"Terima kasih"
CUP
Arthemis mengecup singkat bibir Nathan sebelum berlari dengan wajah yang sangat memerah.
Melihat itu Nathan hanya terkekeh geli dan mengejar Arthemis, dirinya senang setidaknya Arthemis sudah tidak bersedih, karena ia sangat benci melihat gadisnya menangis.
****
Pagi telah menghampiri, matahari mulai keluar dari tempat persembunyiannya, burung-burung berkicau menyambut datangnya pagi.Gadis berambut Silver masih bergalut dalam tidurnya, terlihat malas untuk membuka matanya.
SRINGGGG
Seseorang menyibakkan gorden membiarkan sinar matahari memasuki kamar gadis itu, gadis itu menutup wajahnya dengan bantal berniat untuk kembali tidur.
"Arthemis! Ayo bangun sayang" ujar seseorang sembari menepuk pelan pipinya dan itu sangat menganggunya, segera ia singkirkan bantal dari wajahnya dan membuka matanya perlahan memperlihatkan manik merah mudanya yang indah.
Arthemis terjingkat bangun ketika maniknya melihat sosok wanita berambut dan bermanik perak menatapnya dengan senyuman hangat.
"Selamat pagi sayang" wanita itu membelai lembut surai Arthemis.
"Apa yang kau lakukan disini?!" Teriak Arthemis, wanita itu menjauhkan tangannya dan menatap lembut kearah Arthemis tanpa memperdulikan teriakan gadis kecil itu.
"Mama hanya ingin membangunkanmu untuk sarapan, sedari tadi pelayan membangunkanmu tapi kau tak kunjung bangun, jadi mama datang kesini untuk membangunkanmu" jelas Drey sembari tersenyum menatap ke arah putri kecilnya itu.
Mendengar penjelasan Audrey Arthemis menghela nafas panjang lalu beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Maniknya kembali membulat ketika melihat ruang mandinya dipenuhi oleh kelopak mawar begitupula dengan kolam mandinya yang dipenuhi kelopak mawar, lilin aroma terapi bersinar memberikan suasana tenram dalam ruangan.
"Apa wanita bodoh itu yang melakukan semua ini?" Gumam Arthemis heran, pasalnya jika benar bagaimana wanita itu bisa tahu jika dirinya merasa sedih atau kehilangan maka kedua orang tuanya akan membuatkan hal seperti itu.
Tanpa memperdulikan siapa yang melakukannya Arthemis segera menganggalkan pakaian tidurnya dan memasuki kolam mandinya, tubuhnya terasa sangat santai ketika air hangat dengan aroma mawar merendam tubuhnya.
****
Arthemis terduduk di meja makan dengan alis yang berkerut, pasalnya dirinya heran kenapa hidangan sarapan semuanya makanan kesukaannya."Arthemis kenapa kau tidak makan sayang? Apa makanannya kurang enak?" Tegur Audrey ketika melihat Arthemis masih saja terdiam sembari menatap kearah makanan dengan alis berkerut.
"Siapa yang memberitahukan koki kerajaan makanan kesukaanku?" Gumam Arthemis tanpa sadar.
"Bukan koki kerajaan yang memasaknya tapi ibu suri" mendengar penuturan Nathan alis Arthemis semakin berkerut, ibu suri memasak?
"Benar Arthemis, mama memasakkan sarapan untukmu, ia tak ingin kau sedih dan merasa kehilangan semenjak kepergian Fanny" ujar Dinda, raut wajah Arthemis mendadak berubah ketika mendengar nama Fanny, kenangan disaat Fanny pergi kembali terputar dalam otaknya.
"Kau tak seharusnya melakukan hal ini" ujar Arthemis dingin.
"Tentu saja perlu sayang, mama tak ingin kau bersedih maka dari itu untuk membuatmu tersenyum mama ingin membuatkan makanan kesukaanmu agar kau ceria kembali" alis Arthemis kembali berkerut namun sesaat raut wajah datar kembali terlihat di wajah Arthemis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mystical World
FantasySERI KETIGA GODDESS SERIES Berawal dengan menemukan sebuah liontin berbentuk hati dengan warna hitam dan putih... Gadis itu terperangkap dalam sebuah dunia yang hanya ada dalam mitos... Arthemis Selene Macha, gadis berambut silver dan bermanik hijau...