25. Bohong

4.9K 219 5
                                    

Hari ini Aleeyah sakit. Sedari pagi tubuhnya menggigil dan pandangannya berputar-putar. Sebenarnya sudah seminggu ini Aleeyah merasakan ada yang salah dengan badannya dan kini dia menyesali karna telah mengabaikan semua yang dirasakan seminggu belakangan ini.

Bergerak sedikitpun sangat menyakitkan bagi tubuh dan kepala Aleeyah. Tapi mau bagaimana lagi dia tingal sendirian disini dan harus melakukan sesuatu seperti makan misalnya agar tubuhnya pulih kembali.

Ingin sekali gadis itu menelefon Kevin atau Bryan disaat seperti ini namun apa daya, Kevin pasti sibuk di kantor sebab beberapa minggu ini tidak menginap diapartemennya sedangkan Bryan.. bahkan Aleeyah pun belum pernah bertemu atau berbicara ditelefon semenjak dirinya dinyatakan hilang.

Kaki yang seakan tak bertulang itu dipaksa untuk menopang beban tubuhnya dan berjalan ke kamar mandi untuk sekedar membasuh muka dan gosok gigi.

"Sial ini pusing sekali!" gumamya ketika berusaha memotong beberapa bahan makanan di counter dapur.

"Hallo, Dad."

"Ada apa, Sayang?"

"Sudah berangkat?"

"Not yet. Why Sweetheart?"

"Can you come here Dad?"

"Are you ok?"

"Aku merasa badanku kurang sehat."

"Tunggu Daddy ya jangan kemana-mana."

"Yes Dad, love you."

"Love you too Baby."

Ya begitulah akhirnya, Aleeyah benar-benar rindu dengan Kevin. Mungkin sakit ini karna lama tidak bertemu dengan Kevin.

Kakinya melangkah kembali ke dalam kamar merebahkan badannya di tempat tidur karena kepala nya seakan mau pecah dan mual. Aleeyah memejamkan matanya tak lama kemudian dia sudah berada di alam mimpi.

"Hey Sweetheart.. Wake up." Kevin menepuk-nepuk pipi putrinya masih setengah jam terlelap agar bangun.

"Come on wake up, Baby."

"Umhh... " Aleeyah yang mendengar sayup-sayup suara dan usapan lembut pada pipinya terbangun dan langsung memeluk Kevin yang duduk di pinggiran kasurnya.

"Daddy.. I miss you so much.. " rengeknya

"Maafkan daddy tidak sempat berkunjung, pekerjaan di kantor membuat daddy hampir tak pernah pulang."

"Daddy tidak boleh seperti itu nanti sakit."

"Hahaha daddy baik-baik saja. Lihatlah sekarang malah Tuan Putri yang jatuh sakit karna merindukan daddy nya.. "

"Hmm.. Badanku terasa sakit semua.. " rengeknya lalu bersandar di dada bidang Kevin.

"Kalau begitu daddy tidak akan ke kantor hari ini dan menginap disini."

"No. Tidak perlu, perusahaan lebih membutuhkan daddy."

"Tapi daddy lebih ingin bersamamu."

"No, please.. "

"Baiklah baiklah nanti siang daddy akan ke kantor."

"Aku lapar."

Setelah sarapan bersama lebih tepatnya Kevin yang lebih sibuk menyuapi Aleeyah dalam mode manja, dia memanggil seorang dokter. Aleeyah hanya terlalu lelah dan banyak pikiran ditambah makan yang tidak teratur.

Kevin berangkat ke kantor setelah memasak makan siang dan makan malam untuk Aleeyah sedangkan gadis itu sedang tertidur pulas setelah minum obat.

"Get well soon, Baby.. " bisiknya lalu mencium kening Aleeyah dan meninggalkan apartemen.

.
.
.
Sepasang kekasih terlihat sedang bercengkrama di sebuah balkon kamar yang menampilkan pemandangan malam hari penuh bintang. Sang gadis duduk di pinggiran balkon sedangkan sang laki-laki berdiri dihadapannya.

"Aku sangat merindukanmu." bisik sang gadis membuat kekasihnya mendekat dan merengkuh tubuh kecilnya.

"Bukankah setiap hari kita bertemu hmm." balas sang lelaki sambil mengelus rambut dan punggung gadisnya.

"Aku merindukanmu setiap detik."

"Jangan terlalu merindukan aku nanti Kakak sakit."

"Aku tak apa merasakan sakit jika itu karna merindukanmu."

"Jangan.. Saat ini aku akan menjadi obat ketika Kakak sakit tapi nanti bagaimana ketika aku tidak ada." jelasnya.

Gadis itu sontak melepas pelukannya dan menatap mata kekasihnya dalam-dalam.

"Kau tidak akan kemana-mana Sabian!" perintahnya namun lawannya hanya mengendikkan bahu.

"Who knows."

"Aku akan menyakiti diriku sendiri bila Kau pergi!" ancam sang gadis.

"Hey! Ancaman macam apa itu huh? Jangan berkata seperti itu Kak Aleeyah.. Bian gak suka."

"Kau juga jangan berbicara seperti itu aku tidak suka!" suaranya mulai purau meskipun sedikit membentak. Air mata mulai menuruni pipi membuat kekasihnya panik dan merasa bersalah.

"Shhh.. Maaf.. Maafkan bian, jangan menangis." sang lelaki kebali mendekap kekasihnya erat.

"Jangan berpikir sekalipun untuk meninggalkan aku Sabian.. Jangan pernah." isaknya.

"Iya.. Iya.. Maafkan bian. Hati bian selamanya milik Kak Aleeyah jadi jangan takut bian pergi.. " balas sabian lalu mengecup lembut kening kekasihnya lama.

Sang wanita mengeratkan pelukannya, meresapi kehangat tubuh kekasihnya dan menghirup dalam-dalam aroma lelakinya.
.
.
.

Tubuh Aleeyah menggeliat kecil dalam selimut kemudian membuka matanya dan bibirnya tersenyum kecil hatinya berbunga-bunga mengingat mimpi barusan.

Namun sedetik kemudian air matanya terjatuh. Kini Aleeyah sudah sepenuhnya tersadar dari tidur sekaligus tersadar akan realita hidupnya sekarang. Seketika itu mimpi tersebut terasa menghujam hati sedalam-dalamnya. Dia menangis menyadari betapa miris hidupnya sekarang.

"Hisk.. Hisk... Bian... " isakannya menggema di tengah malam.

"Hisk.. Sabian.. "

"Kamu jahat Bian.. Di mimpi pun kamu bohong.. "

"Sakit sekali sih.. " dia memukuli dadanya berharap rasa sakit berkurang namun ternyata tidak, malah nyerinya semakin bertambah dan menjalar ke seluruh tubuh.

Aleeyah merapatkan tubuh dengan lutunya dan menyembunyikan wajahnya disana. Isakan demi isakan berganti menjadi raungan, raungan yang sangat memilukan dan menyakiti hati siapa saja yang mendengarnya, bahkan burung yang hinggap dijendela kamarnya pun akan ikut menangis. Wajah dan lututnya telah basah oleh air mata yang mengalir seperti air sungai sebanyak sakit yang dirasakannya sekarang yaitu tak terhingga.

Aleeyah merasakan sebuah usapan di kepalanya. Usapan yang sama seperti ketika ia akan tidur. Aleeyah merasa aneh karena biasanya usapan itu hanya terasa ketika dia ada di perbatasan antara sadar dan tidak sadar namun sekarang dia baru saja bangun dari tidur.

Dia pun mengangkat wajahnya perlahan, dia melihat sosok berdiri di sampingnya namun buram karena terhalang oleh air mata. Disingkirkanlah air mata itu dan,

Degg..

Matanya membulat melihat wajah sosok yang berdiri disampingnya. Wajahnya pucat dan badannya terasa panas. Jantung dan dunianya seolah berhenti serta tubuhnya sulit digerakkan.

"S-sa-bian... "

Ditinggalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang