XLIV " Bersama Kembali"

53.2K 3.9K 332
                                    

Tubuh monster itu bercahaya dan akhirnya meledak, abunya berterbangan membuat pandangan Leos terhalangi.

Debu itu hilang, menampilkan tubuh Arthemis dipenuhi oleh darah monster itu, nafas Arthemis tersengal-sengal, ketika pernafasannya sudah normal Arthemis tersenyum tipis.

"Terima kasih Selene"

****
Para pelayan, dan petugas kesehatan kerajaan terlihat sibuk dan tampak khawatir, keadaan Nathan,Natsuki, dan Audrey begitu parah.

Arthemis hanya diam sembari menatap kegiatan pelayan dan petugas kesehatan untuk memeriksa ketiga manusia yang terluka, tubuhnya masih dipenuhi darah monster itu, penampilannya tidak berubah.

Air mata terus saja mengalir, Arthemis merasa bersalah, karena dirinya orang lain terluka, entah mengapa ia merasa sangat bersalah, seharusnya ia memenuhi permintaan Natsuki untuk membantu bukannya terdiam.

Melihat itu Arthur merasa kasihan, ia tahu Arthemis merasa bersalah dan sedih,baru saja ia melihat adiknya itu ceria kini harus kembali bersedih.

Lamunan Arthur terbuyar ketika melihat Laras, Dinda, dan Tabib Subran keluar dengan wajah lusuh dan lelah.

"Bagaimana keadaan mereka?" Ujar Arthur, Laras, Dinda, dan tabib Subran tertunduk lesuh.

"Syukurlah luka bakar di perut Natsuki dan pangeran Nathan dapat disembuhkan, mereka hanya butuh istirahat total, racunnya juga berhasil dikeluarkan" Arthur dan yang lainnya menghela nafas lega, tapi tidak dengan Arthemis yang masih merasa bersalah.

"Bagaimana dengan keadaan ibuku?" Ujar Arthemis tanpa sadar, ia menatap kearah tiga manusia itu dengan tatapan penuh harapan.

"Yang mulia ibu suri kini tengah sekarat, racun dari liur monster itu sudah berhasil di keluarkan namun racun dari cakarnya masih ada dalam tubuh yang mulia, beberapa tubuh bagian dalamnya terkoyak" badan Arthemis mendadak lemas, ia duduk bersimpu, perasaan bersalah kembali menguasai hatinya, dirinya menangis sembari menunduk.

Melihat keterpurukan sang adik, Arthur membatu Arthemis bangkit dan segera memeluk gadis yang rapuh itu membiarkan adiknya menangis.

Untuk pertama kalinya ia melihat Arthemis begitu terpuruk, namun dalam hatinya terbesit perasaan senang karena akhirnya Arthemis mulai menerima mamanya kembali.

Arthemis melepaskan pelukannya dan menghapus sisa air mata yang tersisa, ia menghela nafas untuk menenangkan dirinya.

"Tabib biarkan aku menemui mereka" Tabib Subran mengangguk mengiyakan permintaan Arthemis, melihat tabib setuju Arthemis berlari menuju dimana orang yang ia sayangi terbaring lemah.

Arthemis menghentikan langkahnya, air mata kembali mengalir dari pelupuk matanya melihat keadaan Audrey yang begitu menyedihkan, tubuhnya dibalut perban yang bahkan masih terlihat darah di perban itu menandakan lukanya belum mengering.

Arthemis berjalan dengan langkah berat, hatinya begitu miris melihat keadaan wanita yang selama ini dibencinya.

Dengan gemetaran ia menyentuh wajah Drey, terasa kasar akibat bekas luka dan darah yang mengering.

"Hai! Apa kabar?" Ujar Arthemis berusaha tersenyum walaupun air matanya terus mengalir.

"Aku tidak tahu apa yang kau alami dibawah alam sadarmu, tapi aku mohon kembalilah" Arthemis menghapus air matanya dan tersenyum kearah ibunya.

"Kembalilah, kumohon! Aku sangat merindukanmu! Kumohon maafkan aku! Maafkan aku jika selama ini aku selalu menyakitimu hatimu! Selalu membuatmu menangis! Kumohon maafkan aku" Arthemis memeluk erat Audrey sembari menangis, bibir mungilnya terus berkata maaf berulang kali.

The Mystical WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang