Banyak sekali yang berubah dalam kehidupan Bryan semenjak kepergian istri tercintanya.
Bryan berubah menjadi sosok yang tertutup, dingin, dan sulit digapai.
Namun perubahan itu tak berlaku ketika sedang bersama dengan dua malaikat kecilnya.
Bryan benar-benar mengurus putra dan putrinya sendiri.
Asisten hanya bertugas mengurus rumah dan membuat makanan.
Kini Ando telah duduk di kelas 5 sekolah dasar sedangkan Aleeyah TK.
Mereka belajar disekolah elit, Bryan menginginkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya.
Sudah menjadi rutinitas bagi Bryan untuk menjemput kedua buah hatinya lalu makan bersama ketika jam istirahat kantor.
Pertama dia akan ke sekolah Aleeyah lalu ke sekolah Ando.
Sekolah mereka berdekatan dan jaraknya tidak jauh dari kantor, memang sudah direncanakan sedemikian rupa oleh Bryan agar mudah dalam memantau mereka.
Aleyaah telah duduk manis di kursi belakang papanya lalu mereka menuju sekolah Ando. Sepuluh menit kemudian mobil mereka berhenti disebuah gerbang sekolah yang menjulang tinggi.
"Kakak..." teriak Ale ketika melihat Ando dari kejauhan.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Ale merentangan tangan untuk memberi pelukan kakaknya dan menjadi kebiasaan pula bagi Ando untuk melewati Ale begitu saja.
Ya, begitulah sikap Ando selama ini, dia tidak terlalu baik pada adiknya semenjak Bryan menceritakan penyebab kematian Alysia.
Berkali kali Bryan menuturi anak lelakinya itu untuk mengerti dan berhenti bersikap buruk pada adiknya namun tak kunjung ada perubahan.
Seperti biasa mereka akan menuju restoran untuk makan siang.
"Kakak tadi Ale dikasih PR susah, nanti ajarin Ale ya Kak.." kata Ale
"Kamu kan tidak bodoh jadi pasti bisa ngerjain sendiri." balas Ando.
"Ando! Sudah berapa kali papa peringatkan, jaga sikapmu!" sergah Bryan tegas membuat Ando dan Ale menunduk.
"Habiskan makanan kalian!" lanjutnya.
Mereka makan dalam keheningan ditemani suara dentingan peralatan yang mereka gunakan.
"Papa Ale mau es krim boleh?"
"Boleh Sayang. Kak Ando tolong temani Ale, Kakak juga sekalian beli."
Ando sangat menyayangi papanya, dia tak akan pernah membantah perintah Bryan meskipun sikap buruknya tak bisa berubah.
Selesai makan siang Bryan membawa mereka ke kantor seperti biasanya, sebab dirumah tidak ada orang. Asisten rumah tangga sudah lama diberhentikan karena anaknya lebih sering berada dikantor bersamanya jadi asisten tidak pelru membuatkan makanan.
Ketika mereka memasuki area kantor semua karyawan menyapa mereka.
Bryan adalah pemilik perusahaan ini yang terkenal tampan, gagah, single parent yang membesarkan anaknya sendiri, sekaligus dingin tak tersentuh.
Jangan lupakan kekayaannya yang luar biasa.
Banyak wanita mencoba mendekati Bryan namun sama sekali tak digubris olehnya.
Bryan hanya milik Alysia.
"Haloo Uncle Keviinn...." sapa Ale ketika melihat Kevin dari kejauhan.
"Hello my sweet little girl, habis makan ya?" tanya Kevin.
"Yes!" jawabnya manis.
"Kak! Dikasih makanan sehat kan bayi-bayiku ini?" tanya Kevin pada Bryan
"Tentu saja!" jawabnya ketus.
Hanya Kevin yang bisa berbicara sesantai seperti ini dengan Bryan karena mereka bersahabat sejak SMA dan bekerjasama membangun perusahaan ini.
Kevin mengenal baik Alysia.
Kevin sangat tahu bagaimana hancur dan kacaunya Bryan kehilangan Alysia, bagaimana perjuangan Bryan untuk bangkit setelah kepergian Alysia, dan bagaimana dia membesarkan kedua anaknya sendirian. Kevin sangat tau bahkan turut ikut campur di dalamnya.
"Dua jam lagi ada rapat." kata Kevin.
"Ya, jemput aku diruanganku."
"Alright!"
Kevin pergi dan mereka bertiga menuju ruang kerja pribadi Bryan di lantai paling atas.
"Laporkan kegiatan sekolah hari ini pada papa." kata Bryan yang duduk di kursi kebesarannya. Ale dan Ando berdiri di hadapannya.
"Hari ini Ando belajar matematika dengan baik, agak kesulitan ketika tes bahasa inggris dan minggu depan ada rapat orangtua." jelas Ando.
"Mengapa tesnya sulit? Kak Ando tidak belajar?" tanya Bryan.
"Ando belajar, Pa. Hanya sedikit lupa bagian tertentu."
"Baik nanti papa minta Uncle kevin untuk mengajari bahasa inggris dan papa sendiri yang akan menghadiri rapat orangtua itu. Giliran Ale" jelas Bryan dan ando mengangguk.
"Hari ini Ale menggambar dan buku gambar Ale habis. Bu guru memberi PR berhitung sulit Pa!" jelas Ale sambil cemberut.
"Nanti kita beli buku gambar baru dan Kak Ando tolong ajari PR adik." perintah Bryan.
"Baik Pa."
"Papa.."
"Ya, Sayang?"
Raut wajah gadis kecil itu berubah sendu, hatinya sedih ketika mengingat apa yang akan ia katakan pada papanya,"Tadi.. ada teman Ale nakal. Dia bilang mama meninggalkan Ale karena Ale nakal."
Nafas Bryan terhenti sejenak mendengar pernyataan putrinya itu, Ando pun sama membekunya. Namun Bryan bisa segera mengendalikan dirinya lantas tersenyum lembut mengusap puncak kepala gadis kecilnya.
"Tidak Sayang, Ale anak baik, Mama sangat menyayangi Ale dan Kakak." jawab Bryan.
Ando mendengus mendengar perkataan papanya yang kemudian mendapat tatapan tajam dari pria dewasa itu.
"Sekarang kalian tidur siang." perintah Bryan.
Dua anak itu masuk ke kamar yang ada dibalik ruangan Bryan dengan jendela transparan menampilkan sibuknya kota yang mereka tinggali.
Ale langsung merebahkan diri di kasur sedangkan Ando membersihkan diri.
Melihat Ale seperti itu, Ando melepaskan jaket dan sepatu adiknya.
"Ale sangat sayang Kakak.." gumam Ale setengah sadar.
"Aku sangat membencimu." balasnya.
"Tak apa.. Aku menyayangi Kakak selamanya."
Hati Ando tak akan goyah untuk membenci saudari yang telah membuat mamanya pergi.
Bryan selalu mengingatkan Ando untuk tidak mengatakan hal itu pada Aleeyah.
Kemudian dia berbaring disebelah Aleeyah.
"Ando kangen Mama.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan √
Teen Fiction"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!!" "Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." ---------- "Jangan takut. Aku janji nggak akan pergi lagi. Aku akan terus disi...