Mimpi adalah batas antara kenyataan dan khayalan.
.
.
.Verena Pov
Aku segera berlari meninggalkan Xavier yang masih berada dalam mobilnya. Saat berlari kecil aku sempat menoleh pada Xavier. Ia terlihat seperti mengangkat telfon.
Aku berhenti dan memperhatikan mimik wajahnya. Ia terlihat khawatir. Apakah sedang terjadi masalah? Xavier tiba-tiba melambai padaku agar aku segera menghampirinya.
"Ada apa Xav?" Tanyaku saat sampai pada tempat ia berdiri.
Xavier menyerahkan tasnya.
"Tolong letakkan dimejaku Ve dan tolong liat namaku pada papan pengumuman. Ada hal penting yang harus aku lakukan."Aku menerima tasnya bingung serta sedikit penasaran.
"Hal penting ap-"Belum selesai ucapanku Xavier sudah bergegas pergi dengan mobilnya. Sungguh orang tidak sopan. Aku berjalan dengan wajah tidak terima.
Ough! Kesal jadinya. Sebaiknya aku segera saja memeriksa papan pengumuman.
Saat akan sampai aku melihat Fandri dan Gisele sedangkan berpelukan mesra. Ah, sepertinya mereka sudah lulus.
"Verenaaaa" teriakan Charista yang khas tentu saja membuatku menutup mata. Karena apa? Karena suaranya yang cempreng itu.
"Verena!!!" Pekiknya memelukku.
"Charista astaga!" Jawabku membalas pelukannya.
"Aku lulus.. asik.. aku akan berangkat ke England.!"
Aku tersenyum juga melihat tingkahnya. Segera saja aku melepas pelukannya dan segera mengecek papan pengumuman.
Ridho Hans
Phingky Joe
Xavier AceWait? Oh astaga Xavier juga lulus. Lalu namaku?
Barbara lucas
Gerald Nandes
Verena Lavend."Aaaaa!!!!" Pekikku lompat-lompat.
Charista mendekatiku serta ikut melompat bersama.
"Luluskan? Tentu saja kita lulus semua Ve.."Aku menganguk berkali-kali kegirangan.
"Iya ta.. ayok kita kekantin aku yang bayar""Big No! Kali ini aku yang harus bayar karena daddy tadi pagi udah ngasih aku uang khusus untuk kita senang-senang yeeeiii!!"
Ouh.. rejeki anak Tuhan memang seperti ini.
.
.
.
Xavier PovAku menatap nama Jesselyn pada layar ponselku. Apakah terjadi sesuatu padanya?
"Hallo?" Jawabku.
"Xav.."
Suara Jesselyn terdengar sedih."Ada apa Jess?" Tanyaku khawatir.
"Temani aku sekarang Please.."
Suara rintihan sedihnya membuatku tidak berpikir samaa sekali.Dengan cepat aku memanggil Verena. Ia terlihat seperti khawatir dan sedikit ingin tahu karena melihatku.
Aku tidak ingin memberitahukannya karena ini benar-benar masalah antar aku dan Jesselyn.Dengan segera aku meninggalkan Verena yang terlihat cemberut dengan kepergianku yang tampa alasan. Tentu saja ia akan marah. Tapi aku tahu Verena bukanlah sesosok gadis yang berpikir pendek.
Sesampai dirumah Jesselyn dengan segera aku mengedor pintu rumahnya. Berkali-kali kuketok serta kugedor tak ada jawaban disana. Entah berapa lama ku gedor hingga terdengar suara pintu terbuka dan terlihat Jesselyn dengan pakaian tidurnya yang sangat acak-acakan.
"Ada apa Jess? Kau terlihat ka-" ucapanku belum selesai dan Jesselyn sudah memelukku erat.
Aku tidak membalas pelukannya. Aku mengijinkan dirinya untuk menjadikan pundakku tempat bersandar untuknya seperti biasa.
"Papa Xav.. papa melakukannya lagi.." sedih Jesselyn pada dada bidangku.
"Hah? Tidak mungkin Mr. White melakukannya lagi Jess." Jawabku dan menariknya untuk masuk kedalam rumah Jesselyn dan memilih untuk duduk disofa.
Jesselyn menganguk berkali-kali.
"Aku nggak bohong Xav, aku melihat papa bersama dengan Vania lagi""Bukankah Mr. White sudah berubah?"
"Enggak Xav, papa nggak berubah. Ia hanya mengubah siasatnya saja."
Aku menghembuskan nafas panjang.
"Tidak mungkinkan Jess, kau seharusnya lebih positif lagi"Jesselyn menatapku nanar.
"Apakah kedua mataku ini dapat berbohong Xav? Aku melihatnya saat aku pulang sekolah dan melihat papa menjemput sicewe itu!""Dimana?"
"Dirumahnya!"
"Kau menguntitnya?" Tanyaku cepat.
"Ya aku menguntitnya! Aku selalu mewaspadai gadis itu. Ternyata benarkan papa masih menjalin hubungan sana cewe itu!"
"Jess, kau bisa kena pidana jika sembarangan menguntit orang"
"Apa peduliku? Aku tidak ingin punya saudara dari gadis murahan!"
"JESSELYN!!!!"
Suara bentakan Mr. White dari depab pintu membuatku sedikit kaget tapi tidak untuk Jesselyn. Aku menatap Jesselyn yang tengah juga menatapku seakan meminta untuk membawanya pergi jauh dari papanya.
"Beraninya kau menghina Vania calon is-"
"NOOOO!!!!" teriakan keras Jesselyn mengalahkan suara papanya.
Aku hanya terdiam. Aku berusaha untuk sopan dan memberi waktu kepada keduanya. Aku kemudian berdiri dan berpamitan pada papa Jesselyn. Tanpa terduga Jesselyn berlari menyusulku.
"Aku ikut denganmu Xav"Aku menatapnya tak percaya.
"Tapi Jess,""Kau tetap disini Jesselyn White!" Teriak Mr. White geram.
Jesselyn hanya memberikan tatapan kecewa dan menarikku untuk keluar dari rumahnya.
"Aku menginap dirumahmu Xav"Aku membawa mobil perlahan berpikir cara mengatakannya pada Verena.
"Kau istirahatlah, aku akan mengantarmu ke villa Exel.""Kenapa di villa?"
"Aku belum mengatakan apa-apa tentangmu pada Verena"
"Jadi kau takut kalau aku harus menginap dirumahmu?" Jesselyn memberikan tatapan sedihnya.
"Aku antar kau ke villa"
Tutupku mengakhiri percakapan kami.
Aku harus segera bertemu dengan Verena dan menjelaskan ini semua.*****
Bulan_Unet
Vote and comment di tunggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Him but Me??? (TAMAT)✓
RomantiekAwalnya tidak menyangka dan sangat tidak menyangka, tapi itulah cinta. Adult and romantic.