Matahari telah beristirahat digantikan oleh bintang-bintang bertebaran di kegelapan.
Kufikir aku harus menghibur Ando meskipun kemungkinan besarnya akan ditolak. Tak apa aku ingin berusaha dulu.
Aku menuju kamarnya, namun tak kudapati sosok itu yang ada hanya kekosongan. Handphone juga ditinggalkan dikamar.
Pikiranku sudah melayang kemana-mana, bagaimana bila Ando melukai dirinya sendiri. Namun sepertinya dia tak sebodoh itu.
Aku bergegas keluar gedung hotel mengikuti kemana pun kaki ini melangkah mencari Ando hingga sampai si sebuah jembatan diatas danau.
Terlihat badan tegap itu berdiri sedikit bersandar pada pembatas jembatan menghadapi ke danau. Sudah kubilang kan dia tak sebodoh itu untuk bunuh diri.
Aku menghampirinya dengan hati-hati takut mengagetkannya.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku.
"Pergi!" suara dingin yang sangat menusuk hati.
Aku mencoba mendekatinya mencoba tersenyum karena Ando butuh ditenangkan, "Kau hebat hari ini, semua orang mengagumimu."
"Kubilang pergi!! kau tuli hah!" bentaknya dengan rahang mengeras.
Aku takut, jantungku berdegup sangat kencang. Namun aku tidak bisa membiarkan Ando sendirian. Aku coba meraih tangannya namun dia menepisnya keras-keras.
"Mengapa kau selalu mengangguku? Aku tak suka keberadaanmu!!" lanjutnya membuat nyaliku menciut.
"A-aku menyayangimu Kak."
"Sudah berapa kali kubilang aku membencimu anak sial!!!"
Sakit.. Hatiku sakit sekali, rasanya jutaan volt memecut hati.
"Mengapa Kau membenciku? Apa salahku?" suaraku hampir tak terdengar sebab menahan tangis.
"Salahmu? Hahahaa.. Kau pasti akan membenci dirimu sendiri bila aku mengatakannya." seringaian terlihat jelas diwajahnya membuatku takut sekaligus penasaran.
"Tak apa, katakan saja."
"Tidak!"
"Katakan Ando!!"
"Aku bilang tidak dasar tuli!!!"
"Lalu mengapa Kau memperlakukan aku seperti ini!! Kau jahat sekali Ando!! KAU JAHAAAT!!!!"
Aku mulai kehilangan kendali, meluapkan semua sakit hati yang selama ini kupendam melalui teriakan kepada Ando.
Lalu tanpa memberi jeda dia mengatakan kalimat yang tak pernah terpikir di otakku.
"KARNA KAU MEMBUNUH MAMA!!" teriaknya lebih kencang di depan wajahku, membuat aku kaget dan menangis.
"MAMA MATI KARNA MELAHIRKAN ANAK SIALAN SEPERTI DIRIMU!!!" lanjutnya membuatku terperangah.
Dunia seolah berhenti berputar, semua yang ada disekelilingku tak bergerak hanya ada Ando ter-engah dan oksigen susah kuhirup.
"Ta-tapi ma-m,."
"Itu bohong!! Mereka semua bohong ketika mengatakan mama kecelakaan!!!"
"Tidaak.. M-mama" rintihku.
Ando mendekat membuatku beringsut mundur hingga menubruk pembatas jembatan.
Dia menghimpit tubuhku lalu tangan besarnya menarik rahangku kuat. Sakit.. rahangku rasanya seperti mau retak.
"Aku menyimpan ini selama bertahun-tahun karena papa! Sekarang Kau tau dirimu pembunuh Mamaku, Brengsek!!"
Setiap kata yang ditekankan Ando mengujam diriku. Membuat aku percaya bahwa dia tak berbohong.
"M-maaf Kakak.., maafkan Ale" mulutku tak bisa berhenti bergetar akibat menangis dan ketakutan oleh Ando yang seperti ini.
"Aku tak akan pernah memaafkanmu Aleeyah.. Kau membuatku tumbuh tanpa kasih sayang Mama! Aku selalu berharap Kau lenyap dari dunia ini!!! Mati saja sana hidupmu tak berguna!!"
Airmataku semakin deras mengalir membasahi tangan Ando. Rasa bersalah menyelubungi membuatku semakin terisak.
Ternyata kesalahanku tak sepadan dengan perlakuan Ando selama ini, lebih besar.
Ternyata aku yang merampas kebahagiaan Ando dan Papa. Karena aku mereka kehilangan matahari mereka.
"K-kau benar Kak, a-aku pembunuh yang tak pantas hidup"
"Sadarilah dimana tempatmu Adik kecil.." ia menampakkan seringaian itu lagi persis di depan wasjahku.
"Maaf aku membuat kita hidup tanpa kasih sayang seorang mama. Kau pasti sakit kan.. karna aku juga merasakannya."
Netraku mengunci irisnya menyalurkan rasa bersalahku agar dia tau aku menyesal.
"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!"
"Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." bibir ini melengkung getir ketika menyadari masih ada rasa sayang untuknya setelah sikap kasarnya ini.
Ando melepaskan cengkraman dari rahangku dengan kasar membuatku merosot merasakan sakit luar biasa lalu melangkahkan kakinya menjauhiku.
Meninggalkan aku sendiri dalam kegelapan dan kehingan.
Sejenak aku merasa ditatap dari kejauhan namun Ando tetap berjalan lurus tak memalingkan wajahnya sedikitpun menghadapku.
Mungkin aku terlalu berharap Ando kembali ...
"Ando tak mungkin kembali" isakan berubah menjadi raungan ketika berjuta-juta rasa bersalah dan penyesalan merasuki diriku
Mama..
Apakah Mama juga membenciku seperti Ando.. Maafkan Aleeyah
Andai saja Ale tidak lahir ke dunia pasti kalian sedang duduk bersama saat ini.
Mengapa semua orang merahasiakan hal sepenting ini dariku. Tidakkah mereka tahu bagaimana aku membenci diriku sekarang ini, bagaimana aku ingin lenyap dari dunia saat ini.
Aku seorang pembunuh. Pembunuh mamanya sendiri. Ya, aku memang tak pantas hidup.
Dengan sekuat tenaga kupaksa tubuh ini bangkit mengadap ke danau.
"Wahai danau.. Sudikah kau menerimaku menyatu dengan airmu? Tolong, ijinkan aku bergabung.." racauku tak jelas dengan pikiran kacau, aku hanya ingin lenyap seperti permintaan Ando.
Aku tak sabar melompat untuk bersentuhan dengan dinginnya air yang sangat jernih dan damai itu.
"Ale sayang Papa .. Ale sayang Kak Ando.." gumamku.
Byyurr....
Dingin langsung menyambut merasuk ke setiap inchi kulitku dan menusuk setiap tulang.
Aku diam tak bergerak berusaha meresapi dingin itu agar semakin merasuk ke hati menggantikan rasa sakit bersama Andi tadi.
Air mulai memasuki tubuhku membuat susah bernafas namun aku tetap diam tak bergerak. Membiarkan tubuh ini semakin melayang ke dasar danau.
Perlahan semuanya menjadi gelap lalu muncul sosok Papa dan Ando ketika kami bersama dan terlihat seperti keluarga bahagia.
Moment bahagia bersama Papa kembali berputar membuat hatiku hangat begitupula dengan moment bersama Ando yang entah disebut bahagia atau menyakitkan.
Lalu mereka meghilang dan semua gelap ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditinggalkan √
Novela Juvenil"Ketahuilah Aleeyah.. Aku sangat membenci keberadaanmu dan itu tak akan pernah berubah!!!" "Ya.. Aku tau benar.. Dan tak akan berubah pula rasa sayangku padamu Armando.." ---------- "Jangan takut. Aku janji nggak akan pergi lagi. Aku akan terus disi...