Xavier PovAku keluar kamar sambil mencari Verena. Yah perasaanku ia pasti langsung menuju dapur.
"Hai sayang.." sapaku kepadanya saat melihatnya duduk sendiri didepan televisi.
Verena menganguk dan tersenyum aneh. Aku jadi merasa ada yang janggal padanya.
"Ada apa Ve? Apakah kau sudah makan?"Verena menggeleng lemah.
"Aku belum makan""Astaga maafkan aku jika aku terlalu lama, ayo kita makan" tarikku pada lengannya.
Verena menggeleng dan melepaskan gengamanku.
"Aku sudah nggak lapar"Aku semakin penasaran.
"Terus kamu kenapa?"Verena membuang mukanya padaku. Aku semakin merasakan hal ganjil disini.
"Ve.. kalau kamu begini terus kita nanti gak makan-makan lho"Terlihat wajah Verena yang menarik nafas dan menatapku.
"Kau akan pergi ke Amerika Xav?"Verena Pov
Aku memperhatikan wajah Xavier yang terdiam membisu. Ia kemudian menunduk menatap tanganku dan membawa tanganku kedalam kehangatan tangannya.
"Aku memang akan ke Amerika Ve. Aku akan kuliah disana." Ucapnya menatap mataku.
Aku sebenarnya tidak ingin mempercayai ucapan Jesselyn begitu mengetahui langsung dari Xavier kenapa ini begitu sakit. Aku tidak ingin terpisah dari Xavier.
"Ve?" Sambung Xavier lagi memegang erat tanganku.
"Xav.. aku.. aku tidak mau jauh darimu" jawabku sendu.
"Tenang Ve.. aku sebentar saja disana. Aku akan belajar menjadi sosok suami yang dapat menjadi panutan serta bimbingan untuk keluarga kita kelak."
Tanpa terasa air mataku menetes.
"Xavier.. aku sangat mencintaimu" aku memeluk tubuh atletis itu dengan erat.Xavier membalasku dan membelai rambut panjangku.
"Ve.. aku berjanji akan cepat kembali. Kau ingatkan saat kita kecil dulu? Kita terpisah dan aku kembali"Aku menganguk-angguk memeluknya erat lagi.
"Aku percaya Xav.. aku hanya tidak ingin jauh saja.. kamukan tau aku paling suka dekat sama kamu"Terdengar suara kikikan Xavier. Aku cemberut dan langsung mencubit lengan berotot itu.
"Au. Oke,oke. Itu memang tidak lucu. Tapi sungguh Ve. Wajahmu seperti ini yang membuatku ingin memakanmu lagi""Xavier!" Aku melepaskan pelukannya dan kembali mencubitnya.
Dia hanya terkikik geli kemudian menarik wajahku dan mencium bibirku dalam. Aku menutup mata dan merasakan kelembutan cinta disana. Xavier ingin menunjukkan bahwa yang dikatakannya itu adalah benar.
"Kau percaya?" Ucapnya melepaskan tautan bibir kami dan memperhatikan wajah merahku.
Aku menganguk tersenyum malu. Aku bahkan tidak sadar kami bermesraan pada ruangan terbuka dan masih didalam dapur.
"Sebaiknya kita jangan melakukannya lagi karena bisa saja siapapun melihat kita Xav." Jawabku menariknya berdiri.
"Hah? Why? Tidak ada orang disini." Jawabnya acuh.
"Noo.. tidak baik"
"Baiklah sayang. Kau percaya apa tidak?" Tuntutnya lucu.
"Iya aku percaya Xavier Ace. God, kau ini. Cepatlah aku sudah sangat lapar."
Xavier memelukku dari belakang dan menghirup wangi rambutku.
"Bukankah sebelumnya kau bilang tidak lapar?""Xavier, aku sudah bilang kita sebaiknya jangan mesra-mesra." Cubitku lagi dan lagi pada lengannya.
"Biarkan kita menikmati waktu kita Ve, karena saat-saat ini sangat indah"
Aku terdiam. Aku membiarkannya memelukku erat bahkan mencium wangi rambutku dalam. Ya, biarkan waktu ini terus mengalir Xav, karena ini begitu indah.
*****
Bulan_Unet
Jangan lupa comment sama bintangnya yaa.
![](https://img.wattpad.com/cover/114397705-288-k121910.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Him but Me??? (TAMAT)✓
RomanceAwalnya tidak menyangka dan sangat tidak menyangka, tapi itulah cinta. Adult and romantic.