kamar ibu dan bapak..., " Ayu menurut dengan halus meninggalkan kamarnya dan menuju kamar orang tuanya, tangan halusnya mulai meremas tubuh Jono, dan setelah itu dia tertidur, Ayu kembali ke dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI RAHAYU ( masih berupa outline Novel )
Romancesebuah kisah cinta berlatar belakang kota Yogyakarta. Sri Rahayu adalah seorang gadis Jawa tulen yang sangat menjaga adatnya karena didikan turun temurun di keluarganya, dan sosok yang polos juga lemah lembut, tetapi ketika dia memasukki dunia luar...