Part 39

11K 612 13
                                    

Author Pov

Tiga tahun kemudian..

Xavier menarik nafas menatap berkas yang semakin lama semakin bertumpuk diatas mejanya. Memijit pelipisnya memberikan sedikit ketenangan pada Xavier.

"Permisi pak?" Asisten Xavier masuk dengan tergesa-gesa melihat boss besarnya yang kelihatan sedang tidak mud sama sekali.

"Ada apa Hime? Cepat jelaskan aku sudah sangat lelah sekarang." Kibas Xavier dengan memutar kursinya bosan.

"Ada nyonya Elma pak." Ucap Hime segan.

Xavier kembali menghadap Hime.
"Cepat suruh dia masuk."
Hime dengan segera menganguk dan keluar dari ruangan Xavier.

Elma masuk sambil membawa sebuah bekal ditangannya.
"Selamat siang Mr. Ace. Kau pasti belum makankan?" Ucap Elma duduk pada sofa tamu dan membuka beberapa kotak bekal yang dibawanya.

Xavier menganguk kemudian duduk dihadapan Elma untuk bersiap makan siang.
"Kau menemukannya?" Tanya Elma menatap Xavier serius.

Xavier menggeleng seadanya sambil terus menyuapi makanannya.
"Belum. Exel tidak ingin memberitahuku dimana dia berada."

"Kau harus cepat mencarinya. Kaukan sudah kubebaskan." Cemberut Elma.

"Yaya. Kaukan tahu sudah setahun ini aku mencarinya. Gadis itu memang gesit dalam menyembunyikan diri" gerutu Xavier.

"Apakah kau tidak ingin mengambil cuti? Aku dan Justin akan berlibur diVilla Austin mulai minggu depan." Elma menuangkan teh hangat pada cup Xavier.

"Kalian sudah sangat dekat ternyata."

"Yah seperti itulah. Dia sangat baik dan begitu menyanyangi Justin. Dia sangat mirip dengan Gerald Xav."

Xavier menganguk mendengarkan.
"Syukurlah. Lagipula perceraian kitapun sudah selesai. Jika kau dan Justin memerlukan sesuatu katakan padaku. Terlebih jika si Austin itu menyakiti kalian" tegas Xavier menatap Elma.

Elma menganguk mengerti.
"Tenang saja aku juga tahu akan hal itu. Oh ya sebenarnya aku datang kesini tidak hanya untuk mengantar bekal, ini aku diberikan oleh Raisa"

Elma memperlihatkan sebuah foto kanal yang sepertinya berada diVanice Italia tesebut. Disamping kanal itu berdiri seorang gadis menggunakan jaket merah maroon sambil memperhatikan kanal jernih tersebut.

Sekejap saja Xavier menarik foto itu dan memperhatikan pujaannya disana.
"Dia.. dia di Itali?"

Elma menganguk.
"Sekarang tugasku sudah selesai. Kaupun sudah sangat bertanggung jawab selama tiga tahun ini Xav, bahkan sekalipun kita menikah kau tidak pernah menyentuhku karena memang tidak ada cinta disana. Jadi sekarang, kejarlah dia. Kaukan bisa menggambil cuti."

Xavier masih terdiam tidak memberi jawaban.
"Aku tahu kau begitu merindukannya, dan aku harap dia disana juga merindukanmu"

"Aku akan mendapatkannya kembali El, kali ini tidak akan kulepas."

Verena Pov

Aku bergegas kembali kehotel. Rasa dingin karena angin musim dingin membuat tubuhku serasa membeku.

"Ciao signora?" (Hai nona)
Tegur salah satu pelayan hotel saat aku melewati lobby.

"Oh ciao, grazie. Che succede?" (Oh hai, terimakasih. Ada apa?).
Tanyaku padanya berhenti tepat didepannya.

Ia tersenyum manis.
"C'èun uomo che ti as petta nella tua stanza" (ada seorang pria yang menunggu anda diruangan anda)

Aku mengernyit.
"Chi?" (Siapa)

"Dice il tuo fidanzato."  (Dia mengatakan tunangan anda)

Hah?
"Chi? Fidanzato?!!" pekikku serasa jangal. Tidak mungkin pria itu ada disini. Bukankah aku sudah berusaha untuk menjauhinya.

Pelayan itu terlihat takut juga bersalah.
"Si. Mi manca la signora?" (Ya. Apakah ada yang salah nona?)

Aku menggeleng. Sudah pasti itu diakan.
"Non loè. Bene, grazie." (Tidak. Baik terimakasih banyak)
Aku segera saja berlari kekamarku untuk mengecek benarkah yang ada dalam pikiranku.

Aku membuka pintu keras hingga berbunyi disana. Aku segera mencari keseluruh ruangan tapi nihil sama sekali tidak ada orang disana. Oh syukurlah itu mungkin hanya candaan-

"Ciao mia cara" sekejap saja tubuhku membeku ditempat. Aku sangat tahu bentuk tubuh serta wangi dari tubuhnya.

"Xav.. Xavier?" Gumamku melihat tangannya yang melingkar utuh memeluk tubuhku dari belakang.

"Si cara. Sono io il tuo amore". (Ya sayang. Ini aku cintamu)

Aku dengan kuat menghempas tangan Xavier dari pelukan diperutku dan menghadapnya nanar. Xavier terlihat terkejut kemudian sesaat wajahnya berubaha sendu menatapku.

"Kau cantik cara" ujarnya memberikan senyuman yang bertahun-tahun ini tidak pernah aku lihat.

"Cukup Xavier! Jangan kau panggil aku seperti itu. Ingat! Kau sudah memiliki istri." Tunjukku memperingatkan dirinya.

Xavier mengangkat bahu acuh kemudian melangkah mendekat kearahku. Aku tentu saja mundur, jangan sampai aku jatuh kedalam pelukan suami orang.
"Kenapa kau mundur Verena?" Senyumnya mengolokku.

"Tentu saja agar aku tidak dekat denganmu. Sekarang keluar dari kamarku!" Teriakku mengusirnya.

"Aku menginap disini bersamamu" langkah lagi Xavier mendekat.

"Apa kau gila hah?"

"Tentu saja tidak. Memangnya salah menginap dengan tunangan sendiri?"

"Tentu saja salah. Karena pertunangan kita sudah berakhir  saat kau menikah. Kau sudah menikah Xavier ingat itu."

"Aku memang ingat. Tapi aku masih memilikimukan? Aku masih menginginkanmu."

"Cukup! Eugh. Jangan melangkah lagi" tahanku pada dadanya. Karena jika sekali lagi ia melangkah maka aku akan jatuh dikasur hotel ini.

Xavier menarik tanganku dan memeluk pinggangku tanpa aba-aba siap ia bahkan sudah menciumku!! Menciumku! Bahkan melumatnya! Melumatnya!!!.

*****
Bulan_Unet
Vote and Comment yaw.

Nah bentar lagi ending yaa. Sebelum tamat aku mau promosikan Story kedua aku ya judulnya dibawah ini. Maaf kalau ada kosakata yang salah diatas ya, maklum saya juga masih belajar.

My SEXY Guardian

Diana merasa hidupnya semakin terkekang kala sang papa memperkerjakan seorang pria untuk menjadi ajudannya. Yang Diana semakin risih adalah Harry Maxime Devian terlalu "panas" untuk hanya menjadi seorang ajudan. Diana menginginkan Harry lebih dari sekedar ajudan terlebih jika Harry sudah memanggil dirinya sebagai "my Lady".

Hope u guys enjoy it. Thankyuu.

Not Him but Me??? (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang