"Baiklah.. Jika aku memang tak bisa mendapatkanmu.. " Ando menyeringai lebar membuat Aleeyah bergidik ngeri, mendekatkan bibirnya di telinga Aleeyah, "maka orang lain juga tidak bisa, Sayang.."
Jantung Aleeyah berhenti berdetak beberapa saat dan nafasnya tercekat manakala merasakan kulit perut rampingnya menyentuh pucuk dari sesuatu yang lancip. Tubuhnya menegang dan darah mengalir cepat dalam nadinya ketika otak memberi informasi bahwa itu adalah ujung sebuah pisau.
"A-ando.." syok membuat ucapannya terbata-bata.
Ando sedikit mendorong benda itu namun tak sampai menembus kulit hingga membuat gadis dihadapannya memekik kecil. Wajahnya tersenyum getir. Mata Aleeyah memandang tak percaya pada sosok dihadapannya yang berbuat sejauh ini, pisau ada di permukaan perut namun hatinyalah yang saat ini dihujam sedalam-dalamnya, matanya memanas masih sulit percaya bahwa Ando melakukan semua ini.
"Sejak dulu aku ingin kau mati!! Biar aku bantu untuk menemui ajalmu adik manis.." Wajah Ando tersenyum jahat benar-benar seperti psikopat membuat tubuh Aleeyah bergetar namun dia berusaha mengendalikan diri.
Aleeyah berpikir apakah ini akan menjadi sebuah akhir? Jika iya maka dia tak bisa membiarkan akhir ini terjadi begitu saja dan menyakitkan. Harus ada sesuatu yang manis dan menjadi kenangan mereka berdua selamanya.
Senyuman paling manis terukir indah di wajah cantik Aleeyah, "Aku tak apa mati asalkan ditanganmu, Kesayanganku." dan jawaban ini membuat air muka Ando berubah menjadi sendu.
"Hiduplah bersamaku Aleeyah.."
"Aku mencintai Sabian.."
Kalimat lembut Ando berubah menjadi kalimat yang penuh penekanan. "Kuulangi sekali lagi. Hiduplah, bersamaku, Aleeyah.."
Tatapan keduanya melekat.
"Aku mencintai Sabi-aghk!!"
Kalimat itu tercekat karena sesuatu menusuk salah satu bagian tubuhnya. Perlahan-lahan Aleeyah menunduk lalu netranya disambut dengan pemandangan tangan Ando berlumuran darah memegang gagang dari sebuah pisau kecil yang ujungnya tidak lagi terlihat.
Sekarang Aleeyah tau jika dalam film orang yang ditusuk tapi masih bisa berjalan untuk melarikan diri itu bohong karena dirinya bahkan tak menyangka dengan pisau sekecil itu rasa sakitnya akan seluar biasa ini.
Aleeyah kembali memandang lekat iris laki-laki dihadapannya dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Ada sorot rindu, penyesalan, kesedihan, dan iba disana. Setetes airmata meluncur di pipi merah Aleeyah.
Ando meraih wajah yang mulai pucat karena menahan sakit itu lalu menempelkan kening keduanya.
Hening..
"Hiks..."
Bukan,
Itu bukan isakan Aleeyah. Itu Ando yang wajahnya sudah sangat merah dan basah oleh air mata. Itu Ando yang bahunya berguncang seiring dengan isakannya. Itu Ando yang mata elangnya berubah menjadi sayu dan penuh dengan luka."Aku mencintaimu A-leeyah.." rintihnya disela isakan.
Semilir angin yang datangnya entah darimana berdesir membelai Aleeyah. Senyumnya semakin manis.
Ando kembali berbicara, "A-ku tau ini salah.. sehingga selama ini aku menutupinya dengan cara menyakitimu tapi-" tenggorokannya tercekat karena tangis yang berusaha menjadi raungan itu dia tahan sekuat tenaga, "tapi aku mencintaimu.. Hiks.. Kakakmu ini mencintai dirimu yang adalah adiknya sendiri.."
Pecah sudah tangis seorang Armando yang selama ini dikenal sebagai elang yang kuat dan gagah. Berbagi emosi yang dia pendam selama ini sekarang memaksa keluar dalam wujud aliran airmata seseras air terjun. Pertahanannya runtuh seiring dengan bahu yang bergetar hebat. Kamar yang senyap membuat raungan pilu seorang Ando menggema dengan lantangnya. Raungan pilu yang diselanya terselip kalimat,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan √
Roman pour Adolescents"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!!" "Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." ---------- "Jangan takut. Aku janji nggak akan pergi lagi. Aku akan terus disi...