21. DejaVu

4.1K 199 5
                                    


Karyawan di kantor Armando sedang merasakan kegelisahan akhir akhir ini. Bagimana tidak, atasannya itu selalu saja marah-marah tidak jelas dan hampir seriap hari.

Hal sekecil apapun pasti berhasil memicu amarah Ando di kantor. Pemeriksaan laporan jadi sangat mendetail dan banyak yang harus mengulang.

Mereka bingung apa penyebab bosnya menjadi seperti ini. Jangankan mereka, Ando sendiri pun tak tau mengapa dia bersikap seperti ini.

Yang Ando tau hidupnya sedikit berubah sebulan ini, tidak ada yang menyambutnya dan menyiapkan makanan dirumah setiap pulang kerja dan semua itu karena Aleeyah menghilang.

Jauh dalam lubuk hatinya ada setitik rindu kepada Aleeyah hanya saja dia tidak menyadari atau mungkin menolak untuk menyadari. Dia tetap senang atas menghilangnya Aleeyah.

Pemuda ini merindukan ayahnya yang berada di negara lain sehingga memutuskan untuk menelfon Bryan.

"Hallo, Boy! Ada apa?"

"Papa.. Aku merasa berbeda akhir-akhir ini."

"Berbeda bagaimana?"

"Aku terlalu sering emosi dan memarahi karyawan hanya untuk kesalahan kecil."

"Hahaha itu memang dirimu, Sayang?"

"Tapi, Pa. Aku lebih sering melakukannya hingga membuat mereka membicarakanku."

"Sepertinya Kau lelah. Datanglah kemari untuk beberapa hari dan manjakan dirimu."

"Baiklah. Ando akan kesana malam ini. Sampai jumpa di Paris, Pa! Love you."

"Love you too."

Papanya benar, Ando hanya lelah dan butuh istirahat saja. Telah diputuskan nanti pukul 11 malam dia akan terbang ke Paris menemui Brian dan berlibur.

Pekerjaan hari ini cukup padat hingga Ando baru mnyelesaikannya pukul 10 malam. Dia sangat lelah tapi ingin segera datang pada Papanya sehingga tanpa pikir panjang pemdua tampan itu langsung menuju bandara dan menyuruh asisten mengambil barang-barang dirumah.

Dan disinilah Armando sekarang, disebuah resort di Perancis. Suasana disini sungguh menyejukkan beban Ando serasa hilang apalagi setelah tadi pagi bertemu dengan Bryan. Dia memutuskan untuk istirahat dulu di kamar hotelnya yang mewah memiliki sisi diding yang sepenuhnya kaca menghadap ke lautan lepas. Mungkin nanti malam pemuda ini akan memulai kegiatannya.

Ando sengaja jalan-jalan di pantai pada malah hari karena dia menyukai suasananya, menyusuri pantai seorang diri. Sosoknya yang tampan dan gagah berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian disana namun seperti biasa Ando seorang pemuda yang dingin dan acuh dengan lingkungan sekitarnya hingga mata Ando menangkap seorang gadis berjalan dengan seorang pemuda tampan, bukan pemuda itu yang menarik perhatiannya tapi rupa si gadis yang mirip sekali dengan Aleeyah.

Ando terdiam beberapa detik, dia ingin memastikan penglihatannya itu salah dia sehingga berjalan mendekati dua orang tersebut berpura-pura menikmati pemandangan di dekat mereka.

Dan benar saja, gadis itu adalah Aleeyah adiknya yang hilang, Ando sangat yakin. Lalu dia bersama siapa, pemuda disebelahnya itu siapa. Pacar Aleeyah kah atau penculik yang membuat adiknya itu menghilang. Tidak mungkin itu pacar Aleeyah,  Sabian sudah mati. Namun tidak mungkin juga pemuda itu penculik sebab Aleeyah terlihat sangat senang dan ceria bersama pemuda itu bahkan mereka berpelukan dan mencium pipi satu sama lain.

Tanpa alasan yang jelas ada sebagian dari dirinya yang memberontak melihat itu. Tidak suka melihat bagaimana Aleeyah tertawa lebar karena pemuda itu, bagaimana mereka menggoda satu sama lain dan saling bermanis-manisan.

Ando sengaja tidak menghampiri Aleeyah, seperti ada sesuatu yang menahannya untuk datang pada adik kecilnya.

Dapat terjangkau oleh netranya bahwa pemuda itu sedang berlarian mengejar Aleeyah lalu menangkap dan mengendong gadis itu tinggi dan tanpa Ando sadari dirinya terbakar.

----------

"Daddy barusan menelfon dia tidak bisa datang malam ini mungkin besok." Sam menghampiri Aleeyah yang sedang duduk di pasir sambil memandangi gulungan ombak.

"Kenapa?" tanya nya dingin. Suasana hati gadis ini mulai berubah ada rasa kecewa mendengar Kevin tidak jadi datang.

"Sepertinya masalah pekerjaan, Sayang."

"....."

Tiba-tiba saja Aleeyah merasa sakit pada dadanya. Sakit karena merasa diabaikan dan tidak penting. Dia sendiri bingung rasanya seperti dejavu.

"Hey, Sweetheart jangan marah, mengertilah Daddy mu merupakan salah satu pemimpin perusahaannya." jelas Sam melihat adiknya tak bicara.

"Y-ya, aku tidak marah." Aleeyah tak marah tapi entah kenapa dia merasakan kekecewaan yang luar biasa hanya karena hal seperti ini.

"Yo! Sam!" seorang pria berteriak dari kejauhan

"Hey!" Sam melambaikan tangannya kala melihat teman-teman kampusnya ternyata ada disini kemudian berdiri dan menghampiri mereka yang jaraknya cukup jauh dari tepi pantai tempat Aleeyah duduk.

Gadis itu hanya memandangi kepergian Sam dan setetes air mata jatuh menuruni pipinya yang seputih salju dengan semburat kemerahan.

"Hiks.. Aku kenapa sih.. Kenapa rasanya sakit seperti ini."

Aleyaah sangat merasa terabaikan sekarang karena Kevin tidak datang dan Sam yang mengahampiri teman-temannya. Ditambah rasa nyeri luar biasa di hatinya yang entah karena apa.

Dia pikir berjalan menyusuri pantai akan dapat menenangkan dirinya yang sedang labil ini. Kakinya yang sesekali tertabrak oleh air itu terus melangkah hingga sampai di ujung dan setelah melihat sekitar gadis itu baru sadar bila dirinya cukup jauh dari keramaian sekarang hanya ada dia sendirian.

"Hmm cukup menyeramkan, kufikir kembali kesana lebih baik." gumamnya.

Dia melangkahkan kakinya dan setelah langkah ketiga,

Sreett...

"Akhh!! "

Aleeyah menatap sosok yang menarik tubuhnya dengan keras dan seringaian menyeramkan lah yang menyambut netranya.

"Halo Aleyah.. "




*enaknya sad ending atau happy ending ya?

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang