Part 35

9.5K 594 10
                                    


Author Pov

"Aku sudah kehilangan kesabaran Verena!"

Bentakan Xavier dihadapan Verena membuat Verena sedikit senang. Memanas-manaskan Xavier demi sebuah kebenaran begitu seru.

"Kesabaran apa? Kami berdua disini tidak melakukan kesalahan" bela Verena ingin membuat Xavier lebih marah lagi.

"Kau! Argh! Elma pergi dari sini sekarang" gertak Xavier menahan amarah masih menatap Verena lekat-lekat.

"Tidak. Aku tidak mau Xav, kamu sudah janjikan akan bertanggung jawab sampai tuntas?" Elma menggeleng tanda tidak ingin menuruti Xavier.

"Tapi Elma ini masalahnya lain lagi. Kita akan bicara sekarang pergi-"

"Never! Aku tidak mau kehilangan lagi." Elma memelas memohon pengertian.

Verena menatap Elma tak percaya. Apa gerangan rahasia dari keduanya?
"Kau tidak akan kehilangan apapun El, aku cuman mau bicara baik-baik sama dia aja El" jawab Xavier menunjuk Verena.

"Bukannya biasanya kita lebih dari sekedar bicara Xav?" Ujar Verena sensual sambil menatap Elma meremehkan.

"Apa? Xavier! Kau berjanji akan bertanggung jawab! Kau ingat kesalahanmu? Kau sudah membuat Gerald mati! Itu semua karenamu!" Pekik Elma mendorong Xavier tak terima.

Semua tamu undangan bahkan sudah menonton mereka. Exel dan Raisa memang belum duduk dipelaminan karena mereka masih menyatakan janji suci digereja.

"Gerald? Mati? Apa maksud semua ini Xav?" Tanya Verena menginginkan penjelasan.

"Bukan urusanmu! Elma sekarang ikut aku!" Xavier menarik Elma kasar dan membawa diri mereka menjauh.

Verena tidak tinggal diam ia mengikuti Xavier dan Elma. Bahkan Xavier masih tidak sadar Verena mengikuti keduanya hingga masuk kedalam ruangan yang kebetulan ruangan khusus mempelai pria.

"Elma dengarkan aku!" Lepas Xavier pada gengaman Elma sambil membentaknya.

Disitulah Xavier sadar bahwa Verena mengikuti keduanya.
"Untuk apa kau mengikuti kami Verena? Apa kau tidak mengerti yang namanya privasi heh?!"

"Untuk mengetahui apa sebenarnya permainan kalian yang sungguh tidak ada lucu sama sekali" jawab Verena tegas.

"Ya kau benar. Kami mempermainkan kamu Verena. Ini semua karena Xavier yang lengah dengan keadaan." Jawab Elma menunjuk wajah Xavier kecewa.

"Apa mainan kalian? Menghancurkan aku?" Tanya Verena mulai terbawa amarah.

"Bukan! Xavier berjanji menikahiku karena aku sudah hamil oleh-"

"CUKUP ELMA!" teriak Xavier tidak sabar.

Keduanya terdiam menatap pria yang sekarang sedang memerah menahan amarah.

Xavier mendekati Verena dan mengengam kedua bahunya kuat.
"Kau! Ini semua karena kau Verena! Aku sudah katakan jangan sentuh aku lagi! Jangan dekati aku! Jangan kau berani MENCIUM PRIA LAIN!"

Bentakan Xavier yang selama ini selalu dipendamnya kini telah ia ucapkan.
"Benar! Aku masih mencintaimu. Tidak akan pernah berkurang rasa cinta ini dari saat aku dulu menolongmu hingga sekarang. Tidakkah kau sadar? Aku tersiksa melihatmu menangis? Aku tersiksa melihat kau yang mengatakan cinta dalam pelukanmu. Tidakkah kau liat dimataku cuma ada kau?! Hah?!!"

Xavier menguncang Verena kuat. Verena terpaku sedih melihat wajah Xavier. Wajah terluka dan kecewa karena sikapnya. Wajah yang tidak pernah sekalipun Verena lihat. Penderitaan yang diberikan melalui tatapan dingin Xavier membuat Verena hilang akal.

"Aku harus menikahi Elma karena apa? Karena Gerald sudah menghamilinya. Justin! Justin adalah anak Gerald Verena, dia bukan anakku. Gerald sahabatku selama di Amerika dan.. dan.." Xavier menutup matanya bergetar.

Wajah Xavier memerah menahan pedih. Suara isak tangis kecil keluar dari deru nafasnya.
"Dia.. dia mati karena menolongku saat kami mendaki gunung Everest bersama. Aku terpeleset karena kakiku serasa beku, dan Gerald, ia menarikku.. dan dia.. dia.."

"Dia terjatuh dari gunung dan tertimbun salju. Dia tidak kembali, dia pergi jauh. Mati.." lanjut Elma terisak sedih.

Verena masih terdiam menatap Xavier yang masih menutup matanya karena sedih. Verena menyentuh tangan Xavier berusaha untuk membuka wajahnya tapi Xavier menggeleng menolak.

"Apapun keputusanmu Xav.. i'l always loving you"

Verena memeluk tubuh Xavier yang masih bergetar karena pedih. Dibawanya kepala Xavier kedadanya.
"Ssstt... menangislah Xav. Menangislah"

Xavier membalas pelukan Verena erat dan mengeluarkan luapan isi hatinya melalui kepiluan suaranya. Sudah lama rasa rindu untuk memeluk Verena menderu dadanya.

Apa sebenarnya yang direncanakan Tuhan akan hidupnya? Apakah ia harus menjadi seperti buah simalakama? Mengikuti kata hatinya? Atau mengikuti kewajibannya?

Karena pria juga seorang manusia yang biar bagaimanapun memiliki hati yang juga rapuh.

*****
Bulan_Unet
Votment yach.
Hug & love for my BFH

Not Him but Me??? (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang