Ini adalah awal dari sebuah kisah yang menjadi penyebab
rumitnya hubungan sepasang kakak beradik.
~~~Dibuka dengan masa-masa Armando kecil yang berbahagia bersama kedua orangtuanya sedang menunggu kehadiran satu lagi anggota keluarga.
Armando menunggu kelahiran adik perempuannya.
"Mama!" derap kaki kecil menggema di sebuah rumah besar.
"Iya Sayang.." jawab seorang wanita dengan lembut sambil membelai kepala anak laki-laki yang sudah ada di pangkuannya. Anak itu mendongak.
"Mama cakit?" tanyanya dengan tatapan seperti anak kucing.
Wajah sang mama bingung, "Tidak, mama sehat."
"Tapi pelut Mama becal.." Ando menggerakkan tangannya melingkar di udara.
"Ya, lalu?"
"Pati cakit. Kelualkan caja, Ma. Ando celalu mengualkannya jika pelut Ando becal dan cakit." ucapnya santai membuat dua manusia lain disana membeku dengan wajah yang sulit diartikan.
Beberapa detik kemudian mereka tertawa keras bahkan sang wanita mengeluarkan airmata.
Bagaimana tidak? Putra kecilnya itu mengira sang mama sedang menahan kotoran di dalam perutnya dan menerintahkan agar mengeluarkan benda itu.
Seorang pria tertawa dengan suara bariton merdu dan menyejukkan.
"Tidak seperti itu.. Di dalam sini ada adik Ando yang cantik." jelasnya.
"......."
"Adik Ando jahat!" katanya dengan wajah cemberut.
"Jahat?" sepasang orangtua itu kebingungan.
"Adik bikin pelut Mama becal dan cakit kan Ma?" tanyanya pada sang wanita.
"Tapi dulu Ando juga berada didalam sini dan membuat perut Mama besar." sahut sang pria sebelum anak itu tersesat dalam berpikir, membuat Ando kecil diam dan menunduk.
"Maaf, Mama. Ando jahat." katanya dengan wajah sedih.
Wanita itu tersenyum lebar terpukau dengan pemikiran anaknya yang lain dari kebanyakan anak kecil.
"Tidak Sayangku, Ando dan Adik tidak jahat." dia menarik pangeran kecilnya dalam dekapan.
"Come on Jagoan papa waktunya tidur! Papa temani di kamar." sela pria yang dipanggil papa oleh Ando.
"Gendong Mama.." pinta Ando sambil menjulurkan tangan pada mamanya.
"Mama tidak bisa menggendong Ando, nanti mama dan adik sakit. Kemarilah, biar papa yang gendong." pria dewasa itu merentangkan tangannya, tapi anak kecil tak beranjak sedikitpun hingga sang mama angkat bicara,
"Ando, Sayang, gendong papa ya. Ayo biar mama temani juga di kamar."
Ando mengangguk lalu beranjak. Dengan perut besarnya, Alysia Zach berjalan perlahan bersama Bryan Zach yang menggendong putra keluarga itu, Armando Zach.
Alysia berbaring di kasur kecil sang putra sedangkan Ando memeluk perut besar Mamanya hingga terlelap kemudian Alysia kembali ke kamarnya sendiri bersama suami tercinta.
Pasangan yang sedang berbahagia ini sangat bersyukur kepada Tuhan sebab sebentar lagi keluarganya dilengkapi oleh seorang bayi perempuan.
Kelahiran bayi itu hanya tinggal menghitung hari.
Rasa cemas sempat menghampiri Alysia tentang Armando bisa menerima adiknya atau tidak. Takut tak bisa membagi kasih sayang secara adil hingga Armando merasa tersingkirkan.
Namun Bryan memberi kekuatan kepada istrinya dan berjanji akan memberi perhatian lebih kepada Armando ketika Alysia mengurus bayi mereka.
-------
Disuatu minggu pagi yang cerah, keluarga kecil ini duduk santai di sofa taman belakang.
Armando membawa banyak mainan mobil dan robot. Bryan duduk disebelah Alysia yang bersandar padanya membelai perut besar menggemaskan itu dengan sayang.
"Ando.. Kemari Sayang, jangan dekat-dekat dengan kolam." seru Alysia.
Dengan langkah kecil Ando menghampirinya lalu memeluk lembut perut Alysia.
"Halo Adik!" ucapnya dengan wajah fokus pada mainan yang digenggam, membuat dua orang lainnya tertawa.
"Ando nanti setelah adik lahir, ingin diberi nama siapa?" tanya Bryan.
"Alio." jawabnya asal.
"Adik Ando perempuan, Sayang." jelas Alysia, membuat anak kecil itu berfikir sejenak.
"Alya, Mama! Bial cama cepelti Ando huluf A!" jawabnya riang.
"Sayang, air apa ini? Minum mu tumpah?" tanya Bryan melihat aliran air di sofa.
"Tidak, ini masih aku pegang."
Setelah mereka melihat alirannya ternyata berasal dari tempat Alysia duduk.
"I-ini a-ir ketubanku.." kata Alysia mulai panik meaki belum merasa sakit.
"Astaga! Mengapa tiba-tiba sekali.." Bryan bangkit mencoba untuk tidak panik lalu menggendong istrinya menuju mobil.
Menyuruh asisten rumah tangga menyiapkan semua keperluan lalu menyusul ke rumah sakit bersama Ando.
Bryan memacu cepat mobilnya melihat wajah Alysia berpeluh mulai menahan kesakitan. Sesampainya dirumah sakit Alysia langsung dibawa ke ruang bersalin oleh perawat.
"Arghh.. Sakit.." Alysa mengerang membuat suaminya tidak tega namun dia juga tak tau harus berbuat apa untuk mengurangi rasa sakit itu, hanya bisa menggenggam tangan Alysia menyalurkan kekuatan.
"Sayang aku tau kamu kuat.. Aku disini.." ucap Bryan kemudian mengecup kening istrinya.
Sudah hampir 45 menit wanita itu berjuang dan melawan rasa sakit namun bayi tak juga keluar, dia mulai kelelahan.
"Ayo Sayang sebentar lagi putri cantik kita keluar."
"Arrgghhhh!!!!" Alysia mengerahkan seluruh sisa tenaganya di dorongan terkahir hingga terdengar suara tangisan bayi yang sangat kencang.
Bryan terharu mendengar suara tangisan bayi untuk kedua kalinya.
Dokter mendekatkan sepasang ibu dan anak itu, Alysia menangis ketika memegang tangan mungil putrinya begitupula Bryan yang tak sanggup menahan air mata bahagia.
"Terimakasih Sayang, sekali lagi. Aku mencintaimu." bisik Bryan mampu menyampaikan seluruh perasaannya pada Alysia dan membuatnya hangat.
Wanita itu tersenyum cantik, memandang wajah putri kecilnya, "Halo putri mama dan papa.. Sabrina Aleeyah Zach."
Alysia mencium kening bayinya dengan sayang, ingin memberikan seluruh cintanya, namun mata cantik itu perlahan-lahan terpejam, seakan dia sendiri tak rela untuk terpejam. Sedetik kemudian ruangan operasi menjadi tegang setelah seorang perawat berkata,
"Nona Alysia mengalami pendarahan, Dokter!"
Pergerakan orang-orang di ruangan itu mulai terlihat sedikit cepat melihat pasiennya kehilangan kesadaran dan banyak darah menguar.
Seakan mengerti situasi, bayi mungil digendongan Bryan menangis kencang dan entah mengapa terdengar pilu. Tangisan yang mampu membuat semua manusia di ruangan itu ikut menangis dalam hati.
"Tuan Bryan mohon untuk menunggu diluar." kata Dokter.
"Lakukan apapun yang terbaik!" dengan berat hati meninggalkan istrinya didalam sana sendirian dan menyerahkan putri kecilnya pada salah seorang perawat.
Bryan memeluk sang putra yang tidak mungkin mengerti situasi saat ini, meyakinkan dirinya sendiri bahwa istri tercintanya akan baik-baik saja.
Ya .. Alysia-nya akan baik-baik saja..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan √
Fiksi Remaja"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!!" "Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." ---------- "Jangan takut. Aku janji nggak akan pergi lagi. Aku akan terus disi...