Beberapa bulan ini kehidupan Aleeyah berjalan normal, hanya seputar kuliah dan dirumah. Hanya saja ada beberapa yang berubah. Aleeyah yang sekarang sudah berbeda.
Dulu dia dikenal ramah dan ceria namun kini dingin tak tersentuh. Wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyuman kini datar tak menampakkan eskpresi sedikitpun. Binar matanya pun berubah pendarnya menjadi pendar kegelapan dan kesunyian.
Sang kupu-kupu telah menjelma menjadi garuda perkasa. Gadis yang manja dan rapuh kini bermetamorfosis menjadi gadis tangguh dan tak kenal takut.
Ting..
Bel apartemennya berbunyi sepagi ini dengan malas Aleeyah beranjak dari meja makannya.
Cklekk...
"Ayo kuantar ke kampus."
"Aku bisa sendiri."
"Ayolah, Babe."
"Pergilah Sam!"
Blamm!!
Aleeyah membanting pintu apartemennya dihadapan Sam lalu kembali ke meja makan.
"Menganggu saja!" gumamnya.
Dua menit kemudian bel berbunyi kembali membuat Aleeyah geram setengah mati pada pemuda bernama Sam.
Ting...
"Sudah kubilang tid-"
"Hey, Sweetheart mengapa Kau berteriak sepagi ini?"
"Sorry, Dad. Tadi ada orang gila kemari."
"Apa dia mengganggumu?"
"Tidak usah dipikirkan, aku bisa mengatasinya."
"Okey.. Ayo kita berangkat."
Aleeyah mengambil tasnya dan mengunci apartemen untuk berangkat ke kampus bersama Kevin. Sesampainya dikampus,
"Aku akan pulang sendiri nanti."
"Okay. Take care, Baby."
Cupp..
Kevin mengecup kening Aleeyah sebelum gadis itu keluar dari mobilnya.
"Sampai kapan Kau membentengi dirimu sepeti ini Aleeyah.." gumam Kevin.
Kevin bukan orang bodoh. Meskipun Aleeyah tetap bermanja-manja padanya sesekali namun dia bisa merasakan hati Aleeyah tidak bersamanya. Kevin hanya bisa mengikuti semua permainan putrinya selama itu tidak membahayakan Aleeyah.
Jadwal kelas yang full hari ini membuat tubuhnya sangat lelah. Gadis ini cerdas namun bukan tipe mahasiswa yang aktif dalam kegiatan non akademik, dia lebih memilih langsung pulang daripada mengikuti organisasi atau jalan-jalan bersama teman sebayanya.
"Hey Aleeyah!" terdengar suara wanita berteriak memanggilnya ketika berjalan di lorong akan pulang.
Aleeyah menatap bingung sebab wajah wanita itu asing dimatanya.
"Ya?"
"Aku Siena mahasiswi dua tingkat diatasmu. Aku mau menawarimu untuk bergabung dalam club teater."
"Eh?"
"Kau sangat cantik jadi aku pikir akan sangat bagus bila bergabung dengam club kami dan Kau akan dapat banyak penggemar."
"Maaf. Aku tidak bisa akting."
"Aku bisa mengajarimu."
"Hmm sepetinya tidak usah. Hal-hal seperti itu tak cocok denganku."
"Tap-"
"Maaf aku harus pergi. Bye!"
Aleeyah mempercepat langkah kakinya meninggalkan kampus setelah bertemu dengan wanita aneh yang tiba-tiba menawarinya untuk masuk sebuah club kampus.
Apa-apaan itu, tentu saja Aleeyah menolak. Ingatkan lagi bahwa kini Aleeyah adalah gadis dengan wajah dan sikap sedingin es. Mana mungkin dia masuk ke club teater dan berakting menampilkan berbagai macam eskpresi. Yang benar saja..
Berendam air hangat dirasa cocok ketika tubuhnya lelah seperti ini. Kelasnya dimulai pada pagi hari dan diakhiri sore menjelang malam. Ditambah ada gadis tidak jelas yang tiba-tiba memintanya untuk masuk club teater. Tulangnya serasa remuk.
Sejam kemudian dia keluar dari kamar mandi lalu merebahkan tubuhnya di ranjang memejamkan mata sejenak sebelum mulai mengerjakan tugas. Namun ternyata Aleeyah terbangun ketika jam menunjukkan pukul 11 malam.
Ting....
Matanya mengerjap setelah mendengar bel apartemennya berbunyi.
"Orang gila mana yang bertamu jam 11 malam." gumamnya sambil berjalan membuka pintu.
Matanya membulat melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini dan tanpa pikir panjang dia menutup pintu namun berhasil ditahan oleh orang itu.
"Apa yang Kau lakukan!" teriak Aleeyah.
"Tentu saja mengunjungi adik tercintaku."
"Kakakku sudah mati."
"Huh.. Darimana Kau belajar berbicara seperti itu? Sammuel?"
"Tutup mulutmu kotormu, Ando!"
"Hahahaa.. Baiklah baiklah ada yang ingin kubicarakan."
"Tidak ada yang ingin kudengar. Silahkan pergi!" tegasnya.
Pemuda itu mendorong Aleeyah ke dalam rumah lalu menutup pintu. Menarik Aleeyah duduk di sofa.
"Jangan sentuh aku!" Aleeyah menghentakkan tangannya dari genggaman Ando namun Ando kembali menariknya, menahan Aleeyah dibawah kungkungannya.
"Kembalilah padaku Aleeyah... " bisiknya ditelinga sang gadis.
"Tidak akan pernah!" geram Aleeyah sambil meronta melepaskan diri.
"Aku menyesal atas masa lalu kita. Maafkan aku.." Ando menatap iris lawannya dalam-dalam mencoba meyakinkan.
"Penyesalanmu tak akan mengembalikan Sabian!" balasnya tegas.
"Aku tidak ingin Kau dimiliki oleh siapapun termasuk Sabian.. Kau hanya milikku!"
"Kau gila Ando! Lepaskan aku!"
Ando melepaskan Aleeyah.
"Pulanglah!" tegas Aleeyah yang malah dijawab sang pemuda dengan santai.
"Aku sudah pulang. Kau rumahku." seringainya.
Aleeyah mendengus kesal. Apa maksud Ando berkata seperti itu. Aleeyah benci keadaan ini, dimana dia sudah bersusah payah menyembuhkan semua lukanya namun sang pembawa luka kembali untuk menyesali semua kesalahannya.
Aleeyah memang sangat membenci Ando namun jauh di dalam lubuk hatinya masih ada rasa sayang, bagaimanapun dulu Ando adalah orang yang paling dia utamakan setelah Bryan, dulu....
"Keluar!" bentaknya.
"Oke oke. Goodnight Baby.. "
Aleeyah mengatur nafasnya yang nemburu akibat berteriak dan menahan emosi.
"Arrghhh!! Sialan!"
Akankah hati Aleeyah goyah dan kembali pada Armando?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan √
Genç Kurgu"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!!" "Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." ---------- "Jangan takut. Aku janji nggak akan pergi lagi. Aku akan terus disi...