Part 18

9.4K 606 5
                                    

Ehem.. beberapa adegan kembali muncul mohon kebijaksanaan para readers yaa makasi..

Xavier Pov

Aku memutar bola mataku jengah. Sudah 1 jam lebih Jesselyn dan Verena berdebat masalah kenapa mereka semua ada disini. Aku sudah menjelaskan kepada kekasihku ini alasan Jesselyn ada di Villa Exel. Tapi sikap Jesselyn membuat Verena tidak suka.

"Apa? Liburan katamu tadi? Apa kau tidak dengar perkataan Xavier dia membawamu kesini karena dia mengangapmu sahabatnya" pekik Verena marah.

"Kau cemburu Ve? Apa kau tidak tahu bahwa segala sesuatu yang membuat Xavier hebat adalah karena diriku?" Ungkap Jesselyn bangga.

Wajah Verena memerah dan menatapku tak percaya. Aku menatap tajam Jesselyn. Aku tidak percaya dia berbicara macam-macam.

"Ve, ikut aku!" Tarikku pada lengan kecilnya.

Verena tidak melawan. Wajahnya terlihat begitu sedih atau terpukul. Aku semakin tidak nyaman jika Jesselyn masih bersikap seperti itu.

Aku membawa Verena kekamar khusus milikku pada Villa Exel. Sesaat setelah masuk Verena berjalan pelan dan duduk pada pinggiran kasur. Ia menatapku lagi. Tatapannya tidak terbaca.

"Ve, jangan berpikir aneh-aneh itu hanya omongan tidak jelas dari Jesselyn." Jelasku lembut dan membelai rambut indahnya.

"Ehm" gumam Verena pelan.

Verena Pov

Aku semakin malas dengan sikap Jesselyn karena terlihat jelas ia sangat tidak menyukaiku dan hanya ingin menganguku serta Xavier.

"Jangan melamun.." Xavier mencium keningku dan membawaku kedalam pelukannya.

Aku mengikutinya. Aku sudah lelah dengan sikap Jesselyn, yang aku inginkan hanyalah penjelasan ataupun bagaimana perasaannya sebenarnya pada Jesselyn.
"Xav.." ucapku menyentuh dagunya.

"Hemm?" Gumamnya.

"Apakah kau juga menyukai Jesselyn?" Aku merasakan tubuh Xavier yang terasa kaku. Apakah ia juga menyukainya?

"Aku tidak pernah sekalipun berpikir menyukai orang lain dari pada dirimu" suara Xavier terdengar begitu mantap.

"Tapi kau begitu perduli padanya"

"Aku perduli padanya karena tidak ada satu orangpun di dunia ini yang menginginkannya"

Aku terdiam mencerna ucapan Xavier.
"Dia sudah berusaha untuk hidup mandiri semenjak mamanya meninggalkannya karena sakit hati dengan papanya yang selalu bermain dengan para pelacurnya" sambung Xavier terdengar emosi.

Aku menarik nafas. Aku tidak menyangka ternyata sifat keras Jesselyn dikarenakan ia sudah terbiasa untuk melindungi dirinya sendiri. Tidak diperhatikan oleh seorang papa mungkin bukanlah hal terlalu besar namun jika seorang mama tidak memperhatikan bukankah itu sebuah tanda akhir dunia? Itu menurut pemikiranku.

"Dia tidak punya teman?" Tanyaku pelan.

Xavier menggeleng.
"Tidak ada yang ingin berteman dengannya dikarenakan papanya. Siapapun tahu bahwa papanya itu suka dengan gadis muda. Jesselyn sangat malu, akupun merasakan hal sama jika diposisi dirinya."

Aku menganguk pelan. Aku bukanlah anak manja maupun mandiri. Meskipun aku seorang anak tunggal tapi papa dan mama tidak memanjakanku.

"Aku akan berteman baik dengannya" jawabku.

"Ha?" Suara Xavier terdengar lucu. Aku kemudian tersenyum dan kembali duduk tegak tidak bersandar pada dadanya.

"Aku akan berteman baik dengannya, kenapa kamu kaget begitu?"

Xavier menggeleng dan tersenyum tulus.
"Terimakasih Ve, kau memang gadisku" jawab Xavier dan mengangkat tubuhku seperti seorang pengantin wanita.

"Xavier! Kenapa kau senang sekali mengangkat tubuhku?" Pekikku memeluk lehernya.

"Tentu saja aku senang, inikan hobbyku. Ayo, aku sangat menginginkanmu sekarang"

"Hah? Jangan! Inikan Villa Exel tidak baik melakukannya dirumah orang lain"

Xavier tidak mendengarkanku. Ia sudah merebahkan tubuhku dan menindihku. Bibir lembutnya sudah mulai menghisap kulit leherku. Tangan besarnya meremas-remas payudaraku dibalik baju katunku.

"Ahh Xav.." desahku nikmat.

"Hemm? Katakan Verena apa yang kau inginkan.." jawabnya parau dan membuka kausku.

Terlihatlah dada ranumku disana. Xavier membuka cup braku dan dengan cepat menggulum putingku disana.
"Ahh.. Xavier.. ouhh"

Aku menggeleng meraskan nikmat cumbuannya pada puting dadaku. Xavier berhenti kemudian membuka kemeja birunya serta celana levisnya. Dengan cepat ia sudah naked dihadapanku.
"Ayo sayang.. tunjukkan tubuhmu padaku" pintanya sensual.

Aku menganguk kemudian membuka celana jeansku dilanjutkan dengan membuka dalamanku hingga tubuhku tak tertutup sedikitpun.

Aku menatap mata Xavier yang menatap tubuhku haus. Ia begitu menginginkanku. Tatapannya dapat menunjukkan bahwa ia begitu memukauku. Xavier mendekatiku pelan. Usapan tangannya pada pipiku mendebarkanku. Xavier menciumku perlahan. Bahkan sangat pelan. Ia bersikap lebih dari lembut padaku.

Xavier menciumku pelan hingga sedikit menuntut. Perlakuannya membuat birahiku naik. Aku sangat menginginkannya lebih. Aku membalas ciumannya kuat. Ia tahu ia bahkan sempat tersenyum dibalik ciuman kami. Xavier memainkan putingku disana. Mengosoknya dan memelintirnya membuatku geli nikmat.

Aku dapat melihat birahi Xavier yang sudah memuncak. Xavier menindihku kembali dan bersiap menyatukan diriku pada dirinya. Menunggu penyatuan adalah hal tersiksa bagiku terlebih Xavier melakukannya begitu pelan.

"Xav.. ahh.. please.." tuntutku.

"Tenang sayang.. sedik.. kit.. akh.." Xavier menutup matanya.

Aku merasakan sensasi panas pada inti tubuhku. Xavier bergerak perlahan hingga cepat. Aku meremas lengannya nikmat.

"Aakh... Te.. terus Xav..."

Xavier menganguk mengerti. Ia kemudian mencium bibirku kembali. Semakin lama permainan kami semakin panas. Aku memeluknya erat.

Ouh.. my Xavier Ace.

*****

Bulan_Unet
Jangan lupa vote and comment. Jangan malu-malu kasih comment yaa.

Not Him but Me??? (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang