"Istirahat dulu Bro!!"Sabian sedang berada di sebuah lapangan basket di dekat apartemennya dengan 3 pemuda lain yang merupakan teman gengnya .
Mereka sudah biasa main malam hari disana.
"Bro ntar club kuy!" kata Deya.
"Oke jam 1 an ya biar bisa tidur bentar." balas Varen.
"Sipplah, eh lu pada mo minum apa sekalian gue beli nih." tanya Sabian.
"Air putih lah Bro kesehatan nomer satu." jawab Keenan.
"Haha sialan, emang lu ke club minum pa'an? Es teh?" sahut Deya.
"Hahaha sa ae lu Nan." kata Varen. (Hahaha bisa aja lu Nan)
Sabian yang bergegas mencari penjual minuman disekitar lapangan tiba-tiba merasakan getaran smartphone nya.
"Halo."
"Sa-bian.." suara disebrang terdengar begitu lemah dan seperti sedang kesakitan.
"Kak Ale! Kakak kenapa?" perasaan cemas melingkupi Sabian saat ini mendengar suara wanitanya seperti itu.
"Sa-bian tolong bawa a-ku pergi."
"Kak! Kakak dimana? Sabian bakal jemput Kakak!" tanya Sabian panik.
"Dirumah."
Setelah mematikan telfon Sabian langsung menuju mobilnya dan melesat membelah jalan ke rumah Aleeyah.
Sesampainya disana terlihat rumah sangat sepi dan mobil Ando tidak ada.
Sabian bergegas masuk.
"Kak Aleeyah.. Kakak.." teriaknya mencari seseorang yang dituju.
Tak ada sahutan sama sekali hingga dia memutuskan langsung menuju kamar Aleeyah dan didapatinya terbaring di bathup kamar mandi.
"Kak Ale!!" teriaknya terkejut, menggendong gadis itu menuju ranjangnya.
"Kak.. Kakak bangun Kak.." panggilnya sembari menepuk pelan pipi gadis itu agar membuka matanya.
"Sa-bian, sakiit.." rintih Aleeyah.
"Mana yang sakit? Sini biar Sabian lihat." katanya sambil memeriksa luka Aleeyah.
"Sialan! Armando brengsek!!" umpatnya setelah mendapati tubuh Aleeyah yang dipenuhi memar dan luka.
"Tolong bawa aku pergi Sabian.." rintihnya lagi nyaris tak terdengar.
"Ya.. ya, ayo kita pergi dari sini."
Sabian mengangkat tubuh Aleeyah perlahan menuju mobil agar tidak menyakitinya. Dia akan membawa gadis itu ke rumah sakit.
------------
"Bro lu dimana kita udah pada sampe di club nih lama banget." omel Deya disebrang telfon.
"Gue di rumah sakit deket Apartemen."
"Anjirr lu kenapa? Lu juga gak langsung telfon kita Anjing!"
Piip..
Deya mengakhiri panggilan tanpa memberi kesempatan Sabian untuk bicara.
Sepertinya sahabatnya itu salah paham dengan keadaan. Hah yasudah biarlah ..
"Woi!!" teriak Keenan dari kejauhan.
Mereka bertiga berhenti di hadapan Sabian dengan nafas terengah-engah sehabis berlari.
"Lah lu ngapain di luar yok gue anter ke UGD, mana yang sakit?" kata Deya sambil menarik tangan Sabian.
"Stop! Gue nggak sakit bego!"
Ketiga orang itu terdiam bingung memandangi sahabatnya ini.
"Iya nih si munky sehat-sehat aja kayaknya gengs." kata Varen.
Setelah menyadari bahwa Sabian baik-baik saja wajah mereka berubah dari cemas menjadi menyeramkan.
"Terus lo ngapain dirumah sakit tengah malem gini, Anjing!" teriak Deya.
"Cewek Gue sakit."
"Cewek? Hmm yang mana?" tanya Keenan bingung sebab selama ini mereka berempat tidak punya kekasih.
Sabian menjelaskan semua yang terjadi dan siapa wanita itu. Awalnya mereka tidak percaya namun setelah melihat sendiri siapa yang ada di ruangan itu dan bagaimana keadaannya mau tak mau mereka percaya.
Mereka masuk ke ruang perawatan dimana Aleeyah terbaring masih menutup mata.
"Kebaikan apa yang lu buat di kehidupan sebelumnya sampe bisa nemuin Kak Ale, Bi?" tanya Keenan heran setengah mengejek sahabatnya itu.
"Bro ini beneran Aleeyah Zach.. Gila cantik banget." kata Deya terperangah.
"Diem lu pada! Cewek gue nih." sahut Sabian.
"Dah sono lu balik ke club, gue mau disini nungguin Kak Ale." lanjutnya.
Tiga orang itu tak menyahuti, masih dengan wajah bodoh dan keheranan memandangi wanita cantik yang sedang tidur pulas.
"Mata lu Anjing, gak sopan ngeliatin cewek tidur." gertak Sabian.
"Kita disini aja lah Bro nemenin lu jagain bidadari."
"Serah!"
Sejak saat itu Sabian mempercayakan kepada teman-temannya bergantian menjaga Aleeyah.
Mereka se-geng adalah penggemar Aleeyah -_-
------------
Sabian merasa lega luar biasa ketika Aleeyah mulai membuka matanya.
Ya, Aleeyah tak sadarkan diri selama 3 hari sejak sampai dirumah sakit dan mendapat perawatan.
"Halo Princess, lama banget sih tidurnya.." ucap Sabian membelai puncak kepala Aleeyah dengan tatapan sayang yang penuh kekhawatiran.
Dengan reflek Aleeyah bangun dan memundurkan badannya menjauhi Sabian. Sepertinya perbuatan Ando meninggalkan sedikit trauma baginya.
Pemuda itu tau Aleeyah ketakutan tapi bingung apa yang harus dilakukan. Dia mendekati Aleeyah yang semakin menyudutkan badannya lalu menangkup pipinya.
"Hey hey.. Look at me. Ini Sabian" katanya lembut sambil memandang mata lawannya dalam-dalam.
"Sabian.. Sabian.." rintih Aleeyah lalu menangis memeluk Sabian erat.
"Sshhh.. It's okay i'm here.." bisik Sabian sambil mengelus kepala Ale.
"Sabian aku takut hisk.. hisk.." dia semakin meraung dalam dada bidang Sabian.
Sakit hati Sabian melihat wanitanya seperti itu. Sabian tidak akan membiarkan hal ini terjadi kembali, tak ingin melihat Aleeyah menangis kesakitan lagi.
"Jadilah milikku maka aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhmu Aleeyah.." bisiknya ditelinga Aleeyah.
Gadis itu menatap mata Sabian dalam-dalam mencari sesuatu. Ini kesempatannya untuk mendapat perlindungan pikirnya.
"Kau akan melindungiku? Kau tak akan meninggalkan aku?" tanya Ale.
"Aku akan selalu menjadi tamengmu, melindungimu dengan nyawaku, dan berada disimu tak akan beranjak selangkah pun. Jadilah milikku Aleeyah.."
Masih tampak sebersit keraguan pada Aleeyah seiring tak kunjung ada jawaban.
"Aku.. Aleeyah Sabrina Zach adalah milik Sabian Juna Valeryan." ucap gadis itu dengan mantap.
Sabian tersenyum manis, mengecup kening Aleeyah lama lalu membawanya ke dalam pelukan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan √
Teen Fiction"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!!" "Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." ---------- "Jangan takut. Aku janji nggak akan pergi lagi. Aku akan terus disi...