6. Demi Aku

5.2K 240 0
                                    


"Kemana perginya anak-anak nakal itu."

Bryan mencari anaknya setelah tak mendapati keduanya di kamar maupun di restoran.

Ini sudah waktunya jam makan malam bahkan lewat dan mereka tidak muncul juga, membuat Bryan khawatir.

"Tidak mungkin kan mereka jalan-jalan berdua?"

Mengingat bagaimana hubungan kedua anaknya itu jadi tak mungkin mereka menghabiskan waktu berdua menikmati negara ini.

Bryan bergegas keluar hotel menyusuri sepanjang jalan area itu hingga dia melihat Ando berjalan di taman sendirian.

Bryan pun menghampiri.

"Dimana adikmu?"

Ando menunjuk arah jembatan dan pergi melalui papanya.

Bryan melihat Ale berdiri di balik pembatas jembatan jadi dia berjalan menghampiri putrinya.

Mata bryan membulat melihat pergerakan disana. Gadis itu melangkahi pembatas jembatan lalu menjatuhkan diri ke danau yang besar itu.

Jantung dan dunianya seolah berhenti. Rasa takut yang pernah hinggap bertahun-tahun yang lalu kini kembali lagi.

Detik berikutnya dia berlari menunju bawah jembatan secepat mungkin lalu memasuki danau menyelamatkan Ale.

Disana..

Hampir di dasar danau yang sialnya cukup dalam, Bryan melihat Aleeyah menutup mata tak bergerak sedikitpun untuk berusaha menuju permukaan air.

Secepat mungkin dia meraih tangan mungil itu dan menariknya ke permukaan.

Aleeyahnya tak bernafas, Bryan menggunakan segala cara yang ia tahu untuk mengembalikan nafas anaknya.

"Ale.. Sayang.. Putri papa bukalah matamu.." suaranya bergetar.

Namun dada gadis itu tak kunjung bergerak mengembang dan mengempis. Rasa takut itu semakin menyelubungi Bryan.

"Please Ale.. Wake up." gumamnya

Matanya panas dan mulai mengeluarkan bebannya. Ia tak sanggup harus kehilangan untuk kedua kalinya.

Ia mencoba menekan dada Aleeyah kembali, sangat berharap putrinya itu bangun.

"Ayolah Sayang, bukankah Kau sayang papamu ini? Jadi bukalah matamu."

Uhukk!! Uhukk!!

Gadis itu terbatuk mengeluarkan banyak air dari dalam tubuhnya.

"Syukurlah Terimakasih Tuhan.."

Bryan mendekap tubuh kecil itu dengan erat tak akan membiarkannya lepas lagi, tak akan membiarkannya menghilang lagi.

"Papa.." gumam Ale sembari menangis.

"Hey little girl don't crying.." katanya lembut sambil mengelus punggung memberi kehangatan.

"Papa.." gadis itu semakin terisak dalam dekapan Bryan.

Bryan melepas pelukannya, menangkup wajah cantik Aleeyah.

"Shhh... look at me Ale" membuat Ale menatap dalam iris papanya.

"Kenapa Papa membohongi Ale.. Kenapa semua orang membohongi Ale.." rintihnya.

"Papa tidak mengerti apa yang Kau katakan Sayang.." Bryan menatap bingung.

"Ale benci diri Ale.. Ale benci!!!!"

Gadis itu meraung, menjambaki rambutnya, memukuli tubuhnya sendiri dengan brutal.

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang