Part 39 b.

12.7K 544 13
                                    

Xavier Pov

Aku menatap gadis manis yang tengah memelukku erat. Mungkin dia kelelahan dengan aktifitas kami sebelumnya yang sedikit menuntut tenaga dan tentu saja waktu tidurnya atau mungkin saja karena hawa yang sebelumnya panas berubah sedikit dingin.

Aku membelai rampung panjang bergelombang miliknya. Wajahnya yang sedikit tirus menandakan berat badannya turun jauh. Entah apa yang ada dipikiran kecilnya yang aku tahu Verena pasti begitu kecewa akan keputusan dan jalan hidup yang seperti mempermainkan kebebasannya.

Tiga tahun mencari keberadaannya seperti mencari jarum dalam jemari. Setiap kali aku hampir saja mendekat dan mengetahui dimana dirinya, Verena akan tahu dan menjelajah ditempat lain. Ia seperti traveling pada umumnya yang hanya berjalan-jalan tanpa tujuan menikmati ciptaan Tuhan serta keindahan alam setiap Negara.

Begitu mengetahui dimana keberadaannya tepatnya dijam berikutnya akupun mengejarnya. Menggunakan jet pribadi daddy hingga sampai ke Negera yang untuk pertama kalinya aku dan Verena bertemu. Entah memang jalan hidup atau karena takdir kami akan bersama lagi ditempat pertama kali kami bertemu.

Flashback on
Xavier Ace - 8 tahun
Verena Lavend - 5 tahun

"Daddy, apa aku juga harus ikut? Aku ingin menyelesaikan pelajaranku dulu" tatapku memohon padanya, tapi wajah daddy menandakan ia sedang tidak ingin memberikan pilihan disini.

"Xavier, pelajaranmu dapat menunggu sedangkan pertemuan daddy dan kawan lama daddy ini jarang terjadi. Dimana lagi kakakmu?"

Aku menggeleng tidak mengetahui dimana berada Exel. Terdengar Exel yang sedang mengumpat kesal membawa keranjang piknik didepan kami. Daddy hanya geleng-geleng dan kembali menatapku.
"Bisa kau segera siap? Karena kakakmupun sepertinya sudah siap"

Dengan berat hati aku meninggalkan pekerjaan rumahku. Pr yang sudah seminggu tidak aku kerjakan, amazing bukan?
"Xavier! Kau lama sekali sih? Aku sudah lelah disuruh sedangkan kau?" Protes Exel menggunakan topi dikepalanya. Aku memutar bola mataku kesal dan dengan asal saja mengambil jaketku.

Beberapa jam perjalananpun kami sampai pada kanal Venice yang terkenal. Daddy mencari sudut yang bagus untuk menaruh bekal piknik juga beberapa perlengkapan barbeque disana. Tak lama suara seorang pria memanggil daddy mengalihkan pekerjaan daddy juga tentu saja mengalihkan tatapanku padanya.

Teman daddy terlihat baik dengan istrinya dan juga... anaknya? A girl?.
"Exel, kenapa daddy tidak mengatakan ada anak perempuan juga disini?" Tanyaku ingin protes.

Exel menatap anak perempuan itu sesaat dan kembali memainkan ponselnya, ralat, ponsel mommy tepatnya.
"Memangnya mengundang seseorang memerlukan persetujuanmu?"

"Aku tidak mengatakan seperti itu!" Protesku melototinya.

"Terus? Just slow man, kau seperti baru pertama kali melihat anak perempuan saja Xav." Telak Exel meninggalkanku. Karena kami sudah dipanggil daddy untuk berkenalan dengan temannya itu.

"Verena lavend" ucap gadis kecil yang tersenyum dan memperlihatkan rona merah dipipinya. Hei sepertinya dia tidak menakutkan.

"Xavier Ace" ujarku menatapnya lekat-lekat.

Anak bernama Verena itu tiba-tiba saja sudah mendekat kearahku dan memeluk tanganku berani.
"Main denganku yok? Aku dari dulu ingin sekali menaiki perahu itu" tunjuk Verena pada perahu kanal yang sedang kosong.

Aku menggeleng sebagai jawaban dan menarik tanganku tapi tangan kecilnya semakin menarik rangkulannya.
"Kau menolakku?" Ucapnya lucu.

Daddy dan mommy tertawa. Orang tua Verenapun tersenyum.
"Dia menyukaimu Xavier. Temani dia sebentar ya, bolehkan?" Tanya daddy Verena menatapku harap maklum.

Aku tidak begitu tahu bermain dengan anak perempuan tapi aku tidak mungkin menolak permintaan teman daddy. Karena aku ingin sekali cepat pulang dan mengerjakan pr ku.

"Oke" jawabku dengan malas.

"Asiik!!! Kita akan naik itukan?" Tunjuk Verena melompat-lompat.

"Tidak Verena!" Bentak daddy Verena menatapnya garang. Wajah Verenapun lesu dan menganguk mengerti.

"Kita bermain yang lain saja?" Tawarku agar wajah cerianya tadi kembali. Dan akupun tak tahu mengapa bisa menawarkan hal lain, karena wajahnya tidak cantik jika lesu begitu.

"Mau, apa?" Sekejap saja mudnya langsung kembali. Aku tentu saja langsung tersenyum.

"Apapun yang kau mau" ujarku.

Verena melompat dan mengajakku bermain kejar-kejaran, bermain dengan boneka yang dibawanya dan mengajak bermain sembunyian. Ia meminta aku yang menjaga. Akhirnya aku menurut dan menjaga. Verena pun bersembunyi.

Aku bukan main mencarinya tapi ia lihai dalam bersembunyi. Perasaab dongkolku muncul karena tidak juga menemukannya, sesaat aku melihat bayangannya serta aku tidak menyangka bahwa ia bersembunyi diperahu kanal yang kosong. Aku sebenarnya memiliki perasaan tidak enak kala ia melihatku bahkan berdiri melompat melambai karena merasa sudah didapat.

Apa yang aku pikirkanpun terjadi, ia sedikit tidak seimbang dan langsung saja terjatuh dari perahu kesungai. Entah keberanian apa akupun langsung ikut menceburkan diri dan mencarinya didalam sungai. Beberapa akar pohon dari pinggir-pinggir sungai sedikit menyulitkanku, tapi syukurlah aku adalah anak yang hebat dalam menyelam.

Aku melihatnya yang tenggelam berusaha kepermukaan tapi terlihat tubuh kecilnya sekarang sudah lelah, dengan cepat dan kurang hati-hati karena ingin menolongnya aku tertabrak akar kayu dan beberapa akar melukai tubuhku juga mataku. Aku tidak merasakan sakit, tapi mataku yang kabur menyulitkanku. Dengan cepat aku mendekati Verena dan membawanya kepermukaan.

Daddy dan daddy Verena menarikku dari dalam sungai dan aku melihat mommy Verena menghubungi ambulance. Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Verena masih tidak bangun mungkin ia terlalu banyak meminum air.

"Kau tidak apa-apa Xav?" Peluk mommy memperhatikan wajahku yang mengeluarkan darah banyak.

"Sakit sedikit mom" sentuhku pada mata kiriku dan masih melihat Verena.

"Mom apa dia akan baik-baik saja?" Lanjutku khawatir.

Mommy menganguk. Tidak lama ambulance datang dan segera menolong Verena juga diriku. Aku masih melihatnya yang tidak juga sadar. Bahkan hingga sampai dirumah sakit ia masih tidak sadar. Tiba-tiba aku dipisahkan dengan Verena karena aku segera dilarikan keruang operasi.

"Mommy.. dimana Verena? Aku ingin melihatnya?" Teriakku melihat mommy yang menangis dan wajah Exel yang ngeri.

"Exel?" Tegurku. Exel menggeleng dan menyentuh bahuku.

"Aku akan mencarinya Xav, sekarang kau tenang dan turuti apapun ucapan para dokter oke?" Tuntut Exel.

Aku segera saja menganguk. Semoga saja Verena cepat sadar.

*****
Bulan_Unet

Votement yach.

Not Him but Me??? (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang