26. Menghibur

4.3K 203 3
                                    

Aleeyah berdiri di hadapan laki-laki itu dengan kaki gemetar.

"S-sabian.. "

Pemuda itu tersenyum manis sama persis seperti milik sosok yang memenuhi ruang hati Aleeyah sejak beberapa tahun lalu hingga sekarang. Gadis itu meraba wajah yang paling dirindukannya dam terasa dingin.. masih tak percaya Sabian sedang berdiri saat ini dihadapannya. Air matanya kembali meleleh menuruni kulit seputih salju walau senyuman tercetak jelas di bibirnya.

"Hay Sayang... " suara beratnya bahkan sama.

Pecah sudah tangis Aleeyah mendengar suara sang kekasih memanggil dirinya kembali setelah sekian lama.

"Hisk, Biaan.. Sabian-ku... " racaunya sambil masih memandang lekat dan menelusuri tiap inchi dari wajah pemuda dihadapannya.

"Maaf aku ninggalin Kakak selama ini.."

Sontak Aleeyah menghentikan gerakan tangannya dan menjauhkan dari wajah itu dengan raut sedih setelah mendengar kata 'ninggalin'.

"T-ti-dak.. Sabianku sudah meninggal.. I-ini hanya ilusiku. Bodoh sekali aku ini."  langkahnya otomatis menjauhi sosok dihadapannya setelah menyadari sesuatu.

Aleeyah tertatih beranjak ke kasurnya untuk kembali berbaring. Hatinya sakit karena terlalu merindukan kekasihnya itu hingga ilusi Sabian tampak nyata sekali. Dia memejamkan matanya yang terasa sakit dan panas akibat menangis.

"Ini hanya ilusi... Sabian sudah meninggal.. " gumamnya lalu memejamkan mata yang lelah dan panas.

-----------

Seorang gadis mengerjapkan mata kala sinar sang surya menembus celah jendela.

"Mimpiku semalam indah sekaligus menyakitkan sekali." gumamnya.

Punggungnya terasa hangat dan ada beban di perutnya. Ketika menoleh ke belakang tersaji wajah tampan salah satu lelaki dalam kehidupannya.

Paras wajah yang tegas dan lembut disaat yang bersamaan, mata tajam yang tertutup, dengkuran halus bersamaan dengan hangatnya hembusan nafas terasa di leher Aleeyah.

Aleeyah sangat merindukan sosok ini namun juga ada rasa marah dan kecewa. Biarlah untuk satu hari ini saja dia mengabaikan rasa kecewanya dan memenuhi hasrat untuk saling menyentuh.

Gadis itu berbalik badan menghadap sang pria dan beringsut ke dalam dada bidangnya mencari kehangatan ditengah dinginnya udara pagi ini.

"Umhh... Kau sudah bangun?" suara berat yang sangat dirindukannya.

"Biarkan aku tetap seperti ini beberapa menit saja."

"Hahaha... Sampai menjelang pagi lagi pun boleh."

Aleeyah merasa hangat ketika kulit mereka bersentuhan.

"Sam, dimana bajumu?" tanyanya setelah meraba dada Sam dan tak merasakan adanya kain selain selimut.

"Umh.. Maaf Baby aku terbiasa seperti ini."

"Lain kali pakai bajumu bila bersamaku, Sam."

"Sure." balasnya sambil mendekap erat Aleeyah.

Mereka melanjutkan tidurnya hingga matahari sedikit lebih tinggi saling berpelukan.

"Wake up, Baby.. "

"Umh.. "

"Come on, aku harus ke kampus."

"Bisakah Kau tidak pergi ke kampus hari ini?"

"Why?"

"I just wanna with you today."

"Hmm manja sekali jika sedang sakit seperti ini. Baiklah ayo bersihkan dirimu lalu sarapan."

"Gendong aku, Sam."

Sam pun menyiapkan air hangat di bathtub kemudian memberinya sabun kesukaan Aleeyah lalu menggendong gadis itu ke kamar mandi.

"Jangan terlalu lama, Kau masih demam." pesannya sebelum keluar dari kamar mandi membiarkan Aleeyah membersihkan diri.

Sam menuju dapur memasak bahan makanan yang ada disana, hanya masakan sederhana dan tentunya menu sehat untuk Aleeyah yang sedang sakit. Selesai memasak lalu membersihkan diri dan kembali ke meja makan yang satu kursinya sudah ditempati Aleeyah.

"Suapi aku, Sam!"

Dengan senang hati Sam melakukan apa yang gadis itu perintahkan. Aleeyah adalah tuan puterinya. Selesai makan dan meminum obatnya Aleeyah mengajak Sam duduk di sofa. Aleeyah bersandar di dada bidang Sam yang terasa hangat dan pas untuk tubuhnya.

"Kau sudah tak marah padaku?" suara berat itu bergetar ditelinga Aleeyah yang menempel di dada bidang Sam.

"Aku masih kecewa tapi aku sedang sangat merindukanmu."

"I'm so sorry. That's my fault dan tidak akan ku ulangi lagi.." pemuda itu memohon kembali entah sudah yang keberapa kali sejak saat itu. Aleeyah masih diam tak menjawab.

"Baby please... "

"....."

"Okay, aku memaafkanmu."

"Thank you, Sweetheart!"

Cup...

Satu kecupan ringan tapi lama diberikan oleh Sam di kening Aleeyah.

Cklekk!!

Suara pintu yang terbuka tak menganggu dua insan yang sedang menikmati momen manis di atas sofa.

"Kau!!" teriakan seseorang di pintu mengalihkan perhatian dua orang yang berada di dalam. Wajah Sam berubah menjadi bengis melihat sosok tersebut.

"Berani sekali Kau menunjukkan wajahmu dihadapan Aleeyah!" kata Sam sambil mendekap Aleeyah posesiv.

"Dia milikku, Brengsek!" balas orang itu.

Bughh!!

Satu tinju dari Ando berhasil mendarat di pipi Sam. Sam tak tinggal diam, dia beranjak dari sofa dan balas memukul Ando. Mereka berdua berkelahi hingga membuat banyak luka di wajah masing-masing.

"Kau! Berani sekali Kau mencium milikku!!" geram Ando lalu melayangkan kepalan tangannya di perut Sam.

Bughh!!

"Jangan pernah bilang dia milikmu dengan mulut kotor itu Brengsekk!!" balas Sam mendorong Ando hingga menabrak meja.

Brakkk!!

Sebuah senyuman, mungkin lebih tepatnya seringaian muncul di bibir salah satu manusia di ruangan itu sambil menonton dua manusia lainnya berkelahi.

"Hmm.. Cukup menghibur." gumamnya.

Acara itu berlangsung kira-kira 10 menit hingga Aleeyah mengeluarkan suaranya.

"Hey kalian berdua!" suara lantang itu menghentikan perkelahian dan merampas perhatian keduanya dengan tangan masih di kerah masing-masing lawan.

Bangkit dari sofa berjalan mendekati dua orang lainnya.

"Jika yang kalian ributkan adalah aku, perlu kalian tau bahwa aku sudah tidak peduli dengan kalian berdua." suara lembut namun mematikan itu mengalir begitu saja

"Jadi tidak perlu mengadu kekuatan kalian karna toh aku tak butuh dan tak perduli." smirk terlihat indah di wajahnya.

"Pergilah kalian! Aku mengantuk. Dan jangan datang kemari beberapa bulan ke depan, aku tak ingin melihat wajah kalian!"

Aleeyah berbalik meninggalkan keduanya menuju kamar dan mengunci. Tidak perduli mereka berdua pulang atau melanjutkan kegiatannya tadi.

Membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang beberapa menit lalu baru saja dirapikan, menarik selimut bersiap memejamkan mata. Senyuman yang terkesan mengejek tercetak di bibirnya.

"Menyenangkan sekali melihat mereka berkelahi karena aku.."

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang