9. Maaf.. aku lelah

6.3K 268 5
                                    


Aku memang sayang.
Tapi ketika telah lelah maka aku akan melepaskan

-----------------


"Sakit.. Hisk.. Hisk.."

Aleeyah menangis dalam kamarnya.

Mengobati luka di pundak perwujudan dari hukuman Ando.

Pemuda itu menggigit pundak Aleeyah keras hingga mengalirkan darah tanpa mempedulikan jerit kesakitan Aleeyah.

"Papa.." rintihnya.

"Ale rindu Papa... " isakannya semakin menjadi dan memilukan.

Sebenarnya bisa saja gadis itu menelfon Bryan namun dengan keadaan yang seperti ini pasti akan membuat Bryan khawatir.

Hingga dia memilih memendam dan merasakan segala rasa sakit dan kesedihan itu sendirian.

Aleeyah mulai lelah dengan Ando, ingin pergi dari Ando yang semakin hari semakin  menakutkan.

Namun ia tak mau mengecewakan Bryan dengan mengkhianati kepercayaan untuk merawat Ando.

Gadis itu mulai memejamkan mata agar sakit di sekujur tubuhnya tak terasa sejenak hingga esok pagi.

Mulai memejamkan mata menunggu sesuatu datang kepadanya.

Sesuatu yang hanya datang ketika dia akan tidur di malam hari.

Sesuatu berupa sentuhan lembut di kepalanya yang penuh dengan rasa sayang.

Sentuhan yang mirip sekali dengan milik Bryan.

Satu-satunya sentuhan yang membuatnya merasa sangat dilindungi selain Bryan.

Sentuhan yang membuatnya selalu bermimpi indah dalam tidurnya dan melupakan sejenak kepahitan hidup yang dialami Aleeyah.

---------

Sudah beberapa minggu Aleeyah tidak berani berinteraksi dengan Ando.

Meskipun Aleeyah tetap menjalankan kegiatan rutinitasnya mengurus Ando namun mereka tak pernah bertatap mata dan berusaha menghindari kontak apapun.

Sejak peristiwa itu, ketakutan yang luar biasa menghinggapi Aleeyah ketika bertemu kakaknya.

Peristiwa tempo hari ternyata meninggalkan luka yang membekas tak hanya di tubuh Aleeyah namun juga hatinya.

Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Ale. Jadwal mata kuliah yang tanpa jeda lalu tugas dan kegiatan lainnya membuat tubuh Aleeyah remuk.

Dia sekarang lebih sering pulang malam sebab mendekati ujian dan tugas yang semakin hari beranak-pinak.

Malam ini tidak terlihat mobilnya dan snag supir sehingga Aleeyah berniat naik bus, tetapi kemudian dia melihat mobil Ando di depan kampus.

Dengan lampu mobil yang menyala pasti Ando sedang di dalam. Ale melihat sekelilingnya dan tak ada siapa siapa.

Aleeyah berniat melewati bagian belakang mobil itu agar tidak bertemu Ando, dia masih takut apalagi tiba-tiba Ando menjemputnya malam-malam seperti ini.

Gadis itu melangkah perlahan tapi santai agar tidak mencurigakan.

Setelah melewati mobil itu dia beraiap untuk berlari ke arah jalan besar menunggu bus.

Namun tepat sebelum melangkah tangannya ditahan oleh seseorang.

"Kau pikir bisa kabur dariku?" suara berat itu ...

Satu detik kemudian sosok itu menyeret Aleeyah menuju mobil yang dihindarinya tadi. Melempar tubuh Ale ke dalam mobil.

Brakkk..

Ando menutup pintu mobil kasar lalu mengemudi dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat gadis disampingnya mencengkram apapun disekitarnya untuk menyeimbangkan diri.

"Apa maksudmu tadi?" tanya Ando mengintimidasi.

"A-apa?"

"Kau berusaha menghindariku?"

"T-ti-dak.."

"Lalu apa Kau buta hingga melewati mobilku begitu saja!!"

"Ma-af." cicit Aleeyah ketakutan.

"Mulai sekarang Kau harus sudah ada di rumah sore hari."

"Ale ti-dak bisa." jawabnya hampir tak terdengar.

Terlihat rahang pemuda itu mengeras, "Kau berani menentangku?"

"Bu-kan seperti itu, ada hal penting yang membuat Ale pulang malam."

Ando mengerem mobilnya tiba-tiba di tepi jalan lalu memandang tajam gadis disampingnya, "Hal penting apa? Bermain dengan teman-teman lelakimu dikampus ketika sudah sepi?" mata Aleeyah membulat kemudian Ando mendengus, "Huh! aku tidak mau punya adik seorang wanita jalang!!!" bentak Ando. Matanya berkilat marah mentap adiknya.

Hati Aleeyah tersengat dengan kalimat kakaknya itu.

Seakan bagi Ando, Ale adalah wanita jalang sungguhan dan tak ada harganya.

Tiba-tiba saja air matanya keluar.

Wanita mana yang tidak sakit hati ketika dikatai sebagai seorang jalang.

Miris sekali memang, kakak seperti apa yang tega mengatai adiknya seperti itu berulang kali.

Kemarin Ale mungkin masih bisa menahannya tapi sekarang, hatinya sakit.. sangat sakit.

Ando tidak pernah melihat sesuatu yang baik pada dirinya. Ando selalu mengatainya dengan umpatan yang tidak pantas dilontarkan kepada wanita.

Aleeyah lelah...

Aleeyah sudah berada pada titik puncaknya.

Aleeyah menyerah...

Aleeyah ingin pergi dari Ando.

Dengan keberanian yang timbul akibat sakit hati dan perasaan tidak terima, Ale menatap ke dalam mata lawannya, sangat dalam dan sendu.

"Maaf .." lirihnya dengan senyuman getir.

"Aku bukan wanita seperti itu." kini tak ada pancaran takut dan sayang pada mata Aleeyah.

"Aku selalu menjaga kehormatanmu dan Papa dengan cara menjaga kehormatanku sendiri." mata gadis itu memancarkan kekecewaan yang mendalam.

"Maaf .. Aku sudah lelah Ando.. Sangat lelah.. Tapi aku tidak akan mengkhianati kepercayaan yang Papa berikan padaku."

Sorot sendu itu kini lenyap, "Maaf .. Mulai saat ini aku akan melanggar semua aturanmu dan aku tidak perduli akibatnya."

"Dan maaf .. Aku sudah berhenti menyayangimu." kalimat pernyataan Aleeyah diakhiri dengan senyuman manis namun mata yang dingin sedingin salju dan tak ada lagi air mata yang menghiasi.

Ando mengeraskan rahangnya mendengar pernyataan itu. Ia tidak terima dengan apa yang Aleeyah lontarkan.

Bagi Ando tidak bisa seperti ini, Aleeyah harus merasakan sakit yang lebih lagi. Namun tak akan berhasil bila Aleeyah sudah mati rasa padanya seperti ini.

Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menjauhi Ando tanpa ragu dan tanpa menoleh sedikitpun.

Ada rasa tidak rela pada diri Ando ketika melihat Aleeyah pergi darinya.

Tidak tidak.. Aleeyah miliknya dan tidak boleh pergi.

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang